All Chapters of Secret Twin Baby: Chapter 21 - Chapter 30
35 Chapters
20. Ulang Tahun Vanilla
“Hati-hati kalau jalan,” peringat seorang bocah laki-laki yang menabrak Apollo.“Kau yang sengaja menabrakku. Berhati-hatilah kalau bertindak.” Apollo lewat begitu saja.Bocah laki-laki tadi menghentikan Apollo. “Sengaja? Ini baru namanya sengaja.” Didorongnya Apollo sampai terjatuh. Mereka bertiga tertawa.“Ayo, adukan kami ke ayahmu!” ucap bocah kurus dengan gigi depan yang baru tanggal.Anak lain yang berambut keriting menambahi, “Kau tak punya ayah, hm?”“Kasihan. Bagaimana bisa seorang anak tak punya ayah?” Anak yang mendorong Apollo tadi mengajak teman-temannya pergi.Apollo menatap mereka satu per satu. Entah siapa lagi mereka. Banyak sekali orang yang ingin mencari gara-gara dengannya. Hanya karena dia adalah si genius yang tidak punya ayah. Rasa iri anak-anak lain disalurkan dengan mengejek kekurangan yang dimiliki Apollo.“Kau tidak apa-apa?”
Read more
21. Percakapan di Telepon antara Ayah dan Anak
“Aku gak peduli!” Vanilla menyapu semua barang-barang di meja riasnya, membuatnya jatuh berhamburan ke lantai. “Masa gitu aja gak bisa sih?” “Diras gak mau, jadi kita bisa apa,” jelas Valentino pada adiknya. “Ya, Kakak bujuk dong. Dia kan teman Kakak. Papa juga gampang banget nyerahnya. Jangan-jangan Papa ngomong sesuatu yang buat Kak Diras marah, makanya dia nolak.” Vanilla memegangi tangan kakak laki-lakinya. “Ayo dong, Kak, bilang sama Kak Diras lagi. Dia pasti mau. Aku udah sabar banget nunggu dia selama ini. Aku gak bisa nunggu lagi. Dan—“ Kata-kata Vanilla terhenti. “Ini gak mungkin karena pelacur itu. Mereka gak ada hubungan apa pun kan? Kakak udah cari tahu kan?” Valentino sudah menyelediki tentang Nadhima. Sejauh ini yang dia dapat hanya ibunyalah yang membuat wanita itu bisa berada di Singapura. Mengenai ayah dari kedua anak Nadhima, Valentino belum mendapat hal apa pun. Dan yang pasti, Nadhima tak dekat dengan seorang pria pun selama tujuh tahun in
Read more
22. Ayahnya Apollo
“Mama ada yang mau membeli lukisanku,” jerit Artemis begitu masuk. Gadis itu menubruk tubuh Nadhima lalu memeluknya erat.“Lukisan dari pameran itu?”“Iya.” Artemis melepas pelukannya, lalu duduk di kursi meja makan. “Mrs. Leong bilang orang itu sudah tertarik sejak pertama kali melihatnya. Tapi karena aku tak ikut lagi, dia berpikir lukisannya sudah terjual.” Ia tersenyum senang. “Kukira tak ada yang ingat.”Bukankah orang yang tertarik dengan lukisan Artemis adalah Diras?“Siapa yang mau membelinya? Apa Om Diras?” tanya Nadhima.“Bukan. Pembelinya ingin dirahasiakan. Dia hanya menyuruh orang suruhannya datang. Besok aku akan menemui Mrs. Leong untuk proses transaksi. Mama juga ikut kan?”“Tentu saja. Tapi kenapa Mrs. Leong tak memberi tahu apa pun pada Mama?”“Nanti katanya Mrs. Leong akan menelepon Mama.” Wajah Artemis beruba
Read more
23. Kencan Ayah dan Anak
“Hei, kiddo, kamu gak apa-apa?” “Jangan panggil aku kayak gitu,” Apollo kembali menjerit. “Oke.” Bocah itu sedang marah, Diras tak ingin mengganggunya. “Kenapa Om terus ngikutin saya?” tanya Apollo setelah beberapa menit. “Om kan ke sini buat nemuin kamu. Makanya Om ngikutin kamu.” Apollo masih cemberut sambil memandangi Diras. “Om ke sini buat tanding sama aku kan? Ayo kita lakuin.” Ia ingin semuanya lekas selesai. “Benar, tapi sebelum itu kamu ikut Om ke suatu tempat dulu.” “Ke mana?” tanya bocah itu curiga. “Kamu ikut saja.” “Aku gak mau.” Diras merasa geli. “Gak akan aneh-aneh. Kamu juga gak akan nyesal ikut Om.” “Percaya diri banget. Aku gak yakin bakal suka tuh.” Apollo menyombongkan diri. “Kalau gitu kamu harus ikut dulu, baru tahu suka atau enggak kan.” Apollo sadar dirinya sudah kalah. Kalau masih tetap menolak, dia akan tampak payah. “Kamu bisa pasang sabuknya?”
Read more
24. Laki-laki Asing Malam Itu
Setelah minuman datang dan diam beberapa waktu, Valentino mulai buka suara."Saya tahu tentang malam itu.""Malam apa?" tanya Nadhima dengan suara tenang. Namun tidak begitu di dalam."Soal liburan kamu ke Landon tujuh tahun yang lalu."Jantung Nadhima semakin bertalu-talu. Ia belum tahu arah pembicaraan Valentino, tapi firasatnya buruk mengenai hal ini."Diras gak ada cerita apa-apa, jadi saya gak tahu sekarang apa yang bakal kalian lakukan." Pria itu memijat pelipisnya frustrasi. Awalnya ia memang tak mendapat informasi apa pun tentang hubungan Diras dan Nadhima, baru beberapa hari yang lalu ia mendapat laporan Nadhima sempat liburan ke Landon di waktu yang bersamaan dengan Diras. Diras jelas menginap di hotel Kiram. Namun tak ada yang tahu Nadhima berada di mana malam itu. Baru saat Kiram mabuk dan membeberkan tentang gadis asing yang menghabiskan malam dengan Diras tujuh tahun lalu, ia
Read more
25. Kebenaran Terungkap
Nadhima tak bisa lebih kaget lagi saat melihat Diras berada di rumah Miss Harisson dengan putranya. Jujur saja ia belum sempat mempersiapkan diri bertemu dengan pria itu. Alhasil saat mereka berpandangan Nadhima lekas membuang muka."Apa kalian sudah makan makan?" tanya Miss Harisson dengan sorot ramah seperti biasanya."Belum." Karena ajakan Valentino Nadhima bahkan belum makan sejak pagi. Hanya anak-anaknya saja yang ia pastikan sarapan dan makan siang."Bagus. Kalau begitu kita bisa makan malam bersama. Mr. Diras maukah Anda bergabung bersama kami?"Diras yang pipinya sedang di-unyel-unyel oleh Artemis mengangguk. "Tentu saja, Miss. Sebuah kehormatan bagi saya menerima undangan Anda."Makan malam berlangsung tenang. Obrolan-obrolan singkat dan ringan terjalin dengan baik. Tak ada yang menanyakan alasan kenapa pria itu kembali lagi kemari. Nadhima pun sempat berbincang sedikit d
Read more
Bab 26. Mendekat Lebih Jauh
"Saya minta maaf." Kepala Nadhima mendongak. Melihat pada sesosok laki-laki yang kini terlihat pilu. "Kenapa kamu minta maaf?" "Karena baru berhasil menemukan kamu sekarang." Jantung Nadhima bertalu cepat. Jadi benar Diras mencarinya selama tujuh tahun ini. Kata-kata maaf Diras malah membuat perasaan Nadhima makin kacau. Jika Diras bersikap acuh tak acuh atau malahan sombong, sekarang dia pasti bisa menyalahkan pria ini dan dapat dengan tegas menyuruhnya untuk tak mengganggu keluarganya lagi. "Apa kamu marah sama saya?" Diras memejamkan mata lalu memijat pelipisnya. "Kamu pasti kaget banget. Kalau belum siap cerita sekarang--" "Enggak. Saya siap kok." Jika harus menunggu Nadhima tak akan tenang. Selama apa pun menunggu dia tak akan pernah siap. Lebih baik masalah ini diselesaikan sesegera mungkin. "Saya cuma bingung harus gimana. Kamu... Sebenarnya
Read more
Bab 27. Kesempatan Untuk Bahagia
“Jadi apa yang dia katakan padamu?” tanya Miss Harisson begitu Nadhima kembali.“Seperti yang sudah kau tahu, Miss.”Wanita tua itu duduk di kursi, yang kemudian juga diikuti oleh Nadhima. “Maafkan aku. Aku tak bisa mendadak memberitahumu yang sebenarnya. Itu urusan kalian. Jadi pria itu juga tahu?”“Dia diam-diam mencari tahu tentang kami. Dan mendapat informasi Apollo melakukan tes DNA.”“Oh, Sayang. Aku benar-benar minta maaf. Entah apa yang ada di pikiran wanita tua ini sampai membantu anak itu melakukan hal ini.”“Tak perlu merasa bersalah, Miss. Jika kau tak mau, Apollo punya seribu satu cara untuk mencapai tujuannya. Jika tak ada kejadian ini, kebenaran pun tak akan terungkap. Tapi bukan berarti aku senang mendengar anakku yang mencari tahu sendiri.”“Jadi apa yang akan kalian lakukan selanjutnya?”“Dia... menawarkan pernikahan.”
Read more
Bab 28. Menjawab Tawaran Pernikahan
Nadhima dan Diras kembali bertemu di kafe hari itu.“Maaf  saya merepotkan. Kamu pasti susah harus bolak-balik Jakarta-Singapura.”“Gak masalah. Ini kan urusan penting. Lagi pula kantor cabang kami ada di sini. Aku bisa ngurus semuanya dari sini.”“Aku?” cicit Nadhima.Air muka Diras tampak tak mengerti. “Kamu kenapa?”“Bukan. Bukan apa-apa,” jawab Nadhima cepat-cepat. Ini bukan saat yang tepat untuk mempermasalahkan cara menyebut diri sendiri di antara mereka berdua.“Jadi apa keputusan kamu? Maaf, kalau terkesan buru-buru. Jujur aku penasaran banget sama jawaban kamu selama beberapa hari ini.”Serangan gugup dialami Nadhima saat sadar cara bicara Diras benar-benar berubah lebih santai. Bukan hanya salah sebut semata.“Aku—“ Nadhima memejamkan mata. Merasa konyol sebab dirinya ikut-ikutan bicara lebih santai. Saat tawa geli
Read more
29. Memberitahu Anak-anak
"Ah... Om!" Artemis berlari dan langsung menubruk tubuh Diras. Mereka berdua tertawa. Kemudian Diras menggendong Artemis. "Kalian udah makan?""Belum. Miss Harisson baru saja mau mengajak kami makan di luar.""Bagus. Om bawa makanan kesukaan Artemis.""Yey.""Dia bersemangat sekali. Ayo, masukklah," ucap Miss Harisson yang tadi membukakan pintu."Di mana Apollo?" tanya Nadhima."Sedang pergi ke kamarnya.""Mama sudah pulang?" Apollo baru saja muncul. "Oh, ada Om? Ada apa lagi ini?""Kami bawakan kalian roti. Kita akan makan bersama." Nadhima melirik Diras sambil tersenyum kaku.Selepas itu mereka makan bersama. Semua orang hanya berbicara seadanya. Cuma Artemis yang berceloteh ceria tentang ini dan itu.Saat berkumpul di ruang duduk, Miss Harisson duduk dengan Artemis dan Apollo. Sementara itu Nadhima dan
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status