All Chapters of A Choice: Chapter 11 - Chapter 14
14 Chapters
11
Lisa menoleh ketika mendengar suara ketukan di pintu kamarnya. Siapa yang ingin menemuinya malam-malam begini? Apa itu Alice? Ia beranjak dari tempat tidur untuk membuka pintu, dan benar saja, itu adalah Alice. Tadi siang, Alice mengatakan akan bertemu dengan teman-temannya untuk memperbaiki suasana hatinya, tapi apa yang terjadi dengannya? Wajahnya tidak terlihat baik, mata dan hidungnya memerah, terlihat jelas bahwa ia habis menangis.  Alice masuk ke dalam kamar tanpa meminta persetujuan Lisa, ia duduk di pinggir tempat tidur.  "Kau... Habis menangis?" pertanyaan dari Lisa itu tidak langsung dijawab Alice, ia menghela napas, beberapa menit kemudian ia baru mulai mengatakan kejadian yang menimpanya hari ini.  "Aku putus dengan Zidan" kabar yang membuat Lisa terkejut dan kesal. Akhirnya mereka putus juga setelah melibatkan Lisa dalam hubungan rumit yang membuat hidupnya kacau. Menyebalkan sekali, di hari s
Read more
12
Sejak Davin menyatakan perasaan tertariknya pada Lisa, kepribadian gadis itu yang awalnya dingin menjadi lebih dingin pada Davin. Sebenarnya hari itu Davin sudah mendapat peringatan dari Lisa, tapi pria itu tidak menanggapinya dengan serius dan sikap Lisa setelah hari itu bagaikan sebuah pukulan bagi Davin. Gadis itu benar-benar menolaknya.  Hari itu setelah Lisa mengetahui Davin memiliki perasaan tertarik padanya, ia membalasnya dengan mengatakan sebuah peringatan "Jangan jatuh cinta padaku" dan langsung pergi begitu saja tanpa menunggu respon Davin.  Kejadian hari itu masih teringat jelas di benak Davin dan hingga sekarang ia masih mencoba untuk memperbaiki hubungannya dengan Lisa. Mereka memang tidak terlalu dekat hingga bisa disebut teman apalagi sahabat, tapi hubungan keduanya terbilang baik menilik dari interaksi Lisa dengan orang lain—tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa ia buruk dalam bersosialisasi. &
Read more
13
"Sejak kapan kau mengenal Lisa?" pertanyaan Azka memecah keheningan diantara kedua remaja yang sedang berjalan bersebelahan itu. Ini kesempatan untuk mengobrol dengan Destiny, jadi Azka akan memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya.  "Aku masih mengingatnya, pertemuan pertamaku dengan Lisa. Itu saat kami berumur 10 tahun" sebuah lengkungan tipis terukir di belah bibir Destiny, sepertinya ia sedang mengingat kejadian itu. Melihat senyuman Destiny membuat Azka ikut tersenyum, ia diam-diam bersorak dalam hati karena merasa obrolannya dengan Destiny akan berhasil kali ini.  "Apa kalian bersekolah di tempat yang sama waktu SD?" Azka kembali bertanya, namun kali ini hanya dijawab dengan gelengan oleh Destiny. Pemuda itu ingin bertanya lagi tentang bagaimana mereka bisa bertemu agar obrolan mereka terus berlanjut, namun tiba-tiba terpikirkan olehnya, bagaimana jika Destiny malah mengira ia menyukai Lisa karena terus bertanya tentang gadis it
Read more
14
Malam hari terasa berjalan lambat bagi Destiny, pikirannya terus tertuju pada sang Ibu, itu sebabnya ia terus terjaga sepanjang malam. Kedua matanya yang terlihat lelah menunjukkan dengan jelas bahwa tadi malam ia tidak tidur. Gadis kecil itu menuruni tangga dengan wajah lesu, mencekal lengan salah satu pekerja yang lewat di depannya dan dengan suara serak bertanya. "Apa Ibu sudah pulang?" "Nona Destiny?!" pekerja wanita itu berseru, raut wajahnya menunjukkan keterkejutan hingga membuat Destiny berkernyit bingung.  "Itu...." Destiny semakin kebingungan saat pekerja itu terlihat panik dan seperti bingung akan menjawab apa. Padahal pertanyaannya sangat sederhana, kenapa sepertinya sulit sekali untuk menjawabnya?  "Dengan perasaan teramat sedih, saya ingin memberitau Nona—bahwa Nyonya telah kembali ke sisi-Nya pada pukul empat dini hari" seorang wanita paruh baya yang merupakan Kepala Pelayan itu maju dan bi
Read more
PREV
12
DMCA.com Protection Status