All Chapters of Suami Bersama: Chapter 51 - Chapter 60
98 Chapters
Sidang Perceraian
Sidang perceraian kami sudah digelar beberapa kali. Aku dan Mas Yusuf hanya bertemu di pengadilan. Proses mediasi kami lalui, sebagai upaya perdamaian. Mediasi adalah upaya penyelesaian sengketa di antara kedua belah pihak dengan melibatkan seorang mediator. Pada saat mediasi, baik pihakku maupun pihak Mas Yusuf sudah benar-benar yakin untuk berpisah.Namun, setelah proses perceraian hampir mencapai putusannya, barulah Mas Yusuf menyadari kekeliruannya karena telah mempercayai Naura. Mungkin Naura sudah bercerita padanya jika ini hanya rekayasa wanita itu saja.Aku tidak mau kembali luluh dengan permintaan maafnya. Aku tidak peduli lagi padanya dan tetap melanjutkan gugatan cerai terhadap suamiku itu.Mas Yusuf masih saja memaksa dan ingin kembali padaku, sedangkan aku bersikukuh ingin berpisah darinya. Agar gugatan ceraiku dikabulkan, aku memperkuat alasanku ingin bercerai darinya. Kuceritakan perlakuannya terhadapku juga ayah dan anakku. Dia yang membuat ayahk
Read more
Andra Hilang
"Tidak! Jangan ambil anakku! Kembalikan dia padaku!" teriakku pada laki-laki bertubuh besar yang membawa Andra. Aku berlari mengejarnya untuk mengambil anakku kembali, tapi gerakkan lelaki itu lebih cepat. Kulihat ia menyerahkan Andra pada laki-laki yang duduk di kursi belakang sebuah mobil mewah. Lelaki itu menyeringai licik padaku dengan tatapan puas karena telah membuatku menderita."Buka!" suruhku padanya sambil menggedor kaca mobil yang belum lama tertutup, saat aku menghampirinya."Buka! Kembalikan Andra padaku! Kumohon, jangan ambil anakku!" Aku meminta pada lelaki yang berada di dalamnya. Namun, ia tidak memedulikanku. Mobil itupun perlahan melaju dan menjauh meninggalkan diriku yang menangis sendiri di jalanan yang sepi."Kembalikan anakku! Kembalikan dia...!" Aku terus berteriak meminta anakku yang dibawa pergi oleh lelaki jahat itu."Andraaa!"Aku terjaga dari tidur dengan napas tersengal sembari terduduk di atas ranjang. De
Read more
Di mana Anakku?
Tiiin ... Tiiin .... Suara klakson yang memekakkan telinga membuatku menoleh, saat aku menyebrangi jalan beraspal. Kulihat sebuah mobil pengangkut sayur melaju ke arahku dengan kencang. "Aaakh...!" Aku memekik tanpa mampu menghindar karena kakiku terasa kaku. Namun, kurasakan seseorang mendorong tubuhku dan kami jatuh bersamaan di sisi jalan. "Aww...." Aku meringis kesakitan. "Kamu tidak apa-apa, Dira?" Laki-laki yang aku kenal menanyaiku. "Aku tidak apa-apa, Rian," jawabku sambil menegakkan tubuh. Kuusap siku tangan yang terasa sakit karena terkena aspal. "Woi ... cari mati ya! Kalau mau bunuh diri jangan di jalan!" bentak si pengemudi mobil. Aku dan Adrian menoleh pada sopir yang tengah mengomel dari dalam mobilnya dengan pandangan mengarah pada kami. "Bikin repot orang aja!" omelnya lagi lalu melajukan mobilnya kembali. Adrian membantuku berdiri. Irama jantungku masih berdegup kencang dan perasaanku k
Read more
Menyelamatkan Anakku
Aku kembali terjaga. Entah berapa lama aku tidak sadarkan diri. Kutegakkan tubuh dan melihat ke sekeliling ruangan. Aku sudah berada di dalam kamar yang tidak asing. Ini kamarku dan Mas Yusuf. Warna dinding dan tata letaknya tidak ada yang berubah. Namun, ada satu yang berbeda di sudut kamar. Netraku menangkap sebuah ranjang bayi berukuran kecil dan berbahan kayu lengkap dengan kelambu yang terpasang di atasnya. Ada juga beberapa mainan di sana. Aku beranjak dari tempat tidur dan berjalan ke arah ranjang kecil itu.  "Apa Mas Yusuf yang menyiapkan ini semua setelah tau Andra benar-benar anaknya?" tanyaku sendiri sembari menyentuh sisi ranjang itu.  Rafandra adalah anaknya. Saat proses sidang pertama berlangsung, aku mengabulkan keinginan Mas Yusuf untuk melakukan Tes DNA terhadap anakku. Dan hasilnya menunjukkan bahwa Rafandra memang benar anaknya. Karena itulah, ia menginginkan anaknya lagi. Suara laki-laki di luar kamar mengalihkan perhatia
Read more
Putusan Sidang
Brak.   Mereka terperanjat melihat kedatanganku. Aku berdiri di ambang pintu dengan wajah penuh amarah. Bergegas aku menghampiri Mas Yusuf dan langsung memberikan tamparan pada laki-laki itu. "Nadhira, kau?" Mas Yusuf menatapku sambil memegangi pipinya. Ia tampak kaget melihatku. "Kenapa? Kamu terkejut aku bisa sampai ke sini?" tanyaku. "A-aku," ucap Mas Yusuf terbata. "Ternyata kamu yang sudah mengambil anakku! Dan kamu melakukan ini untuk menghancurkan aku? Licik sekali kamu, Mas!" ucapku di depannya. "Kamu lelaki pengecut, beraninya memanfaatkan kelemahanku dengan mengambil Andra! Kamu jahat! Kamu memang jahat!" teriakku, kemudian memukuli badannya. Mas Yusuf menghempas tanganku sehingga aku berhenti. "Iya! Aku yang melakukan semua ini! Itu karena kamu menolak membatalkan gugatanmu dan tidak mau kembali padaku!" cetus Mas Yusuf akhirnya. "Dasar b*jingan!" Bugh. Adalah Adrian yang berbicara sembar
Read more
Penangkapan
"Dengan Bapak Yusuf Pramudya?" Salah satu dari dua orang polisi yang datang ke kantorku, bertanya. "Iya, benar, saya sendiri. Ada apa ya, Pak?" jawabku diakhiri pertanyaan. Saat itu, aku hendak pergi menemui klien di luar kantorku. "Anda kami tangkap atas penculikan yang Anda lakukan terhadap anak dari Ibu Nadhira, istri Anda," ucap polisi itu sambil menunjukkan surat penangkapan. "Apa? Saya menculik anak saya sendiri? Mana mungkin itu, Pak?" kataku berusaha mengelak dengan memasang raut wajah tidak bersalah. "Nanti saja Anda jelaskan di kantor polisi. Sekarang, silakan Anda ikut kami!" ucap polisi itu lagi padaku, lalu beralih pada anak buahnya, "Cepat tangkap Pak Yusuf!" "Siap, Komandan!"  "Sebentar ... Anda tidak bisa menangkap saya begitu saja tanpa bukti." Aku kembali mengelak saat polisi itu memborgol kedua tanganku. "Ayo, ikut kami!" ucap polisi yang memborgolku. Aku digiring ke luar menuju mobil polisi yang
Read more
Menemui Nadhira
Nadhira telah menceraikanku dan sekarang aku benar-benar sudah kehilangannya. Wanita yang selama tiga tahun lebih mendampingiku, akhirnya ia memilih pergi dan tidak mau bertemu denganku lagi. Wajar bila ia sakit hati padaku dan tetap pada pendiriannya ingin berpisah dariku. Itu karena aku sering menyakiti hatinya, bahkan aku meragukan kesetiaannya padaku. Sejak awal pernikahan kami, ia harus dipaksa rela terluka karena aku menikah lagi. Saat aku memintanya membatalkan gugatan cerainya, ia menolak dan tetap melanjutkannya. Akhirnya, aku harus pasrah dengan keputusan persidangan.  Mobil yang kukendarai sudah terparkir di depan rumah Nadhira. Aku segera turun untuk berbicara dengannya.  "Dek," panggilku. Nadhira melihat ke arahku yang berdiri di dekat pagar. Kulihat ia tengah menyuapi Rafandra sore itu. "Mau apa kamu ke sini, Mas?" tanyanya sambil berdiri. Aku berjalan perlahan ke arahnya. "Nadhira aku ke sini .... " Bel
Read more
Ridhoi Aku, Ayah
Hari-hari aku lalui bersama anakku, Rafandra Putra Pramudya, setelah akhirnya hak asuh atas putraku itu, aku dapatkan. Anak kecil itu semakin pintar dan tumbuh dengan baik. Tubuhnya yang gempal dan pipinya seperti bakpao membuat gemas orang yang melihatnya. Ia tidak pernah rewel atau merepotkanku, seolah tahu dengan keadaan bundanya. Usianya sekarang menginjak sebelas bulan, sebulan lagi ia berulang tahun, dan saat ini, ia mulai belajar berjalan.“Ayo sini, sayang, peluk bunda. Bunda di sini,” suruhku pada anak kecil yang berdiri sekitar satu meter lebih dari tempatku. Anak itu tampak kesusahan melangkahkan kakinya yang berbalut sepatu karena tubuhnya juga gemuk, sehingga ia jatuh terduduk kembali di rerumputan taman. Andra melepas sepatunya sendiri. Sepertinya sepatu itu menyulitkannya berjalan.Tampak beberapa orang melihat ke arahnya. Senyuman terkembang di bibir mereka saat melihat Rafandra hanya melepas sebelah sepatunya saja, sedangkan se
Read more
Menata Hidup
Selepas putusan sidang, aku bisa lebih fokus mengurus ayah dan anakku. Kondisi kesehatan ayah semakin membaik karena ia rajin melakukan pengobatan dan fisioterapi. Semua ini tidak lepas dari peran Adrian. Lelaki baik hati itu menepati janjinya untuk membantuku dalam pengobatan ayah. Ia tidak pernah bosan mengantar ayahku ke rumah sakit untuk melakukan terapi. Kadang aku merasa tidak enak dengan keluarganya. Aku takut, mereka berpikir bila aku memanfaatkan Adrian. Aku selalu meminta padanya agar jangan terlalu sering membantuku. Namun, ia bilang, ini adalah urusan dan tanggung jawabnya. Tanggung jawab? Bahkan bukan dia yang menyebabkan ayahku lumpuh. Mengapa ia harus bertanggung jawab? Dia juga bukan siapa-siapa kami. Dia hanya seorang teman. Entah apa alasannya, ia melakukan semua itu untukku dan keluargaku? Apa karena rasa cintanya padaku? Tapi, hingga saat ini aku belum bisa membalasnya. Ia juga tidak punya hutang budi sedikitpun padaku. Namun, mengapa ia masih saj
Read more
Setelah Nadhira Pergi
Setelah Nadhira pergi dariku, kehidupanku benar-benar berubah. Tidak ada lagi sosok wanita yang selalu menungguku pulang atau mengingatkanku makan jika waktu makan tiba saat aku tengah berada di kantor. Walau masih ada istriku yang lain yaitu Naura. Namun, ia seperti tidak peduli padaku. Sudah beberapa bulan ini, aku menjalani kehidupan rumah tangga bersama Naura. Aku melakukan semua ini demi putriku, Kayla. Aku juga mencoba melupakan kesalahan istri keduaku itu dan tetap mempertahankan pernikahan kami. Awalnya, aku merasa semua baik-baik saja. Namun, seiring berjalannya waktu, menjalani kehidupan rumah tangga bersama Naura ternyata sangat jauh berbeda dengan saat aku bersama Nadhira. Walau Naura di rumah, ia tidak bisa mengurus kebutuhanku dengan baik. Ia kembali pada kebiasaannya. Wanita itu lebih sibuk dengan dunianya sendiri. Ia sering bepergian dan kumpul bersama teman-teman sosialitanya. Ia bilang bosan bila harus berdiam diri di rumah saja. Seperti sore ini, i
Read more
PREV
1
...
45678
...
10
DMCA.com Protection Status