Semua Bab Ikatan Yang Ditakdirkan: Bab 71 - Bab 80
213 Bab
70. Pria Yang Sangat Penurut
Di lantai bawah, Zayyad dan Erina menunggu Alina yang masih belum selesai dengan riasannya. Beberapa menit berlalu, akhirnya sosok wanita dengan gaun merah marun muncul menuruni anak tangga. Langkah kakinya ketika menuruni tangga, itu pelan dan anggun. Setiap hentakan high heels yang bergema di ruang besar yang hening, berhasil membuat jantung Zayyad berdetak cepat. Ketika wanita itu menginjak anak tangga terakhir, menyentuh lantai dasar dan berdiri di hadapannya. Sesaat Zayyad berhenti bernafas dan bergeming. Erina yang melihat Zayyad mematung di tempat dengan matanya yang tak berpaling dari Alina, diam-diam tersenyum dalam hati. 'Cucuku memang sangat cantik!' Batinnya. "Ayo!" Kata Alina pada Zayyad dan neneknya yang sudah menunggunya cukup lama. Padahal ia hanya menggunakan riasan yang natural, tapi karena ia begitu gugup. Ia berkali-kali menghapusnya dan memperbaikinya. Zayyad terkesiap. Ia dengan canggung berkata, "Kau terlihat sangat cantik malam ini"
Baca selengkapnya
71. Jangan Terlalu Ganas...
Tak berapa lama kemudian, Irsyad pergi berdiri di podium. Sebagai pemilik saham terbesar PT Jaya Sejahtera, ia mengucapkan beberapa patah kata sebagai pembuka acara. Pria tua itu mengawali pidato singkat nya dengan serius, lalu membawa beberapa lelucon ringan di pertengahan dan membuat orang-orang tertawa karena kelakarnya. "Untuk mempersingkat waktu, langsung saja saya perkenalkan pada kalian semua secara resmi, anggota baru dari keluarga besar kami..." Mata Irsyad tersenyum kearah Alina dan Zayyad. Memberi sinyal kepada mereka untuk maju ke depan. Zayyad meraih tangan Alina dan membawanya berjalan di pertengahan orang-orang, "Kita akan kemana?" Tanya Alina, gugup. "Kakek ingin memperkenalkan mu secara resmi malam ini, ayo!" "Apa?" Tidak punya waktu untuk menolak, Alina sudah berdiri tepat di hadapan orang-orang. Menahan senyum kaku dibibir nya, ia mencoba keras untuk tidak gugup. "Tenanglah!" Zayyad meraih pergelangan tangan Alina, menggengg
Baca selengkapnya
72. Kemana Istrimu Pergi?
 Alina yang sudah meninggalkan hotel, berjalan seorang diri di jalan malam yang sunyi. Ia melepaskan kedua high heels nya, membiarkan kaki telanjangnya menyentuh jalan aspal yang dingin. Angin malam berhembus, menelusup hingga kedalam pori-pori kulit. Mengangkat kepalanya kearah langit, ia menghela nafas berat sembari menatap rembulan yang tampak kabur di telan awan."Aku ingin pulang..." Tukas Alina, lesu. Ketika berada di dalam ballroom hotel, ia langsung merasa itu bukanlah dunianya lagi. Itu asing dan jauh. Kalau bukan karena untuk mendapatkan pekerjaan, mungkin ia tidak akan merepotkan diri dalam hal ini.Alina berdiri di bawah lampu jalan, menunggu angkutan umum yang lewat. Ia ingin segera kembali ke vila. Tapi beberapa menit menunggu, tidak ada satu kendaraan pun yang muncul. Merasa bosan menunggu, ia pun duduk di trotoar jalan sambil merenung menatap langit malam yang hening."Tadi itu Zayyad kenapa ya?" Alina masih ingat dengan jelas bagaim
Baca selengkapnya
73. Tidak Merah Seperti Ceri
Zayyad memperhatikan rekaman CCTV hotel. Ia menemukan Alina tepat di lantai bawah, di antara lautan manusia, bersiap menggapai pintu berjalan keluar. Zayyad segera beralih ke bagian arena luar, tepat pada menit ketika Alina berjalan pergi dari hotel. Di sana ia melihat Alina melepaskan sepasang high heels nya, pergi meninggalkan halaman depan hotel dengan kaki telanjangnya. Pada beberapa menit selanjutnya, Alina tidak pernah muncul lagi. Ini menyatakan kalau wanita itu tidak kembali ke hotel. "Bagaimana pak?" Tanya manager hotel pada Zayyad. "Saya akan pergi mencari keluar, jika istri saya kembali, tolong segera hubungi saya" "Baik pak" Zayyad pun pergi meninggalkan hotel. Berlari-lari di jalan malam yang hening, mencari keberadaan Alina. Mengeluarkan ponselnya, ia menghubungi Hadi. Berharap wanita itu sudah t
Baca selengkapnya
74. Pria Yang Kejam
  Cavell agak terkejut dengan perubahan ekspresi di wajah Alina. Sebelumnya wanita itu terlihat begitu arogan dan galak. Lalu mendadak berubah menjadi begitu sensual dan menggoda. Menautkan sepasang alisnya, untuk pertama kalinya Cavell merasa sulit menebak karakter lawan bicaranya. "Entahlah" Cavell melepaskan masker dan kacamatanya, menguak wajahnya yang ternyata cukup menawan mata. Kontur wajah yang tajam, berkolaborasi cukup baik dengan garis rahangnya yang kokoh. Hidungnya yang mancung, menonjolkan lekukan tulangnya dengan sempurna. Sepasang mata elang bewarna hitam yang misterius dan kulit putih pucat nya yang dingin. Secara keseluruhan, itu jenis ketampanan yang sukar disentuh. Alina yang melihatnya, mengakui pria didepannya cukup tampan. Tapi baginya, Zayyad masih seribu kali lebih menawan dari pria itu. Cavell memasukkan salah satu tangannya ke dalam saku mantel hitamnya dengan santai. Bibirnya melekuk tajam, memp
Baca selengkapnya
75. Pria Yang Kehilangan Kendali
Bakri yang sudah melihat hasil dari rekaman CCTV yang ada di sekitaran jalan hotel, sangat terkejut mengetahui Alina telah dibawa pergi oleh segerombolan orang asing. Mengeluarkan ponselnya, ia menelpon bosnya untuk melaporkan apa yang ia dapat."Assalamu'alaikum pak, saya sudah melihat rekamannya. Tepat pada pukul sepuluh malam lewat lima belas menit, Bu Alina dibawa pergi oleh segerombolan pria yang tak dikenal dengan mobil sedan tua bewarna hitam. Saya sudah mencatat nomor plat mobilnya dan akan segera menindaklanjuti hal ini ke pihak kepolisian, bagaimana menurut bapak?"Zayyad yang masih duduk menunggu di trotoar jalan, seketika merasa lemas tak bertenaga  setelah mendengar laporan dari Bakri. Ia tidak akan menduga kecerobohannya, membuat Alina terancam. Ia sungguh menyesal karena pergi meninggalkannya begitu saja, "Ya, segera lakukan. Jika ada informasi apapun, segera kabari saya"Zayyad langsung menutup ponselnya. Tangannya yang terkepal dengan asal
Baca selengkapnya
76. Wanita Yang Cukup Pandai Menggoda
"He..he..cantik, karena kau sudah memohon begitu, hati kecil kami mana tega menolaknya" Ucap si gemuk. Sepertinya diantara segerombolan pria yang mengelilingi Alina, dialah yang paling tidak tahan untuk segera menerkam Alina.Alina menekan rasa jijiknya dan tersenyum kecil. Memasang tampang gadis muda yang malu-malu, ia berkata, "Kalau begitu ayo lepaskan aku dulu. Jika terikat seperti ini, aku mana mungkin bisa melayani kalian semua dengan baik"Sontak semua pria itu terkejut mendengar apa yang dikatakan Alina. Melayani? Tidak mengira gadis yang baru saja di lepas kerudungnya oleh bos, ternyata bisa bertingkah seperti pelacur kecil, "Baik-baik" Tukas si gendut terdengar begitu bersemangat, "Cepat lepaskan ikatannya"Tidak ada yang merasa curiga dengan sikap Alina. Mereka berpikir, dengan jumlah mereka yang begitu banyak, jika gadis kecil itu berpikir untuk kabur, bagaimana mungkin bisa melakukannya? Salah seorang dari mereka pun maju dan melepas tali yang mengi
Baca selengkapnya
77. Wanita Yang Ketakutan
Segerombolan pria yang menunggu di luar, melihat Alina muncul dan mengatakan teman mereka sudah tepar, terus memasang tampang terkejut. Alina yang terlalu malas menunggu, langsung menarik salah seorang dari mereka masuk kedalam dan pintu di tutup. Pria itu tersenyum malu-malu melihat Alina yang begitu berinisiatif. Menoleh kearah ranjang, ia melihat si gemuk sudah terbaring tak sadarkan diri. Entah kenapa, rasanya ia sulit mempercayai apa yang ia lihat. "Kemari lah!" Alina melambai ke arah pria itu, menggodanya untuk datang mendekat. Pria itu dengan senang hati mendatangi Alina. Tidak mengira akan datang hari dimana seorang wanita cantik datang menggodanya. Mengulurkan tangannya, ia menarik tubuh kurus Alina jatuh kedalam pelukannya. Aroma mawar yang kuat, memenuhi indra penciumannya. Menjatuhkan bibirnya di ceruk leher wanita itu, ia dengan rakus menciumnya. Sedangkan tangannya dengan nakal mulai menggerayangi tubuh lembut itu. Alina menekan
Baca selengkapnya
78. Mencari Keberadaan Alina
Alina duduk bersandar di sebuah pohon besar. Sekitar begitu gelap, hanya ada secercah sinar rembulan yang menerangi. Dahan pohon yang bergoyang lirih. Semilir angin yang berhembus pelan. Nyanyian binatang kecil yang samar-samar kian bersahutan. Memeluk tubuhnya erat, Alina semakin dilanda ketakutan. Ia berusaha keras mengandalkan dirinya untuk melawan rasa takut itu. Tapi beberapa menit berlalu, tubuh kurusnya bergetar. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya berkali-kali, mencoba keras untuk menampik segala pikiran negatif yang muncul di otaknya.  Hanya saja ketakutan yang menguasai dirinya, membentuk halusinasi yang beruntun. Bayang-bayang putih, jeritan suara, penampakan— segalanya berputar menguasai pikirannya. Terakhir Alina menangis. Kata-kata Maya terus saja terlintas di benaknya. Hingga bibirnya yang memucat, perlahan mengucapkan, "Allah.." "Allah" "Allah" Alina memejamkan matanya. Mulutnya yang bergetar, terus menyebut
Baca selengkapnya
79. Aku Menemukan Mu
Setetes embun jatuh mengenai pipi Alina yang sedang tertidur lelap di bawah naungan pohon. Ia sama sekali tidak terjaga sampai matahari terbit sempurna di ufuk timur, sinar keemasan itu jatuh di atas kulit putihnya yang halus. Mengerutkan alisnya, perlahan kelopak mata Alina terbuka dan melihat hari sudah pagi.Alina merentangkan kedua tangannya dan meluruskan punggungnya. Semalaman tidur dalam posisi duduk bersandar di pohon membuat seluruh tubuhnya terasa pegal, "Ternyata sungguh bukan mimpi"Melihat sekeliling yang hanya ada lahan kosong dan ilalang, membuat Alina sadar. Malam panjang yang cukup menakutkan itu benar adanya. Ia mengira akan mati karena ketakutan semalam, tidak tau kantuk datang dan ia tertidur pulas, "Aku harus segera pergi dari sini"Alina perlahan bangun, menepuk-nepuk tanah yang mengotori sebagian gaunnya. Kemudian ia berjalan tertatih-tatih meninggalkan tempat itu. Keningnya berkerut, menahan nyeri pada kedua telapak kakinya yang sudah lec
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
22
DMCA.com Protection Status