All Chapters of Betty da Jogja: Chapter 41 - Chapter 50
66 Chapters
Bab 40 : Perdebatan Kecil
PERDEBATAAN KECIL Andre masih menyenandungkan lagu yang sempat terpenggal karena kedatangan Pak Handoko. Sumringah itu masih ada. Bahkan keceriaan itu makin bertambah ketika dia tiba di kamarnya, ada nada panggil di smartphone-nya. Andre tersenyum saat mendapati nama yang tertera pada layar. Sosok yang sudah sejak siang dia tunggu-tunggu kabarnya, menelponnya.Andre ingin segera mengabari tentang kebahagiaannya. Namun, sejak siang tadi ia tidak bisa menghubungi gadis yang sedang bersemayam di hatinya. Andre pun meninggalkan pesan agar pujaan hatinya bisa menghubunginya.“Hallo sayang. Gimana kabarmu?”“Ada apa Ndre?” jawab Arra ketus.Arra memang tidak bisa romantis dengan Andre. Andre bisa merasakan itu. Bahkan akhir-akhir ini ia menjalani hubungan dengan Andre, seperti terpaksa. Namun Andre mencoba bertahan. Andre bukan tipikal cowok yang mudah berpaling ke gadis lain. Ia juga terbilang cowok yang tidak mudah
Read more
Bab 41 : Asisten
ASISTEN  Andre membanting tubuhnya ke kasur. Dia ingin meluruhkan jengkelnya. Hanya itu yang bisa dia lakukan. Ia juga tidak habis pikir, kenapa ia bisa begitu cinta pada Arra. Bahkan meski berkali Arra membuatnya jengkel dengan sikap dan kata-katanya. Ia juga tidak lagi mengetahui perkembangan Arra sekarang. Sedang mengerjakan apa, selain kuliah, karena Arra tidak pernah bercerita.Padahal, Andre ingin sekali Arra mau bercerita tentang banyak hal. Bahkan meski hal kecil, seperti baru saja memberi pizza. Iya, yang penting Arra mau mengontaknya dan bercerita. Ia siap meladeni jika Arra berkenan mengontaknya tiap hari. Tapi itu tidak pernah terjadi. Bahkan, seminggu sekali pun jarang. Kalau bukan Andre yang duluan menghubunginya, Arra tidak pernah. Andre jadi serba salah, karena ketika ia yang menghubungi, Arra lebih banyak juteknya.Baru saja tubuh Andre mendarat di kasur, nada sambung berbunyi di phonesellnya.“Tidak ada n
Read more
Bab 42 : Surprise
SURPRISE Menul menapaki trotoar dengan perasaan berbeda. Hari ini adalah hari pertama dia bakal menjalani pekerjaan baru. Menul tidak pernah menyangka kalau perjalanan hidupnya akan menapaki sebuah prestasi yang luar biasa. Bagaimana tidak. Menul tidak mempunyai ijazah. Dia hanya jebolan sekolah dasar, itupun hanya sampai kelas dua. Dia tidak mempunyai keterampilan khusus. Dia juga tidak cantik. Bahkan dia mempunyai cacat yang sempat membuatnya tidak percaya diri. Tapi kini, dia dihadapkan pada kenyataan bahwa dia terangkat sedemikian tinggi. Menul yakin, kalau saja Andre mau membuka lowongan untuk menjadi asistennya, tentu akan banyak wanita-wanita cantik dengan segudang prestasi akan antri. Bahkan mungkin di kantornya banyak yang sedang mengincar posisi itu.Ini mukjizat bagi Menul. Betul apa yang dikatakan Dodo, bahwa kalau Menul mau menerima tawaran Andre, maka dia akan menginspirasi banyak perempuan lain yang masih diliputi rasa minder. Menul merasa
Read more
Bab 43 : Amarah Delvi
AMARAH DELVI Pantri makin gaduh dengan kabar Menul yang semobil dengan Andre. Kabar itu pun menyebar ke ruangan lain. Tapi Menul tidak bisa memberi jawaban setiap ia ditanya, selain jawaban “hanya sebuah kebetulan”. Namun jawaban Menul tetap belum membuat orang-orang tenang. Menul pun hanya bisa diam kalau sudah terdesak.Kehebohan itu tentu bukan tanpa alasan. Seorang Menul, yang selama ini hanya dipandang sebelah mata, bahkan oleh orang-orang pantri, bisa satu mobil dengan Andre. Apalagi Andre terkesan respek pada Menul. Malah sempat melambaikan tangan pada Menul saat mobilnya meninggalkan kantor. Kalau tidak melihat sendiri, tentu Sumirah juga tidak akan percaya, Menul mendapat perlakuan istimewa dari Andre.Namun, Menul tidak memiliki keberanian untuk mengatakan yang sesungguhnya. Tentu dia akan mendapat cemooh. Ia akan ditertawakan jika mengatakan kalau ia sudah diangkat menjadi asisten Andre. makanya, Menul harus kuat menahan diri
Read more
Bab 44 : Kejutan Dari Pantri
 KEJUTAN UNTUK PANTRI Pantri makin gaduh. Kehebohan tentang Menul yang semobil dengan Andre saja masih belum surut, kini pantri dikejutkan lagi dengan adanya instruksi dari Andre agar staf pantri berkumpul karena akan ada sebuah kabar. Harun, orang yang diberi mandat untuk mengumpulkan teman-temannya masih belum bisa menembak kabar yang akan disampaikan Andre. Terlebih staf lain. Hanya Menul yang tidak tidak gaduh. Sejak dia mendapat hinaan dari Delvi, dia lebih banyak diam. Tapi Menul tidak sakit hati. Justru itu dia jadikan sebagai penjajagan awal dari pekerjaan baru yang bakal dia jalani. Menul bahkan sudah membayangkan bukan hanya hinaan seperti itu yang bakal dia dapatkan. Tapi Menul sudah bertekad. Dia tidak mau mundur. Inilah kesempatan itu.Staf pantri sudah tidak sabar menunggu kedatangan Andre. Terlebih Menul. Dia sudah tidak kuat lagi untuk menyembunyikan jawaban dari kehebohan itu. Harun muncul dengan membawa isar
Read more
Bab 45 : Senyum dari Pantri
SENYUM DARI PANTRI Untuk sementara, Sumirah yang menggantikan tugas Menul. Sebagai orang yang dipercaya mengepalai pantri, Sumirah segera menghandle tugas pantri. Kabar itu terlalu mendadak, sehingga kantor belum sempat mencari pengganti Menul. Sumirah yakin, posisi Menul akan segera diisi, karena tidak sulit mencari orang untuk bekerja, meski di bagian pantri.Sumirah masih masih belum percaya dengan keberuntungan yang didapat Menul. Namun, hidup harus terus berjalan. Makanya, ketika divisi produksi meminta dibuatkan minuman, dengan senang hati Sumirah meladeninya. Tidak ada kata sungkan bagi Sumirah, karena memang tidak ada kasta dalam pantri. Ia sudah mengupayakan hal itu, agar sesama pegawai pantri tidak ada yang merasa berkuasa.“Lho, Menul mana?” tanya Andini, sedikit khawatir. Sejak Menul meninggalkan ruangan itu beberapa saat lalu dengan tangis, Andini masih kepikiran.“Menul sudah tidak di pantri Bu,” jawab S
Read more
Bab 46 : Tugas Pertama
TUGAS PERTAMA Menul sudah mulai menempati ruang kerja barunya. Terasa nyaman. Bahkan terlalu nyaman untuk Menul. Tapi itu sudah menjadi hukum alam, bahwa semakin spesial kedudukan seseorang di perusahaan, maka dia akan mendapatkan fasilitas yang lebih. Seragam office girl sudah Menul tanggalkan. Menul harus mulai belajar menerima kenyataan. Kini pakaian Menul tidak lagi seragam. Meski masih sangat sederhana, tapi Menul mulai menikmati suasana yang terbentuk.Menjadi asisten Andre adalah anugerah terindah yang pernah Menul dapatkan. Bahkan pernah memimpikan saja tidak. Ini sungguh bukti bahwa di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin. Tuhan mengatur dunia ini tidak semata berdasar logika manusia. Namun Dia menyelipkan satu dua kejadian luar biasa, yang tentu bisa diambil pelajaran oleh orang-orang yang mau mengambilnya.Menul masih ingat, waktu pertama kali ditawari Dodo untuk bekerja di kota, ia merasa ragu. Apalagi jika harus melalui persaingan, i
Read more
Bab 47 : Perhatian Andre
PERHATIAN ANDRE   Kata-kata Menul tentang jongos, membuat Andre terdiam sesaat. Dia sedang mencerna kata-kata itu. Meski terasa menyesakkan, tetapi dia merasakan ada kebenaran. Orang-orang yang duduk di atas, sering melupakan keberadaan orang yang di bawah. Padahal mereka sejatinya ikut menopang keberlangsungan perusahaan. Ibarat pohon, akarlah yang bekerja mencari asupan makanan, sedang bunga dan buah yang menjadi daya tarik pohon itu. Pun dengan dewan direksi di perusahaan Andre,  bisa jadi merek tidak tahu tahu gejolak di tingkat bawah. Oleh karena itu mereka harus menyadari, bahwa mereka berhutang pada orang-orang yang Menul sebut sebagai jongos. Andre pun kemudian manggut-manggut, merasa ide Menul bisa menjadi sesuatu. “Aku rasa ide itu brilian Nul. Sangat mengena,” ujar Andre dengan senyum simpul. “Aku yakin sebagian besar dewan direksi dan jajarannya tidak pernah memikirkan itu. Seperti katamu tadi.” “Iya, Pak. Kami sepenuhnya
Read more
Bab 48 : Metamorfosis Menul
METAMORFOSIS MENUL     Menul kembali menjalani harinya. Hari yang sangat berbeda dia rasakan, karena kini status dia sudah berbeda. Menjadi asisten. Baju Menul pun berbeda. Baju bermerek. Sepatu juga, sangat nyaman dan bagus. Menul sendiri masih belum percaya dengan apa yang dipakainya. Tetapi Menul tetaplah Menul. Meski sudah resmi menjadi asisten Andre, dia tetap berangkat ke kantor dengan berjalan kaki. Dia juga masih berangkat pagi-pagi sekali, sebelum matahari menampakkan sinarnya. Padahal jam kerja Menul kini dimulai jam delapan. Setibanya di kantor, Menul langsung menyambangi pantri. Bahkan dia masih melakukan pekerjaan yang sebelumnya dia kerjakan. Masih sepi. Belum ada orang. Tapi Menul tidak peduli, karena apa yang dia kerjakan tidak untuk dipuji orang, atau mencari nama. “Ya ampun, kamu ini apa-apaan Nul?” Sumirah yang tiba belakangan, langsung merebut pekerjaan Menul. Menul tidak ingin melepas sapu di tangannya. T
Read more
Bab 49 : Pesan Andini
PESAN ANDINI Menul sudah bersiap di ruangannya. Jam masih menunjukkan pukul delapan pagi. Sementara Andre biasanya ke kantor sekitar jam sembilan. Bahkan terkadang lebih. Karena belum ada pekerjaan, maka waktu menunggu itu pun Menul gunakan untuk membaca. Tadinya ia bermaksud beberes ruangan, namun ruangan yang kini ia tempati, sudah sangat rapi.Ini hari pertama ia menempati ruangan itu. Tentu tidak baik jika belum apa-apa, Menul harus mengubah ini dan itu. Harus sudah mengerjakan tugasnya dengan baik. Masalah dekorasi atau aksen apa yang perlu ditambah, itu bisa menyusul. Lagian, Menul juga tidak terbiasa menghiasi ruangannya.Kamar kosnya saja polos. Hanya ada foto orang tuanya yang dibingkai sederhana. Itupun tidak ditempel di dinding, tapi diletakkan di atas mejanya.Menul sangat beruntung, karena semua buku yang ada di ruang Andre sudah berpindah ke ruangannya. Mendapati banyak buku itu Menul merasa mendapat durian runtuh. Ia sangat su
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status