All Chapters of Bingkisan Daster Bekas Mertua: Chapter 11 - Chapter 20
63 Chapters
Bab 11
Bab 11 Aku Tidak Mau Lagi Ditindas!      "Kalau Ibu merasa Celine tidak pantas mengerjakan pekerjaan dapur termasuk dalam menghidangkan makanan, berarti ibu yang harus melayaninya, bukan aku," imbuhku cepat.     Berusaha aku melapangkan dada dengan kenyataan yang dibuat oleh Bu Farah. Nyata-nyata beliaulah yang memperkeruh rumah tangga kami. Mengotori rumah tangga anaknya sendiri dengan menghadirkan orang ketiga.     Dengan kekuatan hati yang telah ku bangun, aku siap dengan kenyataan.     Baiklah, Bu Farah. Ternyata memang ini yang kau inginkan.      "Bu, silakan ibu ingin menjodohkan Mas Galih sama Celine. Aku tidak masalah. Tapi satu yang juga harus ibu tahu,  aku bukan pembantu dan tidak mau diperlakukan seperti pembantu. Oleh karena itu Ibu jangan pernah memerintahku sesuka hati seperti selama ini," tandaku tegas dan lugas.  &nbs
Read more
Bab 12
Bab 12 Menikah Lagi, Tak Perlu Izin Istri!     "Galih, ibu ingin bicara sama kamu!" Bu parah mendekati Galih.     "Kiara, bisa kamu menyingkir dulu aku ingin bicara empat mata sama Galih!" Bu Farah memberi isyarat tangan kepada Kiara yang tengah duduk di sebelah galih untuk segera pergi.     "Kalau kalian yang ingin bicara, berarti kalian yang harus menyingkir, bukan aku." Jawab Kiara ketus.     "Kiara...?" Galih mengernyitkan dahi dengan keketusan sikap Kiara.      "Kenapa Mas? Ada yang salah?" timpalku.    "Coba kalau bicara itu baik-baik, apalagi sama ibu,"     "Iya aku tahu, tapi ibumu dulu yang bicara tak sopan apa salahnya aku membalas." Ucapku seraya menyeruput teh panas.     "Sudahlah tidak usah pedulikan dia, Galih. Dia memang pembangkang. sekarang, ayo ikuti ibu. Ada hal penting yang in
Read more
Bab 13
Bab 13 Lihatlah, betapa borosnya Istrimu!"      "Iya Bu. Perkataan ibu memang tidak ada salahnya. Tapi aku masih punya nurani. Rasanya tidak pantas aku menikahi wanita lain di tengah kehamilan istri sahku." Jawab Galih lagi.     Megan dan ibunya semakin kesal saja dengan jawaban Galih yang masih saja berusaha untuk menyinggung masalah nurani.     "Kau selalu saja bicara soal nurani, coba kau pikir, apakah istrimu punya nurani? Tidak, Nak. Ibu rasa istrimu itu adalah wanita yang tidak punya sopan santun. Lihatlah tingkahnya! Sekarang dia malah ingin bertingkah bak seorang bos di rumah ini. Wanita seperti seperti itu yang ingin kau ukur dengan nurani? Sangat tidak pantas," ucap Bu Farah mulai geram.     "Ucapan ibu benar, Galih. Jujur ya, aku saja muak mendengarmu bicara mengait-ngaitkan Kiara dengan hati nuranimu. Kiara itu wanita yang tidak memikirkan masa depan. Buat apa kamu te
Read more
Bab 14
Bab 14 Uang Adikmu, Mana Cukup Buat Shopping!     "Mbak, dugaan kalian salah!' sambar Galih cepat.     "Tidak usah banyak pembelaan, Galih. Mengapa kau sekarang amat bod*h. Di bod*hin sama Kiara, ya?" Serobot Megan dengan congkaknya.     "B*doh sekali kau Galih, seenaknya saja diperalat sama istri. Sampai rela kalau uangmu dihabiskan Kiara buat berfoya-foya bershoping ria," cibir Kiara berniat untuk mempengaruhi Galih.     "Hei, Mbak Megan! Siapa juga yang membodohi adikmu ini? Mbak menuduhku? Hati-hati bicara, Mbak! Aku tidak pernah berbelanja seperti ini menggunakan uang adikmu! Huuuh... uang adikmu yang hanya lima ratus ribu mana cukup untuk membeli barang-barang seperti ini," Kiara balas mencibir.     "Hey, darimana kau bisa nerbelanja sebanyak itu jika tidak da
Read more
Bab 15
Bab 15 Rencana Mertua dan Ipar busuk    "Dek, maafkan Ibu dan Mbak Megan ya," Mas Galih menghampiriku yang sedang menata baju-baju dan sebuah tas bermerk yang baru saja kubeli.    "Lain kali Mas mohon sama kamu, jangan lagi bicara sembarangan di depan mereka. Kamu tahu sendiri kan bagaimana sifat keduanya? Mereka sangat tidak mau diganggu. Apalagi caramu tadi sangat menguji kesabaran mereka," Mas Galih menasehatiku.     Fyuuuuh...    Aku menghela nafas.     "Mas, aku tidak mungkin berkata kasar pada mereka jika mereka tidak memulai," jawabku.     Aku tidak peduli jika Mas Galih tak suka dengan ucapanku.       "Dek, Mas mohon. Maklumi saja ibu dan Mbak Megan. Sifat mereka memang begitu. Lihat selama ini, jikalau kamu tidak meladeni, rumah ini terasa damai tanpa perselisihan kalian. Mengalah tidak ada salahnya, Dek," ucap Mas Gali
Read more
Bab 16
Bab 16 Ingat Mbak, Jangan Main-main Denganku!           "Enak saja kau ingin pergi berfoya-foya, lihat dapur masih berantakan, cepat sana beresin!" Perintah Megan bak seorang majikan yang sedang memberi perintah pada asistennya.     "Enak saja, kamu pikir aku babu apa? Kalau mau ke rumah kalian rapi, ya bersihin aja sendiri! Aku ada urusan!" Kiara berucap tanpa takut.     "Astaga, Kiara! Terbuat dari apakah hatimu ini? Dikasih tau baik-baik malah ngeyel! Tugasmu belum selesai, beresin dulu rumah, baru kamu boleh pergi!" ucap Megan kembali.     "Mbak kira semua pekerjaan rumah ini semuanya tugasku? Begitu? Sorry mbak, masih banyak pekerjaan lain yang lebih baik daripada tugas gratisan seperti itu!" tanggap Megan.     "Apa katamu? Tugas gratisan? Astaga Kiara! Punya otak dibuat untuk mikir! Bukan untuk ngeyel sembarangan. Kau k
Read more
Bab 17
Bab 17 Kalian Hanya Bisa Mengendalikan Galih, Tapi Tidak Denganku!      "Bu! Sini ..! sini ...!" Megan mengisyaratkan pada Bu Farah agar mendekat.     Wajah Megan mengekspresikan seolah melihat sesuatu hal yang besar.     "Ada apa, Megan? Kok nampaknya serius sekali? Santai ajah kali," Bu Farah agak menyipitkan mata.     "Aduh, Ibu. Coba lihat ini, Kiara ngapload foto makan siang di resto mahal. Waduuh... Sepertinya dia semakin berani bersikap keterlaluan sama kita," ujar Megan.     Mendadak Bu Farah terkaget mendengarnya.     "Resto mahal?" Gumamnya seraya mendekat.     "Nih, coba ibu perhatikan!" Megan menyodorkan handphonenya pada Bu Farah.     "What ...?" Bu Farah melongo, melihat tempat dimana Kiara duduk dan menikmati santapan lezat kelas atas yang tidak sembarangan orang bisa datang
Read more
Bab 18
Bab 18 Ketika Saatnya Tiba, Galih akan Di Pecat Dari Kedudukannya     "Kiara ...! Kiara ...! Dimana kamu?" Bu Farah berteriak.     "Kemana tuh orang?" gerutu Bu Farah ketika tidak mendapati keberadaan Kiara di kamarnya.     "Ada apa, Bu? Kok teriak-teriak segala," Tanya Megan yang baru saja pulang kerja.     "Ini, ibu nyari Kiara! Tapi dia tidak ada dimana pun," jawab Bu Farah.     "Buat apa nyari-nyari Kiara, Bu? Peduli amat sama dia. Biarin ajah dia mau kemana. Mau kesana kek, kesini kek, mau pulang, ataupun tidak, itu terserah sama dia. Tidak usah kitanya yang repot-repot. Liat mukanya saja aku udah muak," imbuh Megan mencibir.      "Masalahnya, ibu sedang butuh dia sekarang!" tandas Bu Farah.     "Butuh da buat apalagi, Bu? Kalau bisa nggak usahlah minta-minta bantuan dari dia! Buang-buang waktu saja," gerutu Megan
Read more
Bab 19
Bab 19 Kaya Kok Pinjam Uang?     "Kiara! Sore begini baru pulang ke rumah. Dari mana saja kamu? Dimana otakmu sebagai istri? Suami tidak di urus, kamunya kelayapan kesana-kemari. Istri tidak becus ya seperti kamu ini!"      Seperti  biasa omelan khas dari mertua julid menyambut kepulanganku.     "Punya suami itu di urus! Kalau begini terus, kamu harus rela jika nanti aku benar-benar  menjodohkan Galih pada wanita lain. Jangan sampai kau menyesal jika suamimu di embat orang," sambung mertuaku lagi.     "Sepertinya aku tak akan pernah menyesal, Bu. Selama ini saja aku sudah seperti tak bersuami. Masa bodohlah jika dia di embat orang lain. Ambil saja,"     Kulihat Mbak Megan yang tengah menyantap makanan dalam piringnya melihatku dengan kebencian. Matanya yang julid menatapku tak senang.      Bodo amat. Iseng aku membuka tud
Read more
Bab 20
Bab 20 Calon Menantu Kesayangan     Aku tengah duduk-duduk di sofa ketika deru kendaraan roda empat memasuki area rumah.      Aku menyingkap tirai. Kulihat Mas Galih turun dari mobil, kemudian ia mekangkah membukakan pintu.      Siapa yang ada di dalam mobil,  hingga membuat Mas Galih harus membukakan pintu itu.     Sejenak setelah pintu itu terbuka, Kulihat mertuaku turun dari mobil bersama seorang seorang wanita cantik. Celine.     Wanita itu lagi ternyata.     Mas Galih menggandeng mesra lengan Celine. Mereka berjalan ke arahku.      Astaga, laki-laki itu! Mungkin otaknya sudah berpindah posisi ke dengkul.   Dimana perasaannya coba, menggandeng wanita lain di hadapan istrinya yang sedang hamil besar.      Tapi ya sudah, tidak apa-apa. Biarlah saat ini aku pura-pura men
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status