All Chapters of Ternyata Aku Madunya: Chapter 31 - Chapter 40
61 Chapters
Pulangkan Aku
 Tidak ada tanda Rama akan datang kerumahnya. Fina memberanikan diri untuk menghubungi mertuanya dan berniat untuk bertemu. Begitupun Fina mengirim pesan untuk menemui dirinya di rumah orangtuanya. Rama tak memperlihatkan itikad baik kepada keluarganya. Bahkan setelah kejadian itu, Rama tak pernah sekalipun menghubunginya.Siang ini, mobil Fina dan keluarga sudah sampai di kediaman orangtua Rama. Disana Fina bisa melihat mobil suaminya. semua berkumpul di ruang tamu. Ingin sekali Fina memaki Ayah mertuanya, tapi emosi itu berusaha ia tahan.“Saya rasa, Bapak dan keluarga tau kehidupan Rama lebih baik daripada saya. Saya rasa, anda dan keluarga tentunya tau posisi Fina akan berstatus apa setelah menikah dengan Rama. Saya memang bukan dari keluarga kaya raya, tapi untuk urusan harga diri keluarga saya, itu akan tetap saya pertahankan.” Yadi mengatakan hal itu dengan suara berat. Tak sekalipun ia memandang lelaki yang sudah membohongi keluarganya.
Read more
Keputusan Berpisah
Fina barusaja menerima surat cerai yang dikirimkan ke rumahnya. Pada akhirnya kisah cintanya berakhir sampai di lembar pernyataan cerai. Sebuah kisah yang tak pernah ada di dalam benaknya. Selembar kertas itu mengharusaka ia tetap kuat menjalani hidup kedepannya.Pengajuan hak asuh anak jatuh ke tangannya. Seperti apa yang sudah ia katakan, ia akan membersarkan anaknya sendiri. Ia akan menjadi ibu sekaligus Ayah untuk kedua anaknya. Kenyataan pahit itu membuatnya belajar banyak hal dalam memaknai hidup. Semua yang ada pada dirinya hanyalah titipan. Kapanpun sang pemilik harus memintanya kembali, hanya mengikhlaskan yang bisa Fina lakukan.Hubungannya dengan Rama, masih berjalan sebagaimana mestinya orangtua ada untuk anak-anaknya. Statusnya kini bukan suami istri lagi. Rama adalah mantan suaminya, begitupun sebaliknya dnegan Fina yang sebatas mantan istri.Tapi tak ada istilah manta Ayah dan Ibu juga mantan anak. Posisinya dan Rama masih sama menjadi orangtua un
Read more
Terimakasih Luka
Keputusan Fina untuk berpisah dengan Rama membuatnya harus semakin giat dalam bekerja. Kini ia menjadi tulang punggung utama dalam keluarganya. Kebahagiaan dan masa depan anak-anaknya berada ditangannya. Mereka sudah kehilagan sosok Ayah, tapi Fina tidak ada membiarkan anak-anaknya kekurangan kasih sayang. Hubungannya Rama ataupun Ana, masih terjalin baik. Meskipun Fina lebih menjaga jarak dengan mereka berdua. Semuak-muaknya Fina pada Rama, tetap saja ia adalah Ayah dari anak-anaknya. Sering kali Fina memilih menghubungi Ana jika anaknya minta untuk ngobrol dengan Ayahnya. Fina benar-benar berusaha menjaga nama baik dirinya di depan Ana. Ia tau posisinya sebagai mantan istri, ia takut membuat salah paham Ana jika ia sering menghubungi Rama. Sekalipun Ana pernah bilang, tidak akan mempermasalahkan jika Fina dan Rama saling menghubungi untuk urusan anak. Bahkan Ana pernah menanyakan, apakah tidak ada kesempatan untuk Rama kembali memperbaiki hubungan dengannya. Fina tidak tau kenapa
Read more
Lembar Baru
Pengalaman memang guru terbaik di setiap sesi kehidupan. Itulah yang kini Fina rasakan. Ia harus menelan pil pahit dari pernikahannya. Menerima luka dari laki-laki yang selalu ia banggakan ke semua orang. Kini ia hanya bisa menyesali disetiap mengingat semuanya. Bagaimana bisa dirinya yang polos, menjadi istri seorang laki-laki yang sudah bersuami dan memiliki anak.Cinta memang sudah membutakannya. Tapi kini giliran logika yang bekerja. Ia harus bekerja keras untuk menghidupi keluarganya. Waktunya membuka lembar baru dan menutup semua kisah yang telah lalu.Tinggal di desa membuatnya harus tebal telinga. Berita mengenai rumah tangganya sudah terdengar ke tetangga rumahnya. Banyak yang berempati padanya, banyak pula yang tertawa seolah menertawakan kebodohannya. Ia memang bukan dari keluarga berada, tapi dirinya sudah dipandang baik oleh semua orang disekitarnya."Ya, Allah Fin, aku bener-bener nggak tau kalau kamu ada masalah seperti itu sama suami kamu," ucap Tania, ia salah satu te
Read more
Kedatangan Ana
Fina menjalani hidupnya seperti semula. Tidak ada suami disisinya sudah menjadi hal biasa. Selama ia menjadi istri pun, ia juga sudah sangat jarang bertemu dengan suaminya. Kalaupun sekarang tidak ada, ia tidak ada masalah apapun. Selagi orang tua dan keluarga kecilnya selalu ada menghiasi hari-harinya, Fina akan terasa bahagia.Hari ini Fina memutuskan untuk ambil cuti, karena hari ini ada jadwal imunisasi putra keduanya, Alfa. Ia merasa bersalah kepada Alfa, karena selama mengandung hingga ia lahir, dirinya kurang memberikan perhatian. Tidak seperti pada saat kecilnya Ali, semua seolah ingin ia urus sendiri. Kini harta paling berhaga dalam hidupnya adalah kedua putranya, maka itu yang sekarang menjadi prioritasnya.Fina akan datang ke poliklinik di dekat rumahnya, bersama sang ibu. Ia juga sudah dengan sengaja mengatur jadwal dengan dokternya. Sebelum berangkat, Fina dibuat sibuk dengan mengurus Ali terlebih dahulu. Setiap pagi. Ibunya akan sibuk dengan urusan dapur, dan Fina yang a
Read more
Permintaan Rama
Rama kangen, kata itu masih terngiang di kepala Fina. Kata yang terucap dari bibir istri mantan suaminya. Ia tak habis pikir kenapa justru Ana yang mendatanginya. Padahal jauh di lubuh hati Fina, sebenarnya ia ingin Ayah dari anak-anaknya itulah yang datang dengan sendirinya.Fina memang merasa sanggup jika harus mengurus dan membesarkan anaknya seorang diri. Ia pasti akan memperjuangkan apa yang akan membuat anaknya bahagia. Bahkan untuk perihal nafkah, tak pernah sekalipun Rama memberikan untuk anak-anaknya, semenjak ia tidak lagi menjadi istrinya. Apakah tidak ada sedikitpun rasa ingin menafkahi anak-anaknya, itu yang selalu Fina pikirkan."Aku memang bukan lagi istrimu, tapi bagaimanapun mereka tetaplah anak-anakmu," lirih Fina sambil mengasihi putra kecilnya.Fina ingat betul bagaimana perjuangan rumah tangganya. Menyiapkan beberapa aset bersama untuk kebutuhan masa depan. Membackup suaminya ketika sedang ada masalah ekonomi, dan yang paling Fina ingat, bagaimana ia dan Rama dulu
Read more
Ali dan Rama
Fina sadar dengan apa yang sudah ia ucapkan kepada Rama, soal mengizinkan Rama menghabiskan waktu dengan Ali. Fina melakukan semuanya hanya untuk kebahagiaan Ali dan Alfa, tidak lebih. Sudah sejak lama juga Ali selalu menanyakan keberadaan Ayahnya, sudah lama juga mereka tidak bertemu. Fina tidak mau egois memikirkan perasaannya sendiri yang pada akhirnya melukai putranya karena tidak ada sosok figur Ayah lagi dihidupnya."Ma," panggil Ali saat Fina asik melamun di depan laptopnya."Iya, sayang kenapa?" tanya Fina."Weekend ini Ayah nggak pulang lagi ya? Ali pengen main sama Ayah," tanya Ali dengan raut wajah sendu."Ali pengen main? nanti kita ajak tante Safa ya," jawab Fina."Ayah nggak bisa nemenin Ali main lagi?" tanya Ali merasa belum puas dengan jawaban ibunya."Nanti Mama tanya sama Ayah ya," jawab Fina."Udah, Ali main lagi sama temennya," lanjut Fina dan akhirnya Ali pun memilih kembali ke luar rumah dan bermain dengan teman-
Read more
Dia
Terimakasih Rama, iya, nama Rama seolah masih belum bisa sepenuhya hilang dari kehidupan Fina. Dia yang sudah memberikan pelajaran berharga dalam hidupnya. Pelajar hidup yang nggak semua orang pasi akan mendapatkan itu.. Banyak pelajaran ynang Fina peroleh untuk kehidupannya kedepan. Fina selalu percaya disetiap masalah pasti selalu ada berkah. Seperti sekarang, perubahan fisik yang drastif seolah menjadi bekah tersendiri untuk Fina.Bagaimaa tidak, disebabkan beban pikiran karena masalah yang ia hadapi, membuat perubahan pada segi fisiknya. Fina tidak prnah menyangka sebelummya, bahwa setelah menikah dan melahirkan dua kali, badanya akan kembali raamping seperti saat dirinya masih gadis. Beban pikiranya menjadi metode diet yang paling berhasil bagi Fina."Kayaknya emang bener ya alau mau kurus uh nggak perlu diet karbo lah, diet gula lah. Fina nih, udah kembali ke body goals tanpa diet-dietan,” ucap Arin saat mereka sedang menikmati makan siang di kantin kantor.“Amit-ami
Read more
Denias ke Rumah
Mengingat acara mereka sampai malam, dan Fina harus pamit pulang terlebih dahulu. Arin, Reva bahkan Riki tidak setuju kalau Fina pulang seorang diri. Mereka menyarankan agar Denias mau mmengantarnya pulang. Itu juga salah satu cara mereka mendekatkan keduanya. “Gausalah, lagian aku juga udah biasa pulang jam segini sendiri, kalian nggak usah lebay,” ucap Fina saat teman-temannya memaksa dirinya pulang diantar oleh Denias. “Gapapa Fin, lagian bener kata mereka, udah malam gini, ya kalau masih di kota masih ramai, tapi kalau udah masuk ke desa kan jalanan pasti sepi, rawan kalau kamu perempuan pulang sendirian,” balas Denias. Benar kata Denias, kalau jalanan di kota memang masih ramai, tapi kalau udah semakin masuk ke kabupaten, mendekati rumahnya, jalanan mulai sepi. Fina juga harus melewati beberapa jalan yang kanan kirinya adalah sawah-sawah, kurang penerangan. Biasanya Fina memang biasa melewati jalanan itu, meskipun sudah malam. Tapi mendapat perhatian dan merasa ada yang mengk
Read more
Sindiran untuk Rama
Hidup di desa, tidak lengkap rasanya kalau para tetangga tidak kepo dengan kehidupan tetangga lainnya. Terutama pada sosok yang status janda. Sudah seperti hukum alam sepertinya. Itu yang sekarang Fina rasakan. Setelah malam itu Denias mengantarnya pulang, padahal saat itu seperti yang Fina tau, kampungnya sudah sepi, tapi beberapa tetangganya tau soal kedaangan Denias ke rumahnya, jadilah bahan gosip baru. Hmmm, sudah bukan hal baru lagi buat Fina. Sedari dulu memang ia sering kali menjadi bahan gosipan tetangganya, ya mungkin karena memang Fina sibuk dengan pekerjaannya di kota sampai lupa bersosialisasi dengan tetangga. Karena sudah sering dan sudah terbiasa, Fina menangapinya dengan santai. “Yang kemaren siapa mbak, nganter pulang?” tanya Bu Tanti tetangga depan rumah yang saat pagi-pagi Fina sibuk menjemur pakaiannya, dia sudah sibuk ngumpulin teman-ttemannya ngumpul di depan rumah Fina untuk bergosip. “Temen kantor, karna habis ada acara di rumah temen kantor, terus pulang kem
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status