Semua Bab PENDEKAR TAPAK DEWA: Bab 131 - Bab 140
151 Bab
PART 131
    Namun, baru saja ia bergerak ke depan sembari hendak mencabut golok panjangnya,  di luar dugaannya, laki-laki yang hendak diserangnya menarik sorban panjang yang ada dilehernya dan langsung mengebetnya ke samping. Dan...       Breeett...!       “Auwww...!!”       Ujung sorban yang telah berubah menjadi senjata yang mematikan itu langsung menghantam dan melemparkan tubuh laki-laki itu ke belakang. Dan...       Bubruaakk...!!       Tubuhnya jatuh menimpa meja di belakangnya dan menghancurkannya.Di mulutnya langsung menyemburkan darah segar akibat kuatnya hantaman sorban tadi pada bagian dadanya.        Semua orang dalam ruangan itu yang sama sekali tak menduga akan demikian peristiwanya, langsung
Baca selengkapnya
PART 132
     “Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh...”       Habis mengucapkan itu, La Mudu mengajak Lalu Museng dan Lalu Gilising untuk meninggalkan tempat itu, dan berkata, “Apa boleh saya mampir di tempatnya Lalu?”      “Oh...tentu, Datu...! Mari...!” sahut Lalu Museng dan melangkah mendahului La Mudu dan putranya, Lalu Galising.      Belum jauh mereka melangkah, kesepuluh kawanan perusuh berlari mengikuti sembari menyebut-nyebut nama Jawara Mudu.      “Ada apa...?” jawab La Mudu sembari menghentikan langkahnya, tetapi tidak menoleh ke belakang.      “Ijinkan kami untuk menyertai perjalanan Jawara Mudu...!”      Itu yang berkata adalah sang pemimpin kawanan perusuh, La Garompa.&nb
Baca selengkapnya
PART 133
        Lalu Galising hanya mengamatinya saja seolah matanya tak ingin berkedip semua apa yang dilakukan oleh La Mudu, sejak ia mengambil air wudhu hingga melaksanakan sholat. PemudA itu hanya merasa heran cara penyembahan Tuhan yang dilakukan oleh sang jawara besar Pulau Sumbawa itu.       La Mudu tak lama melaksanakan sholat asharnya. Setelah mengangkat kedua tangannya, berdoa, ia pun bangkit. Tatapannya kembali ditebarkannya ke segala penjuru sungai. Di mana orang-orang desa makin terlihat banyak. Mereka datang untuk mandi dan bercuci, atau mencari ikan dengan cara merogohnya ke dasar lubuk-lubuk. Dan ada juga yang melempar jaring. Tapi ketika pemilik jaring itu menarik jaringnya, tak banyak ikan yang berhasil terjaring.      “Apakah di sungai ini banyak ikannya, Galising?” tanya La Mudu kepada Lalu Galising tanpa melihat kepada pemuda.
Baca selengkapnya
PART 134
       Ba’da Isya’  Lalu Museng menjemput saudara kandungnya yang mengalami sakit. Namanya Lalu Ruteng. Oleh istri Lalu Museng digelarkan tikar pandan di untuk membaringkan saudara iparnya itu.       Laki-laki yang berusia baru menginjak usia empat puluh itu terlihat kurus dan pucat. Ia batuk tiada henti-henti. Saat ia bentrok tatap dengan La Mudu yang saat itu tengah menatapnya dalam diam, laki-laki itu seperti sangat ketakutan dan tiba-tiba berteriak dan langsung bangkit duduk. Namun dengan cepat La Mudu menekan pundaknya adat tidak bangkit.      “Tenanglah, kau tak perlu takut kepadaku. Kita sesama mahluk Allah,” ucap La Mudu tenang.       Namun ketika mendengar La Mudu menyebut nama “Allah”, wajah Lalu Ruteng terlihat makin pucat. Keringatnya terlihat mengucur keluar dari wajah dan lehernya
Baca selengkapnya
PART 135
        “Sebenarnya, siapakah yang membuat adik saya jadi sakit seperti itu, Datu?” bertanya Lalu Museng ketika adiknya sudah dibawa pulang oleh anak dan istrinya.       Lalu Galising, istri Lalu Museng, dan anak gadis mereka duduk di sekitar La Mudu. Mereka tampaknya sangat ingin mengetahui siapa orang yang telah menzalimi keluarga mereka itu dengan demikian teganya.       “Tubuh Lalu Ruteng didiami dan digerogoti oleh sesosok jin jahat atas suruhan ahli sihirnya,” ujar La Mudu lalu menghembuskan nafas halusnya. “Tapi jin jahat itu telah saya belenggung...”       “Lalu siapakah tukang sihir biadab itu, Datu?” potong Lalu Museng. Ada kegeraman yang terpancar pada raut wajahnya.       “Mungkin sebaiknya saya tidak mengatakan tentang siapa dia, tetapi yang jelas
Baca selengkapnya
PART 136
       Juru jala yang diajak oleh La Mudu untuk melempar jalanya adalah Amaq Jolang.     “Di mana lubuknya, Amaq Jolang?” tanya La Mudu.    “Yang di depan itu saja, Datu...!”    “Oh baiklah. Silakan,” sahut La Mudu sembari menggenggam kerikil di sekitar kakinya dengan dua tangannya sekaligus, dan sebagian kerikil itu dia minta kepada Lalu Galising untuk menyiapkannya. “Amaq Jolang akan menebar jalanya dua kali.”      “Baik, Datu...!”    Lubukan yang dipilih oleh Amaq Jolang adalah lubukan yang pernah dilemparinya kemarin. Ia langsung bersiap di atas bati di pinggir selatan lubukan, sementara La Mudu dan Lalu Galising berdiri di atas batu di sebelah utaranya.      “Siap ya, Amaq Jolang...?”      &ldqu
Baca selengkapnya
PART 137
       La Mudu mempersilakan Lalu Rinde untuk ikut bergabung menikmati ikan bakar. Namun selama menikmati kelezatan ikan bakar itu laki-laki itu seolah-olah tak berani untuk mengangkat wajahnya dan terlihat tak mampu untuk memperlihatkan wajah cerahnya.      Dalam keadaan seperti itu, La Mudu tiba-tiba menghentikan makannya lalu berdiri.      Ia menebarkan pandangan kepada segenap warga Sera Guar sembari tersenyum. “Sembari terus menikmati kelezatan ikan bakar, saya minta kepada kalian semua untuk mendengarkan apa yang hendak saya sampaikan,” ucap La Mudu dengan suaranya yang datar penuh wibawa. “Dalam kesempatan ini, ada di seorang warga yang merupakan saudara kalian sendiri yang ingin menyampaikan sesuatu hal yang sangat penting bagi hidupnya. Dia adalah Lalu Rinde.”      Semua wajah langsung menoleh kepada Lalu Rinde dengan wajah menyiratk
Baca selengkapnya
PART 138
      Setelah suara hiruk pikuk itu usai, Lalu Rinde pun berdiri dan berkata, “Dengarkan semuanya. Hal yang paling bahagia yang saya rasakan dalam hidup ini adalah saat ini. Maaf dari Lalu Rinde adalah pemberian terbesar bagi kehidupan saya. Seolah-olah beban berat yang menggencet punggung saya langsung lenyap seketika. Terima kasih, sahabat masa kecilku, Lalu Ruteng.”       “Sama-sama, sahabatku. Tekadmu yang kuat untuk kembali menjadi manusia yang baik sudah cukup membuat hati saya senang mendengarnya,” sahut Lalu Ruteng dengan tulus dan jiwa besar.       Kembali warga memberikan tepukan tangan riuh-rimpah mereka kepada Lalu Rinde.       “Lalu yang kedua...!” lanjut Lalu Rinde setelah tepuk tangan usai, “Di hadapan kalian semua aku telah bersumpah pada diri saya, bahwa saya akan menyerahkan sebagian dari harta ya
Baca selengkapnya
PART 139
      Malam baru saja berlabuh, para warga Desa Sera Guar sudah berdatangan di halaman depan rumahnya Lalu Museng. Melihat kedatangan warga desa itu membuat Lalu Museng sekeluarga sedikit panik dan kebingungan. Sementara saat itu La Mudu masih terus melakukan tafakur dan wirid sehabis melaksanakan sholat isya’ dan sholat sunat dua rakaat. Di hadapannya ia letakkan batu kerikil yang masih terbungkus dengan sorbannya.      Lalu Museng yang dibantu oleh putranya, Lalu Galising, juga Lalu Rinde berusaha mengatur orang-orang yang berkumpul di halaman depan rumah itu, dan meminta agar mereka tidak ribut karena Datu Mudu sedang sembahyang.       Ketika La Mudu telah menyelesaikan wirid dan doanya, Lalu Museng datang dan duduk di dekatnya dan memberitahukan bahwa warga sudah berdatangan di bawah halaman.      “Hm, baiklah, Lalu Museng. Kira-kira berapa jumlah me
Baca selengkapnya
PART 140
       Sesungguhnya laki-laki yang dipanggil Ketua itu adalah adalah Lalu Lojang yang merupakan kepala desa dari Desa Sera Guar. Tanpa dinyana oleh siapa pun di kalangan masyarakat Ropang Ulu maupun orang-orang di kerajaan, bahwa Lalu Lojang merupakan seorang penghianat dan memimpin gerombolan perampok yang bernama Dewa Lenge. Sebuah gerombolan perampok malam yang sangat meresahkan di wilayah Ropang Ulu dalam beberapa bulan terakhir ini. Padahal bagi kerajaan dia adalah salah seorang pejabat di wilayah yang cukup dipercaya oleh pihak pusat kerajaan.      Jika pihak kerajaan tahu jika pemimpin perampok malam yang menamakan dirinya Dewa Lenge yang sangat meresahkan rakyat dan kerajaan itu adalah Lalu Lojang, orang yang cukup dipercaya di kerjaaan, tentu sang Baginda Raja sangat murka, dan Lalu Lojang dapat dijatuhi hukuman berat. Tak tertutup kemungkinan sang pemimpin gerombolan jahat Dewa Lenge yang menamakan dirinya sebagai Gondan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
111213141516
DMCA.com Protection Status