Semua Bab Penguasa Negeri Jin: Bab 521 - Bab 530
571 Bab
204. Bagian 24
Jin Muka Seribu, yang dijuluki Jin Segala Keji Segala Tipu Segala Nafsu tegak bertolak pinggang. Kepalanya yang memiliki empat muka saat itu telah berubah menjadi muka-muka raksasa pertanda dia sedang marah besar."Hai Junjungan, Raja Diraja semua Jin di Negeri Jin ini. Mohon maafmu. Aku mengaku salah karena gagal menjalankan tugas.""Kau tidak usah bicara banyak! Dari keadaan dirimu saja aku sudah tahu kalau kau tidak becus menjalankan tugas rahasia! Kau telah memperhambakan diri pada Jin Tangan Seribu. Tapi kau tidak mampu mendapatkan rahasia ilmu bagaimana caranya menembus waktu, masuk ke negeri manusia!""Maafkan aku Jin Muka Seribu. Puluhan hari aku tak tidur-tidur mengintai kelengahan Jin Tangan Seribu. Tapi setiap aku berusaha hendak melumpuhkannya dia seperti sudah tahu dan berjaga-jaga.""Kau juga tidak berhasil mencuri ilmu berubah ujud membentuk empat tangan!" Bentak Jin Muka Seribu."Aku mengaku salah dan siap menerima hukuman!"
Baca selengkapnya
205. Istana Surga Dunia
KITA kembali pada Jin Terjungkir Langit alias Pasedayu dan Jin Selaksa Angin alias Ruhpingitan. Seperti dikisahkan dalam Episode sebelumnya ("Cincin Maharaja Jin") sepasang suami istri yang saling terpisah selama puluhan tahun itu akhirnya bertemu. Keduanya berpeluk bertangisan penuh gembira tapi juga penuh haru di dalam sebuah danau kecil."Peluk tubuhku erat-erat Ruhpingitan. Kalau tidak aku akan meluncur terbalik, kepala masuk ke dalam air, kaki mencuat di atas danau. Kau akan bingung memegangi tubuhku! Ha... ha... ha. ""Pasedayu suamiku, derita sengsaramu akan berakhir hari ini!" kata Ruhpingitan sambil memeluk erat Pasedayu dan membelai rambut putihnya yang basah kuyup. "Kau tahu, sendok sakti terbuat dari emas itu ada padaku.""Astaga! Apa katamu?!" Pasedayu terkejut seolah tak percaya akan pendengarannya."Sendok Pemasung Nasib ada padaku." Bisik Ruhpingitan."Keterangan pemuda asing bernama Bintang itu ternyata benar. Dia pernah mengatakan
Baca selengkapnya
205. Bagian 2
DI DALAM danau, Bayu yang memang memiliki kepandaian luar biasa dalam hal berenang, bergerak cepat mengejar Jin Lintah Hitam yang merampas Sendok Pemasung Nasib. Bayu melihat jelas Jin Lintah Hitam memegang sendok emas sakti di tangan kanannya. Bayu sampai beberapa kali berusaha merampas kembali benda itu. Namun gerakan Jin Lintah Hitam selain gesit sekaligus licin. Padahal Bayu juga telah mengeluarkan ilmu melicinkan tubuh yang disebut Ilmu IKan Paus Putih. Tetap saja Bayu tidak mampu mengambil Sendok Pemasung Nasib itu.Setelah berenang meliuk-liuk aneh beberapa kali, Jin Lintah Hitam melesat ke arah kiri berusaha melarikan diri. Sebelum dia berhasil mencapai tepian danau sebelah tenggara, Bayu cepat mengejar dan sempat mencekal salah satu kakinya. Tak terduga mahluk yang sosoknya licin ini menarik kakinya sambil berbalik dan lancarkan tendangan dengan kakinya yang lain.Membuat gerakan menendang di dalam air bukan satu hal yang mudah. Bukan saja karena dua kaki tida
Baca selengkapnya
205. Bagian 3
"Celaka! Gimana beradanya sendok yang asli?!" teriak Ruhpingitan. Semua orang lantas ingat pada Jin Lintah Hitam. Mereka berpaling ke arah tergeletaknya mayat orang itu. Astaga! Ternyata mayat Jin Lintah Hitam tak ada lagi di tempatnya semula! Semua mulut keluarkan seruan tertahan!"Mahluk jahanam itu tak mungkin hidup kembali lalu melarikan diri!" teriak Jin Terjungkir Langit. "Pasti ada yang melarikan mayatnya!" kata Ruhpingitan lalu butt prett! Nenek ini pancarkan kentutnya. "Kalau cuma mayat apa perlunya dilarikan segala?!" ujar Arya"Pasti ada sesuatu. Pasti ada sesuatu!" kata Bayu."Aku ingat satu hal!" kata Betina Bercula tiba-tiba. "Waktu aku menyelam ke dalam air, aku sempat melihat mahluk itu memasukkan sesuatu ke dalam mulutnya. Mungkin sekali...""Bukan mungkin,! Tapi pasti!" kata Jin Terjungkir Langit memotong. "Pasti Sendok sakti itu ditelannya?!""Jahanam betul! Kemana kita harus mencarinya?!" Ruhpingitan marah sekali namun begitu me
Baca selengkapnya
205. Bagian 4
EMPAT orang berpakaian hitam itu duduk mengelilingi perapian. Udara malam memang dingin sekali. Apalagi mereka berada di satu pedataran tinggi dan sore tadi hujan turun lebat."Terus terang aku tidak suka dengan apa yang kita lakukan sekarang ini. Kita telah menyalahi Perintah Sang Junjungan, Raja Diraja Segala Jin di Negeri Jin ini!" Berucap orang berpakaian hitam yang duduk bersandar ke satu gundukan batu besar, agak jauh dari perapian. Namanya Patuding."Kerabatku, apa yang perlu kita cemaskan. Tugas telah kita jalankan dengan baik. Apa yang dicari sudah berada di tangan kita. Mengapa perlu cepat-cepat kembali ke Istana Surga Dunia?" Menjawab salah satu dari tiga orang yang duduk di depan perapian. Dia bertindak selaku pimpinan dalam rombongan itu dan bernama Pajohor."Justru begitu Perintah Sang Junjungan, begitu yang harus kita lakukan! Tak ada celah sedikitpun untuk dilanggar!" Orang pertama berkata dengan nada mulai keras."Kerabatku Patuding, aku
Baca selengkapnya
205. Bagian 5
"Benar-benar  kakek nenek gila! Kawan-kawan, lekas singkirkan dua tua bangka ini!" Perintah Pajohor.Dua orang membekal parang yakni Pawulus dan seorang kawannya bernama Pasendu menghunus senjatanya. Tanpa banyak bicara lagi mereka segera menyerang Jin Selaksa Angin dan Jin Terjungkir Langit. Begitu yang dua ini menyerbu, dua lainnya yakni Patuding dan Pajohor segera membuat siasat. keduanya secepat kilat berkelebat, lari dan sengaja berpencar.Dua kaki Jin Terjungkir Langit bergerak.Dua tangan Jin Selaksa Angin tak tinggal diam."Bukkk!""Bukkk!"Pawulus dan Pasendu yang menyerang dengan parang menjerit keras, terpental lalu terbanting ke tanah tak berkutik lagi. Yang satu tewas dengan dada remuk akibat dimakan jotosan Ruhpingitan sedang kawannya menggeletak dengan leher hampir tanggal dijepit dua kaki Jin Terjungkir Langit.Dua orang yang melarikan diri dan sengaja berpencar tersentak kaget hentikan lari masing-masing ketika t
Baca selengkapnya
205. Bagian 6
JIN MUKA SERIBU memandang seputar ruangan besar berbentuk segi enam. Masing-masing dinding ruangan dicat dengan warna berlainan sementara atap ruangan yang menyerupai kubah diberi cat berwarna merah muda. Satu-satunya pintu masuk ke ruangan segi enam ini adalah sebuah pintu berbentuk gapura yang terletak di dinding yang berwarna merah. Empat buah hiasan berupa singa berkepala dua terbuat dari perunggu tergantung di langit-langit ruang segi enam yang terletak di lantai Kedua bangunan Istana Surga Dunia itu. Jin Muka Seribu menamakan ruangan segi enam ini Ruang Seribu Kehormatan.Disinilah direncanakan semua tokoh undangan pertemuan besar pada hari lima belas bulan dua belas mendatang akan dipersilahkan duduk.Wajah Jin Muka Seribu depan belakang tampak berseri-seri. Saat itu di sebelah kirinya berdiri Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab. Sementara di sisi kanan tegak gadis cantik bernama Ruhkinki. Gadis ini adalah salah satu gadis kesayangan Jin Muka Seribu. Boleh dikatakan k
Baca selengkapnya
205. Bagian 7
"Percayakan padaku Hai Sang Junjungan. Aku berpikir, ada baiknya aku berangkat sekarang saja. tidak perlu menunggu sampai siang nanti. "Saat itu tiba-tiba terdengar suara genta yang entah dari mana asalnya. Semua orang yang ada di mangan itu sama memalingkan kepala ke arah pintu di dinding merah dari mana terdengar langkah-langkah mendatangi.Tak lama kemudian muncullah seseorang memanggul sosok yang mengenakan pakaian hitam lekat licin seolah menempel ke tubuhnya. Masih dengan memanggul sosok hitam licin itu, orang yang datang menjura memberi hormat pada Jin Muka Seribu yang saat itu tegak tak bergerak. Hanya sepasang matanya membeliak besar dan empat wajahnya yang tadi berupa wajah lelaki gagah separuh baya, kini membayangkan berubah menjadi empat wajah tua seorang kakek pucat pasi, pertanda Sang Junjungan berada dalam kaget besar."Pasedana!" seru Jin Muka Seribu menyebut nama lelaki yang memanggul sosok licin hitam. "Kau adalah salah seorang anggota rombong
Baca selengkapnya
205. Bagian 8
"Terima kasih Hai Sang Junjungan," kata Pasedana jadi lega dan gembira seraya menjura hormat. Jin Muka Seribu melangkah mendekati mayat Jin Lintah Hitam masih dengan tertawa-tawa. Dia mengusap mulut raksasanya di sebelah depan lalu berkata. "Sendok Pemasung Nasib yang asli pasti ada dalam perutnya! Jin Lintah Hitam pasti telah menyelamatkan sendok emas sakti itu dengan jalan menelannya!"Habis berkata begitu Jin Muka Seribu gerakkan tangan kanannya."Sreettt!" terdengar suara berkeresetan lima kali berbarengan. Bersamaan dengan itu lima jari tangan Jin Muka Seribu berubah menjadi sangat besar dan diujung kelima jari itu mencuat kuku-kuku berwarna hitam, berbenfuk pisau runcing dan tajam!Sebelum semua orang yang ada di tempat itu bisa menduga apa yang hendak dilakukan Jin Muka Seribu, penguasa Istana Surga Dunia ini tiba-tiba membungkuk. Tangan kanannya bergerak laksana kilat."Breettt!"Semua orang yang ada di tempat itu melengak dingin tengkuk ma
Baca selengkapnya
205. Bagian 9
"Aku pernah mendengar nama Keduanya. Aku bahkan tahu dimana harus mencari nenek keparat itu! Sang Junjungan, izinkan aku mencari Kedua orang itu untuk menuntut balas!"Jin Muka Seribu menyeringai. "Kau anak baik! Yang tahu bagaimana membalas budi orang tua! Tapi kau tak usah bersusah diri menghabiskan waktu dan tenaga mencari kedua orang itu. Tenagamu diperlukan di sini untuk menghadapi hari lima belas bulan dua belas. Kedua orang itu kelak akan muncul memenuhi undanganku. Pada saat itulah kita akan menghajar dan mengirimnya ke alam roh! Aku akan memastikan kematian mereka lebih mengerikan dari nasib yang menimpa diri ayahmu!"Mendengar ucapan Jin Muka Seribu itu Pakembangan tak bisa berbuat apa-apa walau niatnya membalas dendam saat itu seperti hendak membakar dirinya. Pemuda ini tundukkan kepala, kepalkan dua tinjunya lalu saking geramnya dia hantamkan tangan kanannya ke dada sendiri seraya berteriak keras seolah berusaha melepas bendungan amarah!Jin Muka Ser
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5152535455
...
58
DMCA.com Protection Status