All Chapters of Obsesi Tuan Hagen: Chapter 121 - Chapter 130
176 Chapters
BAB 120 I Apa Kau Tidak Kedinginan?
Camellia mengelus pelan lengan Hagen yang melingkar di tengah-tengah tubuhnya. Kini, mereka berbaring di atas sofa dengan posisi pria itu memeluk Camellia dari belakang, sedangkan satu tangannya berada di bawah kepala gadis itu. Dan dengan sentuhan ringan, Camellia melarikan jari-jemarinya di sepanjang tangan kekar Hagen, sedangkan mata jernihnya menatap lurus ke depan, pada rangkaian bingkai foto yang terpajang di sepanjang dinding.Di antara mereka, hanya gadis itu yang terjaga. Bahkan, ruangan tersebut hanya diisi oleh suara napas pria itu, yang menghembus hangat ke balik leher Camellia hingga membuatnya terus terjaga.Melihat Hagen yang tidak akan bangun dalam waktu dekat, gadis itu pun segera bangkit dari sofa. Tanpa ada sehelai benang pun menutupi diri.Dia duduk sejenak, lalu menoleh ke wajah rupawan yang terlelap di samping.Dengan satu sentuhan pelan, Camellia mengelus permukaan dahi pria itu.Jari-jemarinya yang lentik mengikuti garis-gar
Read more
BAB 121 I Beri Kami Privasi, Please
“Katakan padanya, aku masih sibuk,” ucap pria itu yang kembali melarikan bibir panasnya di sepanjang leher Camellia. Dia bahkan mengabaikan suara protes yang keluar dari mulut gadis itu.Dan, ketika Hagen hendak membalik tubuh gadis itu agar dapat menghadap padanya, tiba-tiba saja ketukan di depan pintu terdengar sangat urgent.“Tu-tuan, Mr. Bradwood tidak ingin pergi sebelum bertemu.”Mendengar dari nada bicara pelayannya itu, Hagen pun menyadari bahwa Jaxon Bradwood pasti telah berdiri di depan pintu. Seketika saja dia menarik diri dari tubuh Camellia, dan tanpa sadar tangannya memeluk erat tubuh feminim yang masih dibalut oleh selimut.“Damn,” gumam Hagen sembari mendengus kesal.Menyadari respon pria itu, Camellia pun mengelus pelan kedua lengan Blake Hagen yang melingkar di sekitar tubuhnya.“Temuilah dia, mungkin saja ada sesuatu yang penting.”Kepala Hagen pun kembali menoleh ke a
Read more
BAB 122 I Perkelahian Yang Tidak Terhindarkan
Jaxon hendak bangkit dari sofa, namun satu tangan Rey yang sejak tadi siaga menahan bahunya untuk kembali duduk di tempat semula. Reinforce Red Cage itu bahkan memberikan tatapan tajam yang meminta kepala organisasi itu untuk sabar menunggu. Tetapi, melihat gesture tubuh Jaxon yang gelisah dan bersiap untuk melintasi pintu, Rey pun menahan diri serta emosi.Dia merasa sudah cukup bersabar menghadapi pria-pria ini, namun tampaknya mereka terlalu hanyut dengan situasi yang terjadi.“Oh, ayolah, aku hanya ingin memeriksa ke sana sebentar,” ucap Jaxon, yang kesulitan melepaskan diri dari dua pria di setiap sisi sofa. Seolah-olah, dia tidak memiliki ruang untuk bergerak.“Apa kau pikir kami percaya?” dengus Danny, sembari menatap Jaxon dengan mata menyipit tajam.Gavin yang sejak tadi lebih menikmati minuman di meja bar pun ikut menyahuti.“Danny benar, memangnya kami percaya begitu saja setelah kau mengancam akan membunuh
Read more
BAB 123 I Nikahi Gadis Itu
Ruangan itu menjadi hening setelah Jaxon menarik diri ketika mendengar ucapan Hagen barusan. Pria itu bahkan menghempas paksa tangan teman-temannya yang masih berada di tubuh. Dia berputar, dan berjalan mendekati meja bar, lalu kedua lengannya pun berada di atas meja dengan posisi kepala menunduk ke bawah.Hagen yang terlepas dari beban tubuh Jaxon akhirnya bisa bernapas lega kembali.Dia mendengus dan perlahan-lahan duduk di sofa sembari menahan ringisan pada luka di sekujur tubuh dan wajah. Tampak Frank yang membantunya untuk bangkit dari posisi berbaring.Keheningan panjang itu hanya diisi oleh suara-suara napas para pria di sana. Jelas sekali bahwa mereka sedikit kehabisan tenaga setelah pergumulan dua pria barusan. Setelah terdiam lama, akhirnya Jaxon pun menegakkan tubuh kembali, lalu dia menoleh ke arah Hagen yang diam-diam mengawasi.“Kapan kau mengetahui identitas Camellia yang sebenarnya?”Pertanyaan yang terlontar menarik sem
Read more
BAB 124 I Sebelumnya
Beberapa Waktu Yang Lalu…Hagen membungkus tubuh telanjang Camellia dengan selimut. Pria itu mengecup lembut keningnya diikuti bisikan pelan di dekat telinga.“Kembalilah ke kamar, aku akan menyusulmu ke sana.” Dengan satu tangan mengelus halus kedua pipi, Hagen terus memeta wajah Camellia yang masih memerah akibat kegiatan mereka sebelumnya.Dia tersenyum simpul, sebelum akhirnya mengecup pipi dan sudut bibir Camellia yang basah dan merekah. Perlahan-lahan jemarinya mengusap dahi gadis itu yang mulai berpeluh.“Aku tahu kita tidak bisa melakukannya dalam waktu lebih lama. Kedatangan pria-pria itu memang sangat mengganggu,” sungutnya, sembari membelai pelan rambut Camellia yang terurai. “Jika mereka tidak masuk ke dalam, aku sendiri yang akan menggendongmu ke ranjang.”Tanpa memedulikan wajah memerah gadis itu yang bersemu. Ketika kepala Camellia hendak menunduk, Hagen pun mengangkat dagunya perlahan, lalu
Read more
BAB 125 I Tidak Terjadi Sesuatu
Hagen bergegas mendekati pintu saat mendengar suara feminim Camellia. Dia membuka sedikit, dan hanya menyisakan segaris celah untuk menutupi pandangan gadis itu ke dalam ruangan yang telah dipenuhi oleh kekacauan.Mendapati wajah polos Camellia, seketika saja Hagen keluar dari sana. Dia mengisyaratkan agar pria-pria di dalam diam dan tidak membuat keributan selama ada gadis itu di sekitar.“Hai Princess,” sapanya lembut sembari mengecup pucuk kepala Camellia, sebelum akhirnya dia membawa gadis itu menjauh dari pintu, membuat jarak dari telinga-telinga yang mencoba mencuri dengar.Melihat kaki telanjangnya, Hagen pun mengerutkan dahi tetapi dia juga merasa sedikit lega, karena dia melakukan hal tepat dengan menjauhkan gadis itu dari lantai yang dipenuhi pecahan kaca.“Apa semua baik-baik saja?” tanya Camellia sekali lagi, yang membuat Hagen meresponnya dengan senyuman.“Ya, tidak ada yang perlu kau khawatirkan,” u
Read more
BAB 126 I Ledekan Menjengkelkan
Tatapan Hagen berubah datar saat dia melihat siluet seorang pria di dekat pagar rumah Camellia melalui rekaman CCTV dari beberapa menit yang lalu, dan tidak lama setelah kepergian pria itu muncul api kecil dari arah kursi teras.Rasa marah seketika membuat Hagen mengangkat pesawat telepon, dia tidak mengira seseorang dapat berbuat nekat hanya untuk menarik perhatian.“Bagaimana?” tanyanya, sembari terus menatap ke arah layar CCTV yang memperlihatkan keadaan rumah Camellia saat ini.Tampak beberapa orang-orangnya yang berpencar untuk memdamkan api di sekitar.“Kami tidak berhasil mengejarnya,” ucap bawahan Hagen, yang membuat pria itu semakin marah hingga memukul permukaan meja.“Lakukan sesuatu! Kita sudah terlalu lama membiarkan dia lolos berkali-kali,” geramnya, dan tanpa sadar menyugar rambut dengan gerakan kasar. “Apa kalian ingin melihat seseorang mati lebih dahulu sebelum benar-benar menangkap bajinga
Read more
BAB 127 I Blake, Aku Merasa Mual
Pagi itu, Camellia terbangun dikarenakan suara sayup-sayup percakapan Hagen bersama seseorang pada sambungan telepon. Gadis itu mengangkat kepala dan menoleh sejenak ke arah punggung pria itu yang menghadap padanya. Cukup lama dia terdiam, dan mencoba untuk mencuri dengar.“Berapa kali harus kukatakan padamu untuk memantau wanita itu! Meskipun aku mampu mengendalikan media, tetapi tetap saja tidak semua hal yang berada di internet dapat dikontrol, Tian!”Suara pria itu yang meninggi. Namun, juga terdengar sedikit pelan, membuat Camellia semakin menatap penasaran.Sejenak, Hagen terdiam mendengar jawaban dari seberang, tetapi lagi-lagi suara maskulinnya meledak penuh kemarahan.“Lakukan sesuatu! Apa kau ingin aku memburumu dan bertindak dengan caraku?” geramnya, dengan nada penuh kekesalan.Tanpa menunggu balasan dari seberang, Hagen pun memutus sambungan secara sepihak.Tampak kedua bahunya naik turun, seakan-akan men
Read more
BAB 128 I Kejutan Tidak Terduga
Perlahan-lahan Hagen pun tersadar dari keterkejutan sesaat setelah Camellia berlari. Dia segera bangkit dari posisi duduk di sisi ranjang, lalu menoleh pelan ke arah toilet di mana gadis itu terdengar memuntahkan isi perutnya.Tanpa menunggu lebih lama, Hagen mendekati tubuh feminim yang membungkuk di depan dudukan toilet. Dia ikut berjongkok dan memberikan kenyamanan pada Camellia yang tidak henti-hentinya memuntahkan udara.Tangan Hagen memegangi leher dan punggung gadis itu, kemudian memijitnya dengan gerakan pelan penuh kehati-hatian. Terlihat kecemasan bergelayut di wajah rupawan itu.“Sebaiknya kau berbaring saja di kamar. Aku akan mencoba menghubungi Timothy,” ucapnya, sembari memegangi rambut Camellia yang terurai. “Selama beberapa malam tidurmu terganggu karenaku.”Meskipun tidak ada nada penyesalan terdengar di balik suara maskulinnya, tetapi Hagen sadar bahwa dia sudah membuat Camellia kelelahan akhir-akhir ini. Dia bisa
Read more
BAB 129 I Calon Papa
Hagen menatap buntelan putih yang berada dalam pelukan salah satu pelayan di Purple Stone. Cukup lama dia terdiam, dengan mata tidak lepas menatap bayi berusia enam bulan dalam gendongan. Suara tangisnya yang memekakkan perlahan-lahan hilang seiring buaian serta senandung yang pelayan wanita itu lakukan.Lamunan Hagen seketika buyar saat Baron berdeham dan memanggil namanya dari seberang ruangan. Sembari menutup mata, Hagen pun memijit pelipis dan pangkal hidung yang terasa berdenyut, menyakitkan kepala.“Apa kau sudah membaca surat yang ditinggalkan?” tanyanya, membuat Baron menggeleng saat memberi jawaban.“Tidak, Sir.” Butler Keluarga Hagen itu pun mengeluarkan amplop putih dari saku baju, dan dengan sedikit ragu dia menyerahkannya pada si pemilik rumah yang memasang wajah tidak ramah.Jelas sekali, kehadiran bayi di antara mereka membuat suasana canggung dan sedikit tegang.Setelah menarik napas dalam-dalam, Hagen pun me
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
18
DMCA.com Protection Status