Semua Bab Enam Tahun Tanpa Malam Pertama: Bab 81 - Bab 90
96 Bab
80. Lamaran
Raka menyilangkan kedua tangannya di belakang kepala dan menatap langit-langit kamar tidur yang bernoda. Air hujan yang merembes pada dinding plafon, sepertinya yang menyebabkan warna kecoklatan tercetak cukup tebal di sebagian tempat.    Lelaki itu belum bisa memejamkan kedua matanya, padahal jam dinding sudah menunjukkan pukul dua dini hari. Isi di kepalanya masih mengingat betul kejadian hari ini. Mulai dari prilaku Siwi dan juga sedikit pembalasan pada Rena. Dua wanita yang ada di hidupnya dengan rasa yang berbeda.    Suara dengkuran papanya terdengar cukup nyaring. Edwin sudah tertidur sejak pukul sembilan malam. Lelaki paruh baya itu lelah karena ikut bekerja di toko beras yang tidak jauh dari tempat mereka kos. Raka sudah melarangnya, tetapi Edwin mengatakan dirinya bosan jika tidak melakukan apapun.   Bersyukur besok h
Baca selengkapnya
81. Raka Berciuman dengan Siwi
"Aku mau." Siwi menerima cincin pemberian Evan dengan wajah merona dan mata berkaca-kaca. Beberapa orang tamu yang hadir di sana turut memberikan tepuk tangan pada acara lamaran Evan pada kekasihnya. Ayumi yang tidak paham, malah ikut bertepuk tangan dengan wajah riang. Lalu memperhatikan sekeliling yang tengah riuh memberikan tepuk.  Seseorang di seberang sana meremas sendok yang ada di tangannya. Wajahnya merah menahan kesal dan juga sedih. Raka meneguk jusnya hingga tandas, berusaha mengatur napasnya yang mendadak tersengal. Tak jauh dari mejanya, ia melihat dengan mata kepala sendiri, bahwa Siwi dan Ayumi ada di restoran yang sama dengan dirinya. Namun ia tidak menyangka, harus melihat acara lamaran Evan pada mantan istrinya yang begitu manis. Apa ia sakit hati? Tidak, ia tidak boleh sakit hati. Siwi dan Ayumi pantas bahagia, tetapi bukan dengannya. "Ka, lu baik-baik aja'kan?" tegur Darma; temannya yang membeli mob
Baca selengkapnya
82. Menyelidiki Evan
Ternyata tidak semudah itu melupakan Raka. Siwi salah menilai dirinya sendiri. Ciuman itu, ciuman yang sama seperti tiga tahun yang lalu. Lembut dan begitu menuntut. Tidak bisa untuk dipungkiri, wanita seperti Siwi sangat menyukai rasanya.  Beberapa jam yang lalu, bibir dingin dan padat itu kembali mendarat di bibirnya. Siwi merasa tubuhnya meremang dan kedinginan.  Wanita itu beranjak turun dari tempat tidur dengan malas. Ia berjalan ke lemah menuju nakas untuk menuangkan air ke dalam gelas. Diteguknya hingga tenggorokan yang begitu kering hingga basah kembali. Kini apa yang harus ia lakukan pada Raka? Lusa ia akan kembali bertemu dengan lelaki itu dan harus menahan kesal bercampur rindu di setiap saat. Siwi merasa gamang untuk perasaannya sendiri. Diangkatnya jari manis yang kini tersemat cincin bermata biru pemberian Evan. Lelaki itu tulus mencintai dan menerima segala kekurangannya. Apakah pantas ia melukai ha
Baca selengkapnya
83. Apakah akan rujuk?
Keluarga besar Siwi tentu saja terkejut bukan main dengan tamu yang datang sore hari. Tidak lain dan tidak bukan adalah Raka dan Edwin. Dua lelaki yang memiliki tingkat kemiripan hampir sembilan puluh persen. Sama-sama tampan dan gagah. Hanya Edwin versi tua dan Raka versi muda.Keduanya tentu saja tidak langsung diusir oleh Teja dan Ria, apalagi Ayumi mengenali lelaki tampan yang datang adalah papanya. Tentu saja gadis kecil itu bersorak gembira karena papa yang ia nantikan akhir sembuh dan mengunjunginya.Saat ini saja Ayumi tidak mau turun dari pangkuan Raka. Walau baru bertemu beberapa kali saja, tetapi Ayumi nampak dekat dan lengket pada Raka. Apakah karena memang keduanya memiliki ikatan darah yang begitu kuat?"Papa udah sembuh?" tanya Ayumi sambil memegang pipi Raka. Lelaki itu mengangguk cepat tanpa sanggup berkata-kata. Sungguh sangat di luar dugaannya, ternyata Ayumi nampak begitu menyayanginya. Mata Raka pun be
Baca selengkapnya
84. Raka Mengalah
"Siwi, tolong jelaskan semua ini padaku! Ada apa Antara kalian berdua? Pantas saja aku menelepon dari sore tidak diangkat, ternyata kamu sedang bersama pria OB ini." Evan tidak bisa menutupi wajahnya dari rasa marah. Tangannya terkepal erat dengan napas yang nampak memburu."Pak Evan, sebaiknya kita duduk dulu. Tidak enak dilihat banyak orang jika bertengkar di sini." Raka menyentuh ujung lengan kemeja Evan, tetapi ditepis oleh lelaki itu."Singkirkan tanganmu dari bajuku!" secepat kilat Raka mengangkat tangannya. Tidak ada rasa tersinggung ataupun marah. Raka pernah ada di posisi Evan dan dia sangat paham akan hal seperti ini."Siwi, bawa Ayumi mencuci tangan terlebih dahulu, ayamnya sebentar lagi akan diantar." Siwi patuh dan menuntun Ayumi untuk mencuci tangan di wastafel. Meninggalkan Evan dan Raka dalam suasana mencekam."Siapa kamu sebenarnya?" tanya Evan tak sabar. Raka tertawa tipis sambil menyugar
Baca selengkapnya
85. Mencari Keberadaan Siwi
Erlan bertambah kesal karena sudah hampir tiga hari istrinya bisnis keluar kota tanpa kabar. Padahal ia juga ada urusan ke Bandung. Telepon Rena juga tidak aktif. Maksud hati ini sekalian mengajak sang istri liburan, tetapi malah istrinya tak kunjung pulang. Erlan pun kini sibuk menelepon Siwi, tetapi tidak tersambung."Duh, kenapa wanita selalu saja tidak cepat tanggap saat dibutuhkan seperti ini?" gumam Erlan kesal. Mobilnya memasuki area parkir utama khusus pemilik dan direksi kantor. Sopir membukakan pintu untuknya dan Erlan berjalan cepat untuk masuk ke dalam lift.TingLift berhenti di lantai delapan. Pintu lift terbuka, tepat saat Raka tengah mengepel lantai. Lelaki itu menoleh pada Erlan sambil menunduk hormat."Selamat pagi, Pak Erlan," sapanya ramah."Pagi, Raka. Apa Siwi sudah datang?" tanya Erlan sambil memanjangkan lehernya mengintip ke meja sang sekretaris."
Baca selengkapnya
86. Parang yang menghunus
Siapkan tisu untuk menghapus air mata!_Dewasa_Satu jam sebelumnya.Raka hanya bisa mondar-mandir kebingungan di dapur. Ia hendak menghubungi keluarga Siwi, tetapi ragu. Bisa saja keluarga wanita itu menuduhnya yang bukan-bukan. Jauh di dalam hatinya, ia berharap bahwa ibu dari anaknya baik-baik saja dan tidak sedang dirundung masalah.Raka sudah tiga kali ke kamar mandi, karena perutnya mulas menunggu Siwi yang tak kunjung sampai di kantor. Bolak-balik pintu lift terbuka, tetapi bukan Siwi yang keluar dari sana."Kamu kenapa, Ka? Sakit?" tanya Mbak Nani saat melihat Raka yang terus saja keluar masuk kamar mandi sambil memegang perutnya."Iya, Mbak. Eh, itu Bu Siwi udah ada di mejanya belum?" tanya Raka."Belum, gak masuk kali Bu Siwinya, Ka. Ini udah sore banget, gak mungkin datang." Raka mengangguk dengan perasaan semakin resah."Kamu k
Baca selengkapnya
87. Pesan Raka pada Edwin
Tangan Raka diborgol, lalu digiring masuk ke mobil polisi. Sedangkan Siwi masuk ke dalam ambulan ditemani oleh salah satu polwan. Siwi masih menangis tersedu melihat Raka yang menunduk di dalam mobil. Lelaki itu tidak mengatakan apapun, selain menitipkan Ayumi padanya. Jika Raka akan langsung dibawa ke rumah sakit, maka Raka langsung mendekam di penjara.  Mendengar putrinya berada di rumah sakit, Teja dan juga Ria segera meluncur ke sana. Pihak rumah sakit tidak mengatakan apapun perihal Siwi. Mereka hanya mengatakan bahwa putri mereka sedang berada di rumah sakit dan dalam keadaan tidak baik-baik saja. Teja mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Pikiran buruk akan kemalangan putrinya semenjak munculnya Raka, membuat lelaki itu kesal. Di dalam hatinya pun menyimpan dendam pada Raka, jika sampai terjadi sesuatu pada putrinya. "Pelan, Pa. Jangan sampai kita juga celaka karena Papa tida
Baca selengkapnya
88. Malangnya Erlan
["Apa? Evan sekarat? Papa jangan sembarangan bicara! Dia ke kantor tadi. Oke,oke ... Erlan segera kembali ke Jakarta dan langsung ke rumah sakit."]  Erlan menekan gas mobilnya dengan kecepatan tinggi. Sebelah tangannya memegang setir, sebelah lagi terus menghubungi Rena. Karena tak kunjung diangkat oleh istrinya, Erlan memutuskan untuk meninggalkan pesan suara.  ["Evan sekarat di rumah sakit XXX. Aku harap kamu ke sana sekarang! Aku sudah berada di tol, mungkin dua jam lagi baru sampai."] Send Rena baru saja keluar dari kamar mandi. Tubuhnya segar dan wangi karena memakai sabun dan lulur yang baru saja ia beli dari salah seorang temannya. Konon, lulur ini sudah didoakan oleh seorang dukun sehingga setiap wanita yang memakainya akan selalu terpancar aura kecantikan dan juga aroma tubuh yang memabukkan setiap pria.  Kopernya
Baca selengkapnya
89. Rena Melarikan Diri
Rena sudah meninggalkan kota Jakarta dengan menyewa mobil rentalan. Wanita itu ketakutan dan kabur keluar kota tanpa membawa banyak barang. Ia terlanjur takut akan kedatangan polisi ke apartemennya. Rena hanya membawa satu tas koper kecil dan beberapa surat berharga suaminya dan juga berkas-berkas usaha showroom miliknya.Awalnya pemilik rental tidak mengijinkan karena tidak menyertai sopir dari mereka. Namun Rena bersikeras ingin menyetir sendiri, sambil memberikan uang rental yang ia berikan dua kali lipat. Tentu saja pemilik rental tergiur dengan uang sepuluh juta di depan wajahnya. Rena juga berani meninggalkan KTP-nya sebagai barang bukti, jika ia tidak kembali dalam waktu tiga hari.Rena juga memberikan alamat orang tuanya (palsu) sebagai bukti kuat bahwa ia tidak mungkin melarikan diri membawa mobil rental yang ia pilih sangat biasa saja.Rena berhenti di rest area saat ponselnya berdering. Lelaki yang selalu saja m
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status