Semua Bab Edisi Kelas: Bab 11 - Bab 20
61 Bab
Biaya Sekolah
Semuanya terdiam ketika Cira melangkah masuk ke dalam rumah. Suasana ini kembali lagi terlihat setelah beberapa bulan mulai mereda. Kedua orang tuanya tengah duduk berhadapan dengan pandangan kosong dan berselonjor di lantai ditemani dengan suara tv yang menyala. Kali ini bukan hanya kedua orang tuanya yang di rumah. Ada abangnya, anak pertama dari keluarga ini. Biasanya siang ini ia tidak berada di rumah. Cira mengingat kembali hari apakah ini? Dan ini adalah hari selasa setelah melihat seragam sekolahnya, putih dongker. dan terlihat jelas kalender berukuran besar yang bergantung di dinding menunjukkan tanggal dan hari yang jelas. Memang benar ini hari selasa.            Mengapa abang Cira bisa ada di rumah. Padahal ini adalah jadwal kerjanya sebagai supir di sebuah toko grosir. Seharusnya saat ini dia sedang berkelana ke luar kota mencari langganan ke toko-toko kecil untuk menawarkan barangnya tersebut.“C
Baca selengkapnya
Drama Pagi Hari
“Ma, Cira berangkat dulu ya.”            Cira berangkat dengan tergesa-gesa, meninggalkan kamarnya dalam keadaan berantakan yang seperti kapal pecah. Biasanya sebelum berangkat ke sekolah Cira selalu membersihkan kamarnya terlebih dahulu. Pagi itu Cira sedang kalang kabut. Merasa bimbang antara ingin merapikan kamarnya atau segera berangkat ke sekolah dengan segera. Belum lagi mata pelajaran yang belum disusun untuk hari ini. Maka dari itu, Cira berinisiatif memasukkan semua buku ke dalam tasnya.Pukul setengah tujuh pagi Cira baru bangun dari tidurnya yang panjang setelah berulang kali terdengar teriakan Mamanya memanggil dan juga alarm yang berbunyi hingga tiga kali barulah Cira terbangun saat percikan air mendarat di wajahnya.Cira bangkit dari kasurnya dengan tubuh yang ringkih. Ia merasakan pegal hingga diseluruh tubuhnya. Pikirannya tentang biaya sekolah menguras tenaga dan pikirannya seja
Baca selengkapnya
Perang Mulut
Di lapangan sekolah terlihat banyak murid dengan kesibukannya masing-masing sedang melakukan aktivitas. Dan yang paling sering berada di tengah lapangan sekolah adalah para anak marching band yang berlatih hampir setiap hari hingga malam.            Cira mendongak melihat kelasnya yang berada di lantai atas terbuka lebar. Matanya melihat keadaan sekitar memastikan tidak ada guru yang berada di luar ruangan khususnya buk Nia seorang guru fisika rangkap menjadi guru BK. Ia sering mengintai murid yang berkeliaran saat jam pelajaran berlangsung apalagi melihat ada sisiwi yang baaru datang pada jam segini, masih berada di lapangan sekolah. Cira merasa was-was karena ini bukan pertama kalinya ia terlambat datang melainkan untuk kesekian kalinya dengan alasan yang sama, telat bangun. Jika ditanya oleh guru Cira akan mengatakan alasan yang dipakai oleh banyak murid. Ban motor bocor atau motor mogok. Cira pernah mengatakan alasan
Baca selengkapnya
Salah Sangka
 “Mampus.” kata Aska menepuk dahinya “Tadikan aku sedang latihan marching band.” Aska berlari keluar, melihat dari depan kelas teman-teman lainnya sedang berlatih di bawah terik matahari.            Aska berlari, menuruni tangga dengan cepat. Tidak peduli dengan orang-orang yang tersenggol dengan tubuhnya beberapa kali. Merasa bersalah meninggalkan anggota marching band akan kena marah oleh pelatihnya.            Ia masuk ke dalam kelompok bass drumnya dengan nafas yang terengah. Menghadap pelatihnya yang sedang memarahi teman-teman lainnya karena salah ketukan nada berulang kali. Mungkin mereka sudah lelah berlatih selama tiga jam berdiri di lapangan dengan cuaca yang begitu panas di pagi ini.“Kamu! Katanya izin sebentar. Kemana aja dari tadi. Kalau nggak niat latihan, sana pergi ke kelas ka
Baca selengkapnya
Senior
Jalan menuju tangga begitu padat dipenuhi dengan murid yang memilih nongkrong di deretan anak tangga. Cira merasa risih harus membungkuk melewati mereka yang menghalangi jalan. Para cowok dengan modal dengkul dan bisanya cuma bisa siulin cewek cantik ketika lewat menambah kesan buruk terhadap mereka yang berstatus jomblo akut.“Hai Cira.” Seorang cowok di keramaian menyebut namanya dengan suara yang menggoda. Tidak tahu sumber asal suara tersebut. Cira mempercepat langkahnya menuju kelas.            Panggilan tersebut tidak dihiraukan Cira meski saat ini ia penasaran seseorang dari lantai dua yang menyebut namanya tadi. Karena kelas yang berada di lantai dua adalah senior satu tingkat di atas mereka.“Ngapain sih mereka pada nongkrong di tangga.” gerutu Ara ketika sampai di lantai tiga matanya menoleh ke bawah melihat para abang kelas yang sedang bergurau dengan teman-temannya.
Baca selengkapnya
Teman Dekat
“Kenapa dimuntahkan airnya.” kata Cira menatap Aska kaget.“Kamu tau sendirikan bagaimana Ara. Mulutnya kalau bicara kayak apa. Kalau aku minum bekas dia nanti bakalan nular.” kata Aska dengan cepat menyeka mulutnya hingga tidak tersisa setetes airpun di mulutnya.“Penyakit kali nular. Nggak mungkin dong bisa nular. Cuma minum bekas mulut doang kok.”“Nggak bisa Ra. Ini tuh seperti kita disuruh minum air dari comberan. Gimana perasaan kamu kalau minum air comberan? .” seru Aska mengibaratkannya dengan sesuatu yang tidak wajar.            Untuk kali ini Cira tidak bisa menjawab. Bukan berarti ia setuju dengan pernyataannya. Aska masih menyeka mulutnya dengan lengan baju hingga kering.“Udahlah Aska jangan berlebihan gitu. Kalau kita terlalu benci sama orang. Ujung-ujungnya bakalan suka.”“Itu nggak berlaku sama aku.”
Baca selengkapnya
Inilah Cira
Keributan kembali terjadi di kelas lebih heboh lagi. Kali ini bukan antara Ade dan Ara. Mereka semua berkumpul di satu meja paling belakang, di tempat Cira semuanya terlihat sedang melakukan diskusi dengan suara keras hingga menimbulkan keramaian yang lebih ketika beberapa murid masuk ke dalam kelas saat bel berbunyi. Termasuk Cira yang baru saja melangkah masuk ke dalam kelas langsung menyaksikan pertunjukan yang menghebohkan.            Cira terus mengayunkan langkah mendekat, penasaran dengan apa yang terjadi di sana. Melihat Ade yang sedang berkoar-koar keras dengan wajah yang penuh amarah. Cira pun menembus kerumunan dengan sopan, dengan sedikit membungkuk hingga ke tengah mereka. Disana ada Ara dan juga Awan yang sangat antusias  mendengar ocehan Ade yang berkobar.            Cira bertanya dengan tatapannya kepada Awan.   &nb
Baca selengkapnya
Janji
“Jadi latihan nggak nih.” kata Cira ketika kelas telah bubar.“Jadi dong.” jawab Aska pasti.“Rajin amat sih kalian latihannya.” sambung Agung masih bersama mereka berdiri di ambang pintu.“Dari kemarin tuh kami nggak pernah latihan. Kesal banget jadinya.” keluh Cira melirik Aska yang merasa tidak punya beban.            Aska sadar kalau Cira sedang menyindirnya, ia mendekat berdiri di samping Cira yang sedang bersandar di pembatas koridor depan kelas.“Hari ini aku janji bakalan ikut latihan dengan yang lainnya.” katanya meyakinkan.“Terus yang lainnya pada kemana?” keluh Cira kembali. “Suka banget ngaret. Emang susah kalau punya teman kelompok isinya cowok semua. Kelakuannya sama banget.”“Kebetulan aja, Ra. Kami sedang ada jadwal yang sama terus ngaret. Kitakan nggak pernah tau situasi or
Baca selengkapnya
Pertunjukan
Di ujung koridor lantai tiga di samping tangga.Aska memandangi dirinya di depan cermin sedang mengenakan baju putri salju. Ia terlihat lebih cantik daripada cewek - cewek yang ada di sekolahan. Wajah Aska yang tirus serta alis matanya yang tebal. Dan terlebih lagi wajahnya yang memerah membuatnya semakin terlihat cantik saat ini.“Cantik banget.” kata Aska kagum, tersipu melihat dirinya. Kemudian ia menyadarkan diri dengan membelalakkan mata dan berkata lagi sembari menepuk kedua pipinya. “Aku adalah lelaki sejati.” Lalu membusung dan menepuk dadanya dengan kuat hingga ia meringis kesakitan.“Kamu kenapa?” kata Cira menghampiri. Mengenakan baju peyihir jahat bewarna hitam. Namun kelihatan manis. Cira menyematkan bando tanduk merah dikepalanya. Ia sedikit berdandan. Bibirnya bewarna merah. Tersenyum kepada Aska dengan senyum kecilnya.Cantik…          &nbs
Baca selengkapnya
Anak Baru
Yang menarik perhatian bagi Raula saat di kelas adalah sekelompok orang yang berkostum aneh. Mereka tidak menggunakan seragam seperti yang lainnya. Matanya tidak lepas dari Cira. Cewek yang sedang dikelilingi banyak cowok, teman sekelompoknya. Dia sangat beruntung bisa berteman dengan humble.“Terima kasih untuk hiburan hari ini. Ibuk senang dengan kalian yang sangat totalitas memeprsiapkan segalanya untuk pertunjukkan di kelas.”“Sama – sama ibuk.” jawab mereka serentak.            Kelas kembali riuh. Berkumpul di beberapa titik dengan teman terdekat.            Aska mengambil bando tanduk merah dari kepala Cira yang sedang melangkah menuju keluar kelas. Cira berusaha mengambilnya dengan berjinjit menggapai tangan Aska.“Balikin nggak.” kata Cira berupaya mengambil bandonya.&ldqu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status