Lahat ng Kabanata ng Menikah dengan Musuh: Kabanata 21 - Kabanata 30
40 Kabanata
21. Gagal paham
Koreksi kalau ada kesalahan, aku nggak baca ulang, hehehe.****Kaori terbangun saat merasakan ada sesuatu yang menekan wajahnya. Sesuatu yang berat dan berbulu. Ketika dia membuka mata lebar-lebar, barulah dia tahu itu apa. Kaki Davin, yang entah bagaimana ceritanya bisa berada di wajahnya. Kaori lalu mengambil posisi duduk dan terkejut bukan main sewaktu melihat Davin berada di kasurnya.Sejak kapan mereka tidur seranjang???Kaori menarik bulu kaki Davin kuat-kuat sampai si empunya kaki terbangun dan meringis kesakitan."Aduh!" Davin menarik kakinya dan terduduk. Dengan terkantuk-kantuk, dia menoleh ke sekeliling. "Kenapa sih?!""Ngapain lo tidur di kasur gue? Sampe tuh kaki ke muka gue lagi!" semprot Kaori.Davin mengerjapkan matanya. "Masa?""Iya! Lo kemarin cuma modus doang, kan? Ngaku nggak lo udah ngapain gue tadi malam? Lo nggak gr
Magbasa pa
22. Sesuatu yang....
Halo, yang lupa ceritanya gimana, baca ulang ya wkwkwkwkw.***Sepuluh menit berlalu, tapi Davin dan Maya belum juga keluar rumah. Apa mereka masih di dapur? Atau jangan-jangan sudah pindah ke kamar? Huft! Pikiran Kaori benar-benar kacau. Kenapa dia selalu berpikir macam-macam tentang mereka berdua sih? Gimana enggak? Mereka itu kan pernah pacaran. Secara juga putus pas lagi sayang-sayangnya. Nah, kalau ada kesempatan, bisa saja kan mereka saling memberi harapan lagi?"Ri, kenapa? Kok, melamun?" tegur Kafka sehingga membuat Kaori terkesiap."Eh, ini, kepalaku tiba-tiba pusing. Terus, aku mual juga."Padahal, sebenarnya tidak. Hanya alasan semata. Pikiran Kaori sekarang tertuju pada Davin dan Maya. Sedang apa mereka di dalam sana? Suaranya juga nggak kedengaran. Mencurigakan...."Ya udah, mendingan sekarang kamu masuk deh. Aku pulang aja.""Serius, nggak ap
Magbasa pa
23. Benarkah dia?
Davin cepat-cepat turun dari atas tubuh Kaori lalu bangkit dan menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal. Kaori pun langsung bangkit dan berdiri di sebelah Davin dengan salah tingkah. Dia menginjak kaki Davin dan menekannya kuat sampai-sampai Davin meringis kesakitan, tapi Kaori tak menghiraukannya."Eh, Mama sama Mami dateng!" seru Kaori dan menghampiri keduanya. Dia menoleh sesaat ke arah Davin dan melotot."Kamu udah sembuh, Ri?" tanya Kintan."Udah, sih. Cuma agak lemas aja, Mi.""Oh, gitu. Kamu nggak kerja, Dav?"Davin mendekat seraya menjawab, "Enggak, Mi. Mau di rumah aja jagain Kaori. Kasihan kalo ditinggal sendirian."Kaori menyipitkan mata dan tersenyum. "Mama sama Mami dari mana?""Tadi habis nyalon. Jadi, sebelum pulang, kami mampir dulu ke sini lihat kamu. Kan kemarin sakit. Tapi, Alhamdulillah kalo kamu udah merasa lebih baik sekarang,
Magbasa pa
24. Be like
**Hasil perjuangan nulis setelah drama bocil yang membagongkan. Selamat membaca gais! *** Kaori membuka mata ketika merasakan suhu kamarnya meningkat. Bukan hanya menjadi pengap, sekelilingnya pun berubah gelap gulita. Mati lampu? Sekarang jam berapa? Kaori pun perlahan bangkit dan mencari ponselnya di sekitar kasur. Seingatnya, tadi sehabis mandi sore, dia menaruhnya di atas bantal. "Mana, sih?" cetusnya kesal. Akhirnya, Kaori pun beranjak dari sana lalu berjalan sambil meraba-raba untuk mencari pintu. Di luar, sepertinya hujan sangat deras dan sesekali terdengar suara petir menyambar. Mungkin itulah sebabnya ada pemadaman listrik. "Pintunya mana lagi?" Kaori meraba dinding dan belum juga menemukan di mana pintu kamarnya berada. Davin mana, ya? Apa dia di rumah? Soalnya, seingat Kaori, tadi sehabis makan siang di
Magbasa pa
25. Benci ini
Setelah semalaman tidur dalam keadaan gelap gulita dan digigiti nyamuk, akhirnya pada jam tujuh pagi listrik sudah kembali menyala. Saat itu, Kaori belum sepenuhnya bangun, dia masih rebahan di ranjang sambil memeluk guling. Kaori masih belum ingat kalau dia sedang berada di kamar Davin sampai pria itu keluar dari kamar mandi dengan memakai handuk. Kaori mengendus ketika mencium aroma cologne yang segar dan manis, namun matanya belum membuka sepenuhnya lantaran silau akan sinar matahari yang menerobos masuk lewat jendela kaca yang terbuka lebar. Selain mencium aroma yang mencurigakan, Kaori juga mendengar ada suara seseorang sedang bernyanyi kecil, juga suara lemari dibuka dan ditutup. Kaori kemudian membuka matanya lebar-lebar dan terkejut begitu melihat Davin berdiri di depannya dengan bertelanjang dada. Cowok itu bahkan sedang memegang underwear berwarna hitam ketika mereka saling menatap. "Lo ngapain?!" teriak Kaori lantang, seolah-olah nyawanya s
Magbasa pa
26. Mine
Rasa benci bisa membuat seseorang menjadi egois. Tetapi, rupanya selain itu bisa juga membuat seseorang merasa gelisah tak menentu, persis seperti yang sedang Kaori rasakan. Kaori benci Davin, kata hatinya. Namun, di sisi lain, dia marah jika Davin mengacuhkannya. Paham, nggak? Enggak, kan? Sama, Kaori juga nggak paham. Kenapa tiba-tiba dia jadi merasa seperti istri yang tersakiti, sih? Kaori nggak suka kalau Davin lebih akrab dengan Putri, ya walaupun si Putri itu sahabatnya. Lagian, Putri juga keterlaluan deh. Dia ke sini kan buat ketemu Kaori, kenapa malah jadi berduaan sama Davin di dapur? Ngapaaaaain coba? Bener-bener ya tuh anak! Minta disentil ulu hatinya. "Ri! Makan, yuk!" Pintu kamarnya membuka dan menampilkan sosok Putri yang wajahnya berbinar-binar. "Lo ngapain sih deket-deket sama si Keong Racun? Lo pasti udah diracuni sama dia," cetus Kaori, belum mau beranjak dari ranjan
Magbasa pa
27. Masa lalu
  🌼 Jika ada yang mengatakan masa SMA adalah masa yang paling indah, mungkin ada benarnya. Di mana saat itu, jatuh cinta adalah hal yang paling indah. Seperti yang orang-orang bilang, berjuta rasanya. Dan ya, itulah yang Kaori rasakan saat itu. Dia jatuh hati pada seorang cowok berjambul dengan wajah manis yang tak bosan-bosan dipandang.   Awal mula hati itu terpanah adalah ketika di suatu hari yang panas terik, di tengah lapangan saat jam olahraga berlangsung, cowok itu datang dan menawarkannya sebotol minuman. Dia tersenyum manis sekali, membuat remaja perempuan di sekitar mereka meleleh dan salah tingkah. Namun, tidak dengan Kaori. Dia membeku, seiring jantungnya yang berdetak kencang seperti pacuan kuda.   Kaori
Magbasa pa
Bab 28. Pasangan absurd
Kaori sedang memasak ketika Davin masuk ke dapur sambil bersiul. Serta merta, Kaori langsung mengacungkan sutil ke arah pria itu, sampai-sampai Davin melonjak kaget."Woi! Apaan, nih?!"Kaori mengerling. "Awas aja kalo lo macem-macem sama gue!"Tahu apa yang dimaksud Kaori, Davin tak bisa menahan dirinya untuk tidak tertawa. "Biasa aja, kali. Yang kemarin itu gue khilaf. Habis nyium lo gue mual-mual, asal lo tau."Mulut Kaori terbuka lebar mendengar ucapan kurang ajar tersebut. "Maksud lo apa ngomong kayak gitu? Lo pikir mulut gue sampah?"Davin terkekeh-kekeh, tak peduli dengan reaksi Kaori tersebut. Rasanya tuh, senang aja bisa bikin Kaori marah-marah."Jadi, gimana? Lo udah beneran sehat? Kapan mulai kerja?""Besok," jawab Kaori acuh tak acuh. Dia kembali memasak udang saus favoritnya."Gue kan nggak bisa makan udang. Ngapain lo masak itu?""Ya iyalaaaah, gue yang mau makan iniii.""Terus, gue makan apaan, Saya
Magbasa pa
29. But...
 *Loh, udah bab segini mereka masih musuhan juga? Kapan mesranya??? Entar, pas ending wkwkkwkwwmkw*kabor****"Oi, Nyet! Ngapain aja, sih? Gue udah nungguin lo lebih dari dua jam nih."Davin menggerutu sambil bolak-balik melihat jam di ponselnya. Ah, kalau cewek udah dandan, pasti ujung-ujungnya ngaret."Kaoriiii?" panggil Davin untuk kesekian kalinya.Pintu kamar Kaori membuka dan sosoknya yang dibalut dress berwarna cokelat susu sebatas lutut pun muncul. Sesaat, Davin terpana. Kaori benar-benar bersinar malam itu. Cantiknya keterlaluan. Tapi, sayang...."Apaan, sih?! Nggak sabaran banget jadi orang! Gue tuh lagi siap-siap, tauk!"Dia galak."Tapi, jangan pake lama juga dong, Beb. Gue udah laper! Dari pagi cuma dikasih makan ati doang ini."Mata Kaori menyipit dan bibirnya mencebik. "Ya udah, yuk!" ajaknya ke
Magbasa pa
30. Ketika itu
*Tamatnya diundur beberapa bab lagi. Tetap pantauuu yaaaa wkwkwkwk***Setibanya di rumah, Davin langsung merebahkan tubuhnya ke sofa dan memejamkan matanya, menahan sakit karena perih di wajahnya. Beberapa bagian tubuhnya pun juga sakit, akibat dipukuli bertubi-tubi oleh salah seorang teman Kafka.Setiap kali dia membayangkan bagaimana Kafka mencium Kaori, darahnya kembali mendidih."Dav, tunggu di sini, ya. Biar gue ambilin obat." Kaori hendak melangkah namun Davin melarangnya."Nggak perlu. Gue nggak pa-pa.""Nggak pa-pa gimana? Muka lo babak belur gitu! Udah deh, nggak usah ngajak ribut! Tunggu bentar!" Kaori langsung berjalan cepat mengambil kotak P3K yang ada di lemari dapur."Sini, biar gue obatin," ucap Kaori sekembalinya dia dari dapur. Dikeluarkannya satu buah obat merah dan tisu basah.Davin menurut saja. Dibiarkannya Kaori membersihkan lukanya."Sampe babak belur gini. Sori, ya, Dav... ini semua gara-gara gue
Magbasa pa
PREV
1234
DMCA.com Protection Status