Semua Bab MINDREADERS: Kisah Sang Wanita Pembaca Pikiran: Bab 21 - Bab 30
38 Bab
Bab 21. Pilihan
Setelah mengantarkan Anna pulang, Armando segera pulang juga ke rumahnya. Sepanjang perjalanan dia teringat kerjadian dengan Anna. Dia mengutuki dirinya sendiri dan keluarganya. Pikirannya benar-benar kalut. Jadi keluarganyalah yang penyebab Anna menderita dan penyebab bertemunya Anna dengan Lucas. Seandainya Lucas tidak ada di kehidupan Anna, maka Armando lah yang akan bertemu dengan Anna untuk pertama kalinya. Armando segera meminggirkan mobilnya di pinggir jalan. Dia menarik nafas panjang. Dia terdiam cukup lama. Pikirnya dia harus berbuat sesuatu. Akhirnya  dia menelepon Lucas.  "Hallo," terdengar suara Lucas di sebrang sana."Lucas, kita perlu ketemu. Ini tentang Anna."Terdengar suara Lucas menarik nafas panjang. Dia bertanya, "Ada apa dengan Anna?""Aku tahu semuanya. Mari bertemu," jawab Armando tegas.Lucas menjawab,"Okay sekarang saja. Kita ketemu di kelab Medusa. Tau kan?""Iya tahu kok. Aku meluncur k
Baca selengkapnya
Bab 22. Persetujuan Armando
Aku tak kuasa menolak ciuman Lucas. Penuh gairah, memabukkan, sangat gentle. Lidahnya memasuki mulutku seperti singa lapar. Selama berciuman, kami membaca pikiran satu sama lain. Aku tahu apa yang diinginkan Lucas dan Lucas pun tahu apa yang aku inginkan. Tak perlu bicara. Hanya tindakan.Lucas segera menyandarkanku ke tembok sambil terus menciumku. Tubuhnya melekat dengan tubuhku dan aku bisa merasakan hangatnya walaupun dibatasi oleh pakaian yang cukup tebal. Sesaat dia mengerang menikmati ciuman ini. Aku tahu dia berusaha keras mengontrol libidonya. Beberapa kali tangannya tanpa sengaja mulai eksplor tubuhku, namun dia kemudian menariknya kembali.Aku melepaskan ciumannya. Dia terlihat bingung, "Ada apa Anna?" Lucas memainkan rambutku."Lucas, kamu cemburu karena Armando?"Lucas terlihat kecewa aku melepaskannya. Dia diam sejenak sambil terlihat menimbang-nimbang jawaban apa yang akan diberikannya kepadaku. Lalu dia menatap mataku dan memegang tanganku
Baca selengkapnya
Bab 23. Rencana Kencan
"Tante cuman pengen dua hal. Yang pertama, deketi papamu dan cari tahu semua hal mengenai papamu, termasuk rahasia-rahasia yang disembunyikannya. Bukan bermaksud menjegal papamu, tapi tante ingin buktikan kalau kamu memang layak menggantikan Angelo. Ingat kalau tante itu sebenarnya sudah tahu rahasia papamu, tapi tante hanya memastikan kamu tahu semuanya juga. Jangan sampai ketika ada pergantian kepemimpinan, banyak bawahanmu yang menyembunyikan sesuatu dan malah jadi bumerang buatmu. Kamu bisa diskusikan apapun dengan tante. Tante dengan senang hati akan ngajarin kamu bagaimana seharusnya bersikap dan berbisnis."Armando berpikir sejenak. Dia mengangguk kecil. Pikirannya mulai melayang ke beberapa bisnis gelap Angelo. Clarissa melirik Alex dan dan melemparkan isyarat pada Alex untuk membaca visual Armando.Armando kembali fokus pada Clarissa dan bertanya lagi," Lalu apa yang kedua?""Yang kedua lebih terkait perasaan anakku. Kalau memang Anna memilih untuk bers
Baca selengkapnya
Bab 24. Pria Pilihanku
Alex mengetuk pintu rumah keras-keras. Aku dan Lucas terkejut. Kulangkahkan kakiku menuju pintu dan kubuka pintu. Kulihat Alex sudah tampak segar dan bersih. "Apa dia tidur tempat mama?" Pikirku.Seperti biasa, Alex pasti bisa membaca pikiranku. Dia menjawab singkat,"Iya dong. Aku tidur di kamar hotel mewah.""Dasar tukang pamer!" kataku kesal.Alex tertawa keras. Dia segera masuk ke dalam rumah dan bertanya kepadaku, "Mana Lucas?""Itu ada di ruang makan," jawabku singkat.Alex tersenyum. Dia langsung berjalan menuju ruang makan masih dengan pakaian lengkap semalam. Dilihatnya Lucas masih berantakan seperti bangun tidur. Aku menyusul di belakang Alex. Aku menarik jaket Alex dengan paksa."Anna, yang lembut dong," kata Alex kepadaku.Aku tidak mempedulikan perkataannya. Jaket Alex sekarang sudah ada di tanganku dan aku segera menaruhnya di keranjang laundry. Melihat itu, Lucas tertawa. Alex pun cengar-cengir."Wah
Baca selengkapnya
Bab 25. Angelo Mengetahuinya
Lucas dan aku segera keluar dari kamar terburu-buru sampai kami bertemu Alex dengan kaleng soda di tangan kanannya. Alex menatap kami dengan senyuman penuh arti seolah ingin memberitahuku bahwa dia mengetahui semuanya. Jantungku berdegub kencang melihat kakakku. "Apakah dia tahu?" pikirku."Tentu saja aku tahu," jawab Alex tiba-tiba. Sial! Aku sampai lupa kalau semua penduduk rumah ini adalah mind reader. Alex tertawa melihatku. Alex melihat kami berdua dan bertanya, "Kalian lama banget tadi di kamar. Seru pembicaraannya?"Lucas memegang tanganku. Aku menoleh ke arahnya. Dia terlihat percaya diri dan berkata pada Alex, "I'm dating your sister now (Aku sekarang berkencan dengan adikmu.)"Alex terbatuk-batuk mendengarnya. Kurasa soda yang ada di mulutnya membuatnya tersedak karena salah arah. Alex mencoba mengendalikan aliran soda dalam mulutnya itu. Lalu dia tersenyum penuh arti dan memandang kami dari atas sampai ke bawah. Aku men
Baca selengkapnya
Bab 26. Konfrontasi
"Anna, boleh lihat catatannya? Aku mau cocokin sama punyaku," kata Evie sambil menulis sesuatu di bukunya. Kuberikan bukuku kepadanya. Evie masih sibuk dengan tulisannya padahal kuliah sudah selesai.Kulihat sekeliling, para mahasiswa sudah bubar dan keluar dari ruangan kelas. Sedangkan aku disini masih menunggu Evie. Aku mengutak-atik hpku dan kubaca notifikasi pesan masuk.LUCAS: "Sudah selesai belum, Dolcezza?"ANNABETH: "Sudah. Sabar sebentar ya. Kamu uda dimana?"LUCAS: "Masih di jalan. Sebentar lagi juga sampai."Aku senyum-senyum sendiri melihat chat itu. Evie menyenggolku, "Ciye kayaknya bahagia banget nih. Ada apa?"Aku tertegun dan menatap Evie,"Ngga kenapa-kenapa kok Vie, udah selesai nyatetnya?""Udah nih." Evie langsung mengembalikan bukuku. Dia juga membereskan catatannya dan memasukkannya ke dalam tas. Aku menatapnya dan berkata, "Keluar yuk. Yang lainnya uda pada pulang."Evie mengangguk dan kami segera keluar.
Baca selengkapnya
Bab 27. Pantai Saksi Kami
Lily Spencer menatap laptopnya. Dia harus mengurusi pengiriman barang malam ini. Dirinya membuka akses sistem CCTV kota dan memeriksa beberapa rekaman video untuk memastikan pengiriman berjalan lancar malam ini. Memang, hacker klan Gambino sangat handal sampai bisa mengakses CCTV di seluruh daerah kekuasaan Gambino.Lily mulai mencatat jalan-jalan protokol yang aman dari petugas berdasarkan histori beberapa hari ke belakang. Hal ini memudahkannya untuk mendistribusikan barang tanpa terkena tangkapan petugas. Matanya menjelajah video demi video hari-hari ke belakang sampai matanya terasa penat. Dia mulai meneguk kopi yang ada di sampingnya dan berusaha untuk tetap membuka matanya lebar-lebar.Tidak ada yang aneh dengan video-video itu sampai suatu ketika matanya menangkap salah satu potongan video yang membuat jantungnya berdebar-debar. Dia mulai memerika potongan video itu dan berusaha membesarkannya. Lily melihat seorang yang familiar berbicara dengan Angelo Cassano.
Baca selengkapnya
Bab 28. Pengakuanku
Saat ini, Armando berada di lantai 70, tempat spot favoritnya. Dirinya sangat membutuhkannya kali ini karena dia merasa pikirannya sudah gelap. Armando menatap pemandangan malam kota di depan matanya yang sangat menyegarkan dan berharap pemandangan itu dapat memberikan efek yang baik bagi dirinya.Pikiran Armando melayang-layang. Dirinya masih tidak percaya kalau seorang Annabeth Russo yang selama ini dekat dengannya akan memilih Lucas dibandingkan dia. Namun apa bisa dikata, nasi sudah menjadi bubur. Armando berusaha untuk tetap berpikiran positif dan menganggap Anna adalah saudaranya. Logikanya berkata tidak sepantasnya antar saudara berpacaran walaupun tidak ada hubungan darah, tapi ternyata hatinya tetap merasa sakit. Armando berteriak sekencang-kencangnya dari atap lantai 70 itu.Dia memikirkan kejadian hari. Sekilas dia melihat helikopter-helikoper yang terbang melintasi gedungnya. Beberapa pertanyaan kerap kali muncul di pikirannya, "Kalau Lucas adalah mind read
Baca selengkapnya
Bab 29. Level Lima
"Capo Lucas, kamu gila! Bagaimana bisa kamu percaya gitu aja sama Armando? Sebelumnya kamu sendiri yang bilang kalau kita ngga boleh kasih tahu siapapun mengenai mind reader ini? Dan sekarang adikku sendiri yang memberitahu Armando tentang Mind Reader dan patung itu? Bullshit!" teriak Alex kepada kami berdua sambil mengacungkan tangannya kepada Lucas.Alex berputar-putar di dapur dengan mengepalkan kedua tangannya. Dia menatap tajam aku dan Lucas bergantian. Aku terdiam melihat kemarahannya. Memang wajar dia marah karena memang sebelumnya Lucas mewanti-wanti supaya jangan sampai seorang pun tahu kalau kami adalah mind reader. Aku pun merasa bersalah karena aku lah yang membujuk Lucas untuk memberitahu Armando mengenai hal ini karena aku berpikir Armando akan dapat membantu case ini. Aku mencoba berbicara dengan Alex melalui pikiran namun dia menutup pikirannya."Alex, dengerin aku dulu!" teriakku memohon.Lucas menimpaliku, "Ini keputusanku Zac!"
Baca selengkapnya
Bab 30. Cassano
Kubuka mataku dan kulihat Lucas masih tertidur di sampingku. Lucas hanya memelukku semalaman. Walaupun kami tidak berhubungan badan, namun hatiku sangat bahagia. Karena cinta tidak hanya tentang seks.Aku segera bangkit dari tempat tidur dan keluar dari kamar. Kubuka kulkas dan kuambil roti, sayuran, ikan kaleng, dan mayones. Bahan-bahan itu segera kuolah menjadi sepotong sandwich. Tak lupa aku juga menyiapkan susu segar dalam gelas. Setelah semuanya selesai, aku segera menaruh sandwich dan susu di atas nampan dan kubawa ke kamar dengan hati-hati."Buon Giorno Dolcezza, Mi Amore, (Selamat pagi Manisku, Cintaku)," sapa Lucas mengagetkanku. Lucas berdiri di depan pintu kamar. Tentu saja masih dengan rambut berantakan dan baju yang memperlihatkan dada bidangnya."Honey, kok sudah bangun?"Lucas segera mencium bibirku singkat. Dia tersenyum dan berbisik di telingaku, "Kamu ngga lupa kan kalau hari ini hari Sabtu?"Aku mengernyitkan dahi dan me
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status