All Chapters of Nafsu Bejat CEO: Chapter 101 - Chapter 110
120 Chapters
101. Di Balik Topeng Fay
"Aku hamil anakmu, Jack," balas Zeta pedih. Sudah ia duga, Jack akan bersikap seperti ini. Ditambah lagi pria itu sedang mabuk berat ketika melakukannya. Pasti Jack tak akan ingat dengan kejadian malam itu."Anakku? Aku tak merasa membuatmu hamil, Zeta?" Jack menautkan alisnya. "Memangnya aku melakukannya dengan siapa lagi jika bukan dengan kau, Jack?" Zeta membalas dengan memberikan penekanan ke setiap kata yang terlontar. Setelahnya, ia gigit bibir bawahnya kuat untuk menahan diri dari menangis. Ia mengerjap cepat, mengusir air mata yang membuat pandangannya kabur."Bukankah kita sudah lama tak melakukannya, Zeta? Lagi pula setiap kali kita melakukannya aku selalu menyemburkan spermaku di luar, tidak..." Jack berhenti ketika melihat Zeta menangis sesengukan. Ia jadi tak tega melihatnya."Zeta..." Jack duduk di samping Zeta, meraihnya ke dalam pelukan."Kau tak ingat, Jack? Ketika kau mabuk berat, saat itu kita melakukannya. Dan ketika kau h
Read more
102. Ulah Merry Di Rumah Jack
Merry bergegas menuju rumah Jack ketika putranya itu sedang bekerja. Ia ingin melihat seperti apa wanita rendahan yang telah dibawa dan disembunyikan Jack di rumah.Merry membawa langkahnya cepat tak sabaran melewati pintu utama. Sementara pelayan menghentikan apa yang mereka sedang kerjakan untuk memberikan salam hormat kepada Merry, setelahnya mereka saling berpandangan, bingung dengan kedatangan Merry yang tiba-tiba.Lerry menundukkan kepala. "Nyonya, apa yang membawa Anda kemari? Tuan Jack sudah berangkat kerja sedari tadi," tuturnya penuh kehati-hatian. "Aku tidak sedang ingin menemui Jack. Aku hanya ingin melihat-lihat rumah putraku. Kau kembalilah bekerja, aku bisa berkeliling sendiri." Merry mengibaskan sebelah tangannya, menyuruh Lerry pergi darinya.Namun, Lerry tak mau meninggalkan Merry sendiri dan bersikukuh tetap berada di sisinya. Ia takut jika Merry dibiarkan, maka keberadaan Zeta di rumah ini bisa diketahui. Itu akan menjadi sesuatu
Read more
103. Membatalkan Pertunangan
Merry menginjakkan kaki kembali ke rumahnya. Ia mengulas senyum setelah memberikan pelajaran kepada perempuan murahan yang telah merusak hubungan Jack dan Fay. Tapi, ia belum puas. Kalau perlu ia akan mengenyahkan perempuan itu dari muka bumi ini.Bertepatan dengan itu, ponsel di tas Merry berdering, sebuah pesan masuk dan menyembul di layar. Merry menguak tasnya dan merogoh untuk mengambil ponselnya. Ia lalu tersenyum ketika membaca pesan dari putranya. "Kerasukan apa dia, sampai mengirimiku pesan seperti ini?" gumam Merry mengulas senyum miring.***Jack menghantamkan ujung berkas di depannya ke meja, menyesuaikannya agar bisa menjadi satu tumpukan yang rapi.Jack mengalihkan pandangannya ke amplop coklat yang terletak tak jauh darinya. Ia lalu berucap kepada Aiden. "Nanti malam aku akan mengundang keluarga Fay, Edwin dan Merry untuk acara makan malam di restoran yang sudah aku pesan sebelumnya. Jadi, kau ikutlah. Akan ada hal m
Read more
104. Zeta Pendarahan
Fay tak melakukan perintah dari Jack yang menyuruhnya membaca dengan keras, ia memilih membacanya di dalam hati.Selesai membaca, Fay bergeleng pelan, suaranya seakan tersekat di tenggorokan, tak bisa keluar semuanya hingga membuatnya hanya bisa berkata lirih. "Ini tidak benar. Ini tidak mungkin.""Apa-apaan ini, Jack?" Kini giliran Edwin yang membuka mulutnya. Ia membolak-balikkan kertas yang ia pegang, sedikit tak percaya namun ia menatap Jack sekali lagi untuk mencari kebenarannya.Jack mengedikkan bahu sambil menampakkan senyum acuh tak acuh. "Daddy kan bisa membacanya di sana. Kalau Fayline group, perusahaan yang terlihat baik dan agung di luarnya ternyata juga memiliki bisnis gelap, yaitu pengedaran narkoba antar negara. Bahkan, ada kasus penggelapan dana yang dilakukan oleh petinggi Fayline group, tapi kasusnya segera surut karena pelaku menyogok pihak yang berwenang." Jack menarik napas dan melanjutkan ucapannya. "Itu semua adalah bukti. Bukankah kasusny
Read more
105. Memanaskan Telinga
Jack tersentak kaget dan langsung ikut bangkit duduk. "Zeta, Kenapa kau menangis?" tanyanya lembut."Ada darah, Jack," balas Zeta terisak sambil menunjuk ke arah celana yang ia pakai. Tepat di tempat itu terdapat bercak darah cukup banyak."Astaga!" Jack semakin terkejut ketika melihat darah yang meluruh sampai di kasur. Terlalu banyak untuk pendarahan normal seorang wanita yang sedang hamil muda."Aku takut, Jack," rintih Zeta meringis menahan sakit di bagian perutnya."Aku akan membawamu ke rumah sakit. Bertahanlah, Zeta. Bayi kita kuat, pasti tak terjadi apa-apa padanya." Jack berucap sembari mengangkat Zeta ke dalam gendongan. Ia meluncur ke dalam mobilnya yang segera membawa keduanya ke rumah sakit, meninggalkan kediaman Jack yang kini riuh karena para pelayan termasuk Lerry begitu khawatir melihat keadaan Zeta.Lerry terdiam di depan pintu utama, sejak ia melihat kepergian mobil Jack, ia semakin kalut. Setelah ini, Jack pasti bertanya kepadan
Read more
106. Jack Marah Besar
"Apa katamu? Bisa kau jelaskan lebih terperinci lagi? Kenapa ibuku ke sini? Dia melukai Zeta?" Jack menghujani Lerry dengan banyak pertanyaan bernada tinggi. Kesabarannya nyaris habis, menguap entah ke mana."Iya Tuan, Nyonya Merry tiba-tiba ke sini, Nyonya melakukan hal yang tidak biasa dengan berkeliling rumah Anda. Nyonya terlihat seperti sudah mengincar Nona Zeta sejak awal. Nyonya tidak mau berhenti sampai benar-benar bertemu dengan Nona Zeta. Nyonya mengatakan hal yang tak baik mengenai Nona dan menampar sekaligus menjambak rambut Nona," tutur Lerry menceritakan semua yang terjadi, tak terlewatkan satu pun.Jack tak berucap lagi. Ia segera berbalik dan bergegas pergi. Tujuan utamanya sekarang adalah Merry. Ia akan membuat ibunya itu menyesal telah mengusik miliknya—Zeta. Karena ulahnya, Jack hampir kehilangan putranya. Tentu, Jack tak akan tinggal diam.Dengan tangan yang mencengkeram erat setir, Jack berkendara dengan kecepatan tinggi. Ia ingin sece
Read more
107. Permintaan Jack
Zeta menatap dirinya di pantulan cermin. Ia enggan untuk memoleskan wajahnya dengan benda-benda berjejer rapi di atas meja rias. Entah kenapa, untuk melihatnya saja ia sudah malas. Zeta terperanjat dari kursi yang ia duduki ketika matanya menangkap sosok Jack yang baru saja menongol dari balik pintu yang terbuka pelan."Jack..." Zeta menengok ke belakang, tepat di mana Jack berdiri.Jack melemparkan senyumnya dan bergerak kepada Zeta. Ia berhenti di tepi tempat tidur, mendudukkan dirinya di sana. "Kau ingin berdandan?" tanyanya yang seketika membuat Zeta mengerjapkan mata cepat, dan itu menurut Jack sungguh menggemaskan.Jack menyilangkan kedua kakinya, menanti jawaban Zeta yang tak kunjung terdengar dari bibir perempuan itu yang sebenarnya sudah terbuka sedikit, namun tak ada satu kata pun yang keluar.Zeta tepekur sejenak. Ia kemudian berucap seraya tersenyum canggung. "Aku tidak berdandan, Jack. Aku sedang malas.""Oh ya? Kau tak pe
Read more
108. Pilihan Yang Sulit
"Kau pilih Zeta atau perusahaan? Kau tinggal pilih, kalau kau tetap bersikeras memilih perempuan itu berarti kau akan dilepas dari jabatan CEO Baron group secara tak hormat dan otomatis Max akan menggantikan posisimu itu." Edwin kembali duduk, ia menyandarkan punggung pada sandaran kursi kulitnya. Ia menilik perubahan raut wajah Jack yang sekarang terlihat ragu. Tentu saja akan ragu. Siapa pula yang akan dengan mudah memilih salah satu dari dua pilihan yang sama-sama beratnya itu?Jack tak langsung memberikan jawaban. Ia lebih memilih untuk diam, memikirkan dua opsi yang sulit untuk ia pilih salah satu. Di satu sisi ia akan melakukan apa pun agar bisa menikahi Zeta, itulah tekadnya, tapi kini sedikit goyah. Jika Jack memilih Zeta maka ia harus melepaskan semua yang telah ia raih dengan susah payah di Baron group, yang telah ia berjuangkan dengan mengorbankan banyak hal. Bukan berarti ia tak rela memberikan posisi itu untuk Max, ia rela-rela saja. Namun, sulit untuk melepas ap
Read more
109. Akan Menikah
"Kau harus menjaga kesehatanmu. Aku akan sering-sering ke sini, Max. Cepatlah sembuh supaya kau bisa menghadiri pernikahanku." Jack menepuk pelan pundak Max.Max mengangguk. "Iya, aku akan segera sembuh dan pulang ke rumah. Lagi pula aku juga bosan di sini terus.""Baiklah. Aku akan kembali ke kantor sekarang." Jack berdiri dari kursi, sebelum ia benar-benar pergi meninggalkan Max. Ia memeluk Max erat."Hey... Kenapa kau memelukku? Kerasukan apa kau?" Max terkekeh."Aku tidak sedang kerasukan, Max. Dari dulu aku sangat ingin memelukmu, dan baru sekarang keinginanku itu terwujud." Jack melepaskan pelukannya. Ia menampilkan senyum termanisnya, lalu memeluk Max lagi."Jack!" Max meronta, berusaha lepas dari pelukan tubuh Jack yang besar, membuatnya sesak. *** Jack menatapi Aiden, terpaku padanya. Tapi, walaupun tatapannya mengarah kepada Aiden, pikirannya bukan tentang Aiden melainkan tentang pernikahannya. Ia
Read more
110. Happy Wedding
Hari ini Jack akan mengajak Zeta pergi ke sebuah butik, kemudian ke sebuah toko perhiasan, dan selanjutnya mereka akan pergi untuk melihat hall tempat di mana pernikahan mereka akan diselenggarakan. Satu hari penuh mereka memakainya untuk sibuk mempersiapkan pernikahan mereka.Jack membantu Zeta turun dari mobil pelan. "Kesehatanmu dan bayi kita tetap harus kau jaga. Jangan sampai kau kelelahan.""Iya, suamiku." Zeta membalas dengan sebuah cengiran usil. Berhasil membuat Jack sedikit salah tingkah."Kau sedang menggodaku ya, Zeta? Tapi, tidak apa-apa kalau kau memanggilku dengan 'suami'. Aku menyukainya," tukas Jack melempar pandangan ke arah lain dengan sedikit berdehem."Iya, suamiku." Kedua kaki Zeta sudah berpijak di jalanan aspal. Lalu ia menggiringnya mengikuti tuntunan dari Jack.Zeta berjalan beriringan dengan Jack, ia melingkarkan tangan ke lengan kekar Jack. Keduanya kini memasuki butik Eldora."Di mana Madam Viola?" tanya Zeta men
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status