Semua Bab The Unwanted Bride (Indonesia): Bab 31 - Bab 40
53 Bab
Chapter 31(ditemukan)
Baru saja Arkan berjalan sekitar lima meter, tubuhnya mendadak berputar dan berbalik arah kembali menuju base camp. Saat sedang panik luar biasa seperti ini, nalarnya juga ikutan mandek dan tidak berkembang sama sekali. Dia merasa sangat bodoh saat tadi tidak bertanya siapa orang yang bertemu terakhir kalinya dengan Ory. Karena itu sebenarnya adalah petunjuk untuk mulai mencari tahu tentang keberadaan Ory sekarang."Lo ngapain balik lagi ke base camp, Kan? Bukannya lebih cepat kita mencari Ory maka lebih baik untuk keselamatan jiwanya?"Akbar menahan langkah Arkan yang bergerak cepat menuju base camp."Lebih baik kita tanyain dulu siapa yang terakhir kali melihat Ory. Itu bisa menjadi petunjuk kita agar lebih cepat menemukan Ory."Dan akhirnya semua team ikut berbalik ke base camp. Gina dan Luna yang sebenarnya sudah sangat gelisah sedari tadi, makin pucat saat melihat seluruh team kembali ke base camp. Di
Baca selengkapnya
Chapter 32(emosi)
Hujan deras yang disertai petir yang menggelegar, semakin membuat resah para senior-senior kampus. Mereka semua bertanggung jawab atas acara malam perpisahan ini. Bila terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan, entah bagaimana pertanggungjawaban mereka pada para petinggi kampus. Khususnya Pada Radja. Bukan menjadi rahasia lagi kalau pemilik sekaligus dosen di UPH itu memiliki kedekatan khusus dengan MABA yang hilang ini. Gina dan Luna harap-harap cemas, menunggu kepulangan Arkan dan team yang sedang mencari Ory. Penyesalan memang selalu datang terlambat.Sementara itu Intan yang sudah ketakutan sedari tadi, akhirnya mengambil keputusan untuk melaporkan kejadian ini pada Dewa. Dia tidak mau mengambil resiko diamuk kembali oleh suami gila sahabatnya itu. Karena sehari sebelumnya Dewa secara langsung menghubunginya dan mengatakan agar Intan melaporkan apapun kegiatan Ory dan ikut menjaganya. Karena kesehatan Ory belumlah pulih sepenuhnya.Bar
Baca selengkapnya
Chapter 33(dia milikku)
Dan akhirnya dua orang yang sama-sama sedang badmood itu pun, saling serang demi memuaskan ego kelelakian mereka."Laki-laki dan egonya, sepaket banget. Kakak berdua tolong angkatin Ory ke dalam bisa nggak? Biar saya saja yang gantiin bajunya. Biarin aja tuh ayam jantan berdua melampiaskan ego masing-masing sampe puas. Palingan kita-kita juga ntar yang bakalin ngobatin luka-lukanya."Intan terpaksa meminta Raga dan Satria untuk menggendong Ory. Berhubung kedua pahlawannya sedang sibuk berolah ilmu kanuragan dan bertanding ajian serat jiwa."Masih mending kalo cuma luka-luka doang. Kalo ada yang mati gimana? Lo nggak tau sih seperti apa gilanya si Arkan kalo udah kesenggol egonya. Belum lagi moodnya naik turun mulu kayak signal provider akhir-akhir ini. Better gue pisahin dulu deh tuh macan bedua, daripada kita ntar malah sibuk ngelayat abis ini."
Baca selengkapnya
Chapter 34(cinta)
Gina, Luna, Celine, Arkan, Raga dan Satria duduk di barisan sebelah kiri, dalam ruang sidang yang dibuat oleh Radja. Sedangkan Intan, Cindy, Adam, Vina dan Orlando di sisi sebelah kanan. Di depan mereka berdiri Radja, Dewa dan Rendra yang menatap tajam dua kelompok mahasiswa yang sedang bermasalah di kampus. Radja ingin mengetahui duduk persoalan yang sebenarnya dari dua kubu ini secara adil dan tidak berat sebelah. Oleh karenanya ia meminta mereka semua untuk berkumpul dan mendengarkan cerita mereka dalam semua versi."Baiklah karena kita semua sudah berkumpul, saya akan memulai dari Gina dan Luna terlebih dahulu. Apa yang sebenarnya terjadi dibalik hilangnya Ory yang berstatus sebagai MABA di sini? Dan ingat, saya tidak mentolerir adanya kebohongan di sini. Kalau ketahuan ada yang berbohong, sanksinya akan saya keluarkan dari kampus, atau akan saya laporkan kepada pihak yang berwajib jikalau perlu. Hukuman wajib untuk memberikan efek je
Baca selengkapnya
Chapter 35(mulai ada rasa)
Wajah lelah Dewa adalah orang pertama yang dilihat Ory, saat ia pertama sekali membuka mata. Dewa tertidur dalam posisi duduk sembari menumpangkan kepalanya di sisi brankar. Ory memperhatikan lekat-lekat wajah tampan Dewa yang masih tertidur karena kelelahan. Ory tahu dibalik pedasnya setiap suku kata yang dilontarkan Dewa, sebenarnya itu karena ia sangat mengkhawatirkan keadaannya. Begitu juga sikap possesivenya. Semua ia lakukan demi kebaikannya.Ternyata kalau dalam keadaan tertidur pulas begini, tidak terlihat tuh wajah dingin dan sadisnya. Dan kalau benar-benar diperhatikan dengan seksama semakin lama dipandang, ternyata wajah suami sangarnya ini ehm ganteng juga. Eh mikir apa sih aku ini? Batin Ory."Kamu baru sadar kalau ternyata wajah suamimu ini selain keren luar biasa juga ngangenin senantiasa bukan?"Tiba-
Baca selengkapnya
Chapter 36(selingkuh... lagi?)
Hari pertama masuk kerja setelah seminggu cuti itu rasanya sesuatu sekali. Ya sesuatu karena tumpukan arsip yang segunung, email yang tidak ada habis-habisnya. Belum lagi harus memilah-milah dokumen yang harus di photo copy, menjadwal ulang pertemuan dengan client-client bahkan sampai mengurusi makan siang Bima. Tapi untuk urusan yang satu ini Ory harus main kucing-kucingan dengan Dewa. Bisa ngamuk dia kalau tahu bahwa Bima masih saja suka membudakinya dengan hal remeh temeh yang harusnya bukan menjadi job desknya."Mau sampai jam berapa baru kamu memberi Abang makan, Ry? Mau nunggu sampai Abang pingsan dulu, begitu?" Bima tiba-tiba muncul di kubikelnya sembari mengetuk-ngetukkan jarinya di meja.Ory refleks melirik pergelangan tangannya. Jam satu lewat tiga puluh menit. Mampus! Saking repotnya dia sampai lupa menyiapkan makan siang untuk boss besarnya ini."Duh maaf ya, Bang. Ory sampai lupa karena banya
Baca selengkapnya
Chapter 37(salah paham lagi)
Waktu telah menunjukkan pukul dua belas siang. Rekan-rekan kerjanya telah berhamburan menyerbu kantin kantor, demi meredakan kemarahan cacing-cacing yang berdemo di perut mereka. Namun Ory tidak bergerak dari mejanya. Dirinya tidak merasa lapar sama sekali. Apalagi ditambah Dewa yang semalaman tidak pulang, makin menhilangkan nafsu makannya.Semalaman benaknya terus saja berpikir untuk segera mengambil keputusan tentang masa depannya. Sebenarnya ia merasa miris sekali. Jujur ia mengasihani nasibnya sendiri. Hidup sebagai anak yatim piatu dengan saudara jauh yang bisa dihitung dengan jari sungguh menyedihkan. Dan dia juga sadar kalau mereka yang ia sebut saudara itu hanya mendekatinya apabila mereka ada maunya saja.Mempunyai seorang ibu tiri juga manipulatifnya luar biasa sifatnya. Ditambah memiliki seorang suami yang ternyata tukang selingkuh di belakangnya makin membuat perasaannya makin miris saja. Semakin diingat-ingat kisah hidupnya,
Baca selengkapnya
Chapter 38(kisruh)
Suara daging yang saling bertumbukkan terdengar di cafe yang tengah ramai-ramainya. Meja dan kursi pun ikut melayang, beserta makanan yang berserakan, karena tendangan kedua manusia yang seperti ingin saling membunuh itu.Bayu adalah saksi hidup dari perkelahian demi perkelahian dari dua musuh bebuyutan itu. Sejak TK, SD, SMP dan SMU mereka berdua selalu satu kelas. Seperti kedua orang tua mereka yang bermusuhan dalam dunia bisnis, mereka juga sudah saling benci sejak pertama kali bertatap muka dalam bermain bola saat TK.Mereka berdua sebenarnya mempunyai kualitas yang kurang lebih sama. Tampan, kaya, pintar dan jago bela diri. Tetapi seperti pepatah yang mengatakan tidak ada dua raja dalam satu hutan, seperti itulah mereka. Selalu saling bersaing demi mendapatkan pengakuan sebagai pemimpin.Dalam kurun waktu empat belas tahun kebersamaan mereka. Bisa dikatakan setiap minggu akan saling baku hantam. Dan kali ini
Baca selengkapnya
Chapter 39(sakit hati)
Dewa mondar mandir di rumah dengan gelisah. Waktu telah menunjukkan pukul sebelas malam. Namun istri ciliknya belum juga pulang ke rumah. Mang Jaja yang tadi dinterogasinya habis-habisan, hanya mengatakan bahwa Ory tadi bilang, ingin pulang bersama temannya. Teman? Teman yang mana coba? Intan sudah pulang ke rumah sedari tadi, kata Bima.Dewa kembali memindai jam Jam dinding. Kalau saja jam dinding rumahnya ia bisa berbicara, mungkin ia kesal, karena terus dipelototi setiap detik."Sebenarnya kamu ini ke mana, Ory? Apa kamu masih marah sama Mas karena perkataan Mas di cafe itu?Dewa mengacak-acak rambutnya. Ia cemas karena Ory tidak kunjung pulang. Sejurus kemudian terdengarSuara kunci yang diputar. Daun pintu pun tiba-tiba terbuka. Dewa menarik napas lega. Ory sudah pulang rupanya. Tetapi tunggu... tunggu... mengapa ia sama sekali tidak mendengar suara kendaraan masuk ke halaman? Tidak mungkin 'kan
Baca selengkapnya
Chapter 40(galau)
Bima melirik Ory yang sedari tadi Ory terus saja melamun di mejanya. Tidak biasanya karyawan teladannya ini duduk diam berpangku tangan, padahal sebentar lagi mereka akan menemui beberapa client besar. Hari ini memang telah dijadwalkan untuk menandatangai beberapa kontrak proyek raksasa.Kebiasaan Ory sebelum berangkat menemui client biasanya adalah memeriksa draft-draft perjanjian sekali lagi. Gunanya adalah untuk memastikan semua draft-draft itu clean dan tidak ada typo. Tetapi hari ini sepertinya berbeda. Ory tampak tidak bersemangat sekali bekerja."Kamu kenapa, Ory? Kok lesu sekali? Kamu sakit hmmm?" Bima meraba kening Ory perlahan. Tidak panas. Suhu tubuhnya juga normal-normal saja. Berarti bukan fisiknya yang sakit, tapi psikisnya. Dan hampir bisa dipastikan itu karena suami gilanya, Dewa. Bima tahu dari Clara kalau Ory sedang berencana untuk mengajukan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status