Semua Bab Suami Pilihan Kakek: Bab 71 - Bab 80
156 Bab
71. First Kiss
Nadia duduk diam sambil memperhatikan Ero yang tengah mengompres luka lebam di pipi Sellandra. Sungguh, dia benar-benar tidak menyangka kalau Ero akan muncul dan membela mereka di hadapan keluarganya. Moment ini benar-benar sangat mengharukan. Terlebih lagi setelah Nadia menyaksikan sendiri betapa Ero begitu peduli akan Sellandra, hatinya semakin yakin kalau menantu yang dipilihkan oleh mendiang ayah mertuanya adalah yang terbaik.“Awwhhh,” ringis Sellandra ketika luka di pipinya sedikit tertekan tangan Ero.Fuuhh fuuhhhhMelihat Sellandra meringis kesakitan, Ero dengan hati-hati meniup luka memar di pipinya. Entahlah. Perasaannya saat ini sangat sulit untuk digambarkan. Selalu dan selalu saja dia terlambat menyelamatkan Sellandra dari kejahatan nenek tua itu. Andai saja tadi Ero datang lebih cepat, pipi Sellandra pasti tidak akan terluka seperti ini. Benar-benar keluarga yang sangat kejam. Tega sekali Nyonya Kasturi memperlakukan cucunya sendiri sam
Baca selengkapnya
72. Kekaguman Tuan & Nyonya Smith
Sellandra tersenyum ke arah sang ibu yang tengah berdiri di sebelahnya. Dia kemudian mengelus tangannya dengan lembut, paham kalau sang ibu tengah mengkahwatirkan perasaannya.“It’s oke, Bu. Aku baik-baik saja.”“Bagaimana bisa kau berkata baik-baik saja di saat Ibu tahu kalau kau sebenarnya sangat tidak ingin bertemu dengan mereka, Sell,” sahut Nadia seraya menghela nafas panjang. Di tatapnya wajah Sellandra penuh rasa iba. Putrinya begitu baik, tapi kenapa selalu mendapat perlakuan tak adil dari keluarganya sendiri. Nadia sungguh tak habis pikir setiap kali mengingat perbuaant kejam yang dilakukan oleh ibu mertua dan juga adik iparnya. Bagi Nadia, tidak ada apa-apa kalau dia yang disakiti, Nadia sabar menghadapinya. Akan tetapi Sellandra, Nadia sungguh tak tega. Apa mereka sama sekali tidak merasa kasihan menyakiti seorang anak yang sudah tidak memiliki ayah lagi? Entahlah, hanya Tuhan dan mereka saja yang tahu.Mas Riandi, putri kita disakiti sampai sebegini dalamnya oleh nenek dan
Baca selengkapnya
73. Tawaran Menikah
“Kintan, ayo kita menikah!”PraanngggKintan tak sengaja menjatuhkan gelas yang sedang dipegangnya saat mendengar ucapan Davis yang mengajaknya untuk menikah. Meski hal ini sudah termasuk ke dalam rencana Kintan dan kakaknya, tetap saja Kintan merasa keget mendengarnya. Bukannya apa. Dia hanya tak menyangka kalau Davis akan secepat ini mengajaknya menikah. Apalagi selama dua minggu ini Davis terkesan menghindar dan menolak untuk bertemu. Jadi wajar sajakan kalau Kintan bereaksi seperti sekarang saat pion yang sedang dia incar mendadak mengajaknya masuk ke dalam permainan yang baru? Luar biasa.Pucuk di cinta ulampun tiba. Akhirnya kau masuk juga ke dalam perangkapku, Davis. Haha, ujar Kintan membatin.“Bagaimana? Kau bersedia tidak kalau kita menikah?” tanya Davis mendesak Kintan agar segera menjawab tawarannya.“Ekhmmm, Davis. Jujur aku sangat kaget mendengar hal ini. Bukannya aku tidak bersedia, hanya saja kita ini k
Baca selengkapnya
74. Rencana Baru
Bima dengan penuh sukacita memeluk Kintan yang baru saja menyampaikan kabar bahagia. Akhirnya setelah beberapa hari Bima dibuat stress gara-gara Davis yang terus menghindari adiknya, malam ini dia mendengar kabar baik juga. Si pion bodoh itu akhirnya berdiri di pihak mereka juga. Bahkan dengan kesadaran diri menyatakan ingin membalas dendam pada Sellandra. Ini kabar yang sangat luar biasa baik bukan? Ibarat kata pepatah, sekali tepuk dua tiga pulau terlampaui. Haha.“Kebodohan Davis adalah jackpot yang sangat luar biasa untuk kita berdua, Kak. Aku sungguh tidak menyangka kalau dia akan langsung mengajakku menikah begitu kami berjumpa. Beruntung sekali bukan?” ucap Kintan saat sang kakak mengurai pelukan mereka. Dan Kintan patuh-patuh saja saat sang kakak mengajaknya untuk duduk di sofa.“Kau benar, Kintan. Haihh, tidak kusangka seorang manager dari perusahaan sebesar Aeron Group bisa sebodoh ini. Sulit dimengerti,” sahut Bima seraya mendudukkan
Baca selengkapnya
75. Cinta Manis
Ero melepas seatbelt dari tubuhnya kemudian menoleh ke samping. Dia tersenyum, merasa bahagia karena sekarang setiap pagi dia selalu melihat pemandangan yang begitu indah. Yaitu kecantikan istrinya.  "Ada apa?" tanya Sellandra. Dia agak kikuk ditatap Ero sambil tersenyum seperti itu.  "Kau cantik," jawab Ero setulus hati memuji Sellandra. Satu tangannya terulur mengelus puncak kepala wanita yang begitu di cintainya ini. "Maaf ya aku masih belum bisa menjadi suami yang baik untukmu. Aku harap kau tidak merasa bosan." "Kau ini bicara apa, Ero," sahut Sellandra. "Kau tahu bukan kalau aku tidak pernah mempermasalahkan tentang hal semacam ini? Aku tidak suka." "Iya aku tahu. Aku hanya merasa beruntung saja memiliki istri yang tidak pernah memandang dari statusku yang hanya seorang pria miskin. Kau bahkan tidak pernah menanyakan tentang kewajibanku dalam menafkahimu. Jadi wajar sajakan aku sebaga
Baca selengkapnya
76. Sikap Yang Kasar
Sellandra langsung menghela nafas panjang melihat Bima yang dengan tidak sopannya masuk ke dalam ruangannya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Dia yang kala itu tengah menandatangi berkas yang di bawa oleh bawahannya hanya bisa diam saja ketika Bima dengan lancang duduk di pinggiran meja kerjanya. Benar-benar keterlaluan. Sellandra sungguh tidak paham mengapa Bima bisa dengan mudah menjatuhkan nama baiknya sendiri di hadapan orang lain. Tidakkah dia berpikir akan nama besar keluarga mereka? Heran.“Semua berkasnya sudah selesai aku tandatangani. Kau sudah bisa membawanya ke ruanganmu,” ucap Sellandra sembari merapihkan berkas yang barusaja selesai dia tandatangani kemudian dia serahkan kepada bawahannya.“Terima kasih, Nona Sellandra. Kalau begitu saya permisi. Tuan Bima, saya permisi.”“Iya,” sahut Sellandra.Bima hanya tersenyum saja saat Sellandra menatapnya tajam. Alih-alih merasa bersalah karena sudah berlaku tidak sopan, Bima malah dengan sengaja menyilangkan kedua kakinya sa
Baca selengkapnya
77. Menuntut Balas
PraannggAlmero melemparkan gelas minumannya hingga pecah berhamburan di lantai setelah dia mendengar laporan dari Kai. Darah di dalam tubuhnya mendidih seketika saat Kai menerima laporan dari mata-matanya kalau Bima telah menyakiti Sellandra. Dengan mata berkilat marah, Almero merebut ponsel dari tangan Kai kemudian bicara dengan asisten Sellandra, orang yang dipekerjakan untuk menjadi mata-mata di Latief Group.“Jangan katakan kalau Sellandra terluka dalam hal ini. Kalau aku sampai mendengarnya, kau akan … mati!” geram Almero sambil menggeretakkan gigi.“K-Komisaris, N-Nona Sellandra, beliau ….“Bicara yang jelas!”Kai hanya bisa menarik nafas panjang melihat atasannya meneriaki orang suruhannya. Tadi itu Kai dan atasannya tengah membahas beberapa pekerjaan penting mengenai proyek baru yang rencananya akan mulai dijalankan bulan depan. Namun, laporan dari mata-mata tersebut merusak semuanya. Mood atasan
Baca selengkapnya
78. Diserang
Dengan terburu-buru Bima melajukan mobilnya di jalanan setelah dia mendapat kabar kalau kantor cabang miliknya mengalami kebocoran data. Dia yang kala itu tengah berada di kantor pusat secepat mungkin berusaha agar bisa sampai di kantornya sebelum data-data itu bocor ke media. Akibatnya nanti bisa sangat fatal karena di sana ada beberapa dokumen rahasia yang rencananya akan Bima gunakan untuk menguasai Latief Group atas namanya sendiri.Ciitttttt“Brengsek!” umpat Bima sambil menginjak rem mobil sekuat mungkin saat ada dua mobil yang tiba-tiba berhenti menghadang jalan. Dia yang sedang buru-burupun segera membuka kaca jendela kemudian menyembulkan kepalanya keluar. Dengan marah Bima meneriaki si pemilik mobil agar segera menyingkir dari jalanan. “Yakkk kau orang bodoh. Kalau belum pandai menyetir, bermainlah di lapangan bola saja. Cepat menyingkir. Aku mau lewat!”Tak ada respon. Bima yang melihat hal itupun menjadi semakin kesal. Dia lal
Baca selengkapnya
79. Janji Manis
Sellandra dengan cepat menutupi bekas lebam di leher ketika melihat Ero yang tengah berjalan menuju ke mobilnya. Setelah itu Sellandra menarik dan menghembuskan nafasnya dengan pelan, berusaha bersikap setenang mungkin agar Lu tidak cuirga akan sesuatu di dirinya. Tadi setelah insiden penyerangan yang dilakukan oleh Bima, Sellandra sempat didera rasa takut yang sangat luar biasa. Dia bahkan sampai tidak bisa menyelesaikan pekerjaan saking syoknya dia menerima perlakuan Bima yang begitu kasar. Sebagai seorang wanita yang sama sekali tidak memiliki kemampuan beladiri, sangatlah wajar jika Sellandra sampai merasa ketakutan seperti ini. Bima mencekiknya, juga berniat menyakiti asistennya. Wanita mana yang tidak akan merasa syok jika kejadian mengerikan seperti terjadi tepat di depan mata?“Hai, Sell. Maaf ya lama,” ucap Ero sambil membuka pintu samping kemudi. Dia kemudian menatap nanar ke arah leher Sellandra yang tertutup syal.Kau benar-benar brengsek, Bima. Beraninya kau menyentuh ist
Baca selengkapnya
80. Rasa Haru
Nadia berjalan mondar-mandir di depan teras rumah sambil terus melihat ke arah pagar. Raut wajahnya terlihat begitu gelisah, dia juga tidak berhenti mengelus dada dan mengusap wajahnya. Tak lama kemudian sebuah mobil bergerak masuk ke dalam pekarangan rumah. Nadia yang melihat hal itupun segera berjalan mendekat. Dia lalu menunggu dengan tidak sabar si pemilik mobil keluar.“Ibu, apa yang sedang Ibu lakukan di luar?” tanya Sellandra heran. Segera dia menghampiri sang ibu kemudian memeluknya. “Ada apa, Bu? Apa yang terjadi?”“Sell, Bima diserang oleh sekelompok orang asing. Dan sekarang dia di tahan di kantor polisi karena kedapatan menyimpan obat-obatan terlarang di dalam mobilnya,” jawab Nadia sambil mengurai pelukan. Dia lalu menatap bergantian ke arah Sellandra dan juga Ero. “Sekarang kondisi Nenekmu drop. Beliau sangat syok setelah mendengar kabar ini. Dokter sedang menangani beliau di kamar.”“A-apa, Bu? Bima di tangkap polisi karena obat-obatan terlarang?”Sellandra tercengang k
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
16
DMCA.com Protection Status