Lahat ng Kabanata ng Mata Elang: Kabanata 81 - Kabanata 90
136 Kabanata
Bibir itu Milik Vanya
  Vanya segera mengambil helm yang disodorkan Anthony, lalu dia memakainya sambil naik ke jok belakang. Jarak yang begitu dekat itu membuat Vanya mencium bau parfum segar dan maskulin milik Anthony. Enak sekali parfum, Anthony. Batin Vanya tanpa sadar dia tersenyum. Anthony sendiri jantungnya berdebar hebat, dia tidak menyangka bisa duduk satu motor dengan Vanya. Tinggal beberapa jengkal saja mungkin mereka bisa bersentuhan. Jantungku berdebar kencang sekali!!! Semoga Vanya tidak mendengarnya, batin Anthony. Anthony sudah melaju dengan motornya selama 20 menit, dia berhenti ketika melihat rambu lampu merah menyala. Vanya masih tersenyum, dia melihat punggung Anthony yang terlihat bidang ingin rasanya menyandarkan diri. Tapi dia tidak mempunyai keberanian untuk melakukannya. “Kamu mau kemana? Mau makan kue nggak?” tanya Anthony setengah teriak, dia mengimbangi suara deru kendaraan di sekitarnya.
Magbasa pa
Dingdong
   Bunga-bunga cinta terjadi diantara Vanya dan Anthony, Anthony mencoba mencairkan suasana yang sangat canggung setelah mereka berciuman tadi.  “Vanya, kamu suka nonton film tidak?” tanya Anthony. Vanya tidak sengaja melihat bibir Anthony ketika dia mengajaknya berbicara, pikirannya gagal fokus yang menyebabkan dia berpikir yang bukan-bukan. Ya ampun!!! Apa bibir seksi itu yang menciumku!!! Tidak.. tidak!! Hentikan Vanya!!! Kamu harus bisa mengendalikan diri, batin Vanya. Tanpa sadar dia menggeleng-gelengkan kepala berharap pikiran jorok itu pergi dari benaknya.   “Ohh!! Maaf aku nggak tahu kalau kamu nggak suka nonton film,” timpal Anthony yang salah paham, dia tidak tahu jika bukan itu maksud Vanya.   “Ehh nggak, bukan itu m
Magbasa pa
Kencan Diserang
      “Bangsat!!! Kenapa si Kacung itu tidak pernah kapok!!” umpat Purnomo yang sudah berada di dalam mobil.     Purnomo terus mengumpat Anthony yang selalu  saja mengganggu rumah tangganya, dia semakin marah ketika dirinya selalu saja kalah melawan Anthony.     Kemudi mobil itu menjadi sasaran kemarahan Purnomo. Dia sedang perjalanan menuju mall tempat Vanya dan Anthony bermesraan, gara-gara aduan Mawar Purnomo pun rela meminta izin pulang terlebih dahulu di tengah rapat yang berlangsung.       “Aku harus membawa bala bantuan, agar bisa mengalahkan Anthony,” gumam Purnomo.     Sedangkan di Mall, Mawar sangat tidak sabar menantikan pertunjukkan mahal sekelas opera. Bagi Mawar melihat saingannya kalah adalah hal yang sangat sayang dilewatkan.     “Mesra-mesraan
Magbasa pa
Jalan Terakhir
    “Hahaa!!! Mampus kalian!!” seru Mawar sambil berjalan di balik punggung Purnomo.  Sedangkan para lelaki berbaju hitam itu sudah mengeroyok Anthony, mereka semua sedang mengelilingi Anthony agar tidak bisa kabur.  “Tangkap laki-laki itu!!” teriak Purnomo “Hentikan!!!” teriak Vanya.  Para pengunjung mall terlihat tidak berani mendekat, mereka memilih untuk menghindari dan tidak ikut campur masalah Purnomo.  Teriakan Vanya tidak dihiraukan oleh anak buah Purnomo, mereka sudah menyerang Anthony secara bersamaan.  Anthony menangkis setiap pukulan salah  satu dari mereka, dia  berhasil menjatuhkan anak buah Purnomo satu persatu dengan cara meninju dan memukulinya hampir setengah anak buah Purnomo suda
Magbasa pa
Aktris TV
        Di rumah Anthony semua temanya lagi pada berkumpul. Kebetulan semuanya lagi ada waktu kosong yang sama, jika sudah seperti itu rumah Anthony pasti akan dijadikan basecamp.     Sean dan Danang duduk melongo di ruang tamu, mereka berdua baru pertama kali berjumpa langsung dengan Vanya. Menurut mereka berdua, Vanya sangat cantik sekali seperti aktris bintang film di TV.     “Sudah!!! Jangan dipandangi terus, Bu Vanya sudah ada pemiliknya!” seru Bondan, dia geleng-geleng melihat kelakuan Sean dan Danang.     ‘Ehmm’ Sean berdeham, dia menutupi rasa kampungannya yang tidak terkendali.   “Siapa yang memandang Vanya?? Aku cuma itu, Ehmm lihat motor di luar!! Ya memastikan saja masih ada apa tidak gitu,” kelit Sean sambil tertawa garing.       Vanya memang duduk mem
Magbasa pa
Pria Koboi
     Kegelapan di rumah Anthony sangat mencekam, anehnya di rumah warga dan lampu penerangan jalan tidak padam. Vanya sangat takut ketika terdengar suara sepatu yang mendekatinya.  Gerakan tiba-tiba dari pemilik sepatu itu membekap mulut Vanya, serta membekuk tangannya ke belakang yang menyebabkan Vanya berteriak.  “Aaaarghhh!!! Lepaskan aku!!!”  Teriakan Vanya bersamaan dengan lampu di rumah  Anthony menyala, dia sangat ketakutan ketika melihat Anthony sudah terikat tangannya dengan mulut yang sudah di lapban.  Anthony mengatakan sesuatu, akan tetapi perkataannya tidak bisa di dengar hanya mengeluarkan suara ’Ugh!!Ugh’.  Bangsat!!! Siapa mereka?? Cepat sekali gerakannya sampai aku tidak menyadarinya, batin Anthony.
Magbasa pa
Tiga Serangan Maut
        Gedung terbengkalai itu di perbatasan kota yang sangat sepi sekali, apalagi suasana malam seperti ini, sudah bisa dipastikan tidak ada satu orang pun yang lewat.       Penerangan dari lampu mobil yang sengaja dinyalakan agar Purnomo bisa melihat wajah kesakitan Anthony.   “Bawa sini tongkatnya!!” pinta Purnomo yang berdiri di depan Anthony bersama 3 anak buahnya, salah satunya mengambil tongkat di dalam mobil yang sudah disiapkan sebelumnya.     Pimpinan dari anak buah Purnomo adalah pria yang memakai topi koboi. Wajah Pria bertopi itu sangat misterius, dari awal menangkap Anthony dia tidak menunjukkan wajahnya sama sekali.       “Hahaa!!! Senang bisa melihatmu dalam keadaan terikat, ini  semua tidak akan  terjadi jika kau mau mendengarkanku untuk menjauhi Vanya,” ung
Magbasa pa
Sirene Mobil Polisi
          Suara sirene mobil polisi menggema di seluruh gedung yang terbengkalai itu, mereka sangat kaget ketika ada polisi datang ke tempat sangat terpencil di malam hari.     “Wahh!!! Bos ada polisi!!! Siapa yang memanggilnya?” seru salah satu anak buah Purnomo.     “Aku tidak tahu!!! Sekarang kita pergi dulu dari sini!!!”   “Bawa si Bos Besar masuk ke dalam mobil!!!” perintah Jati, dia melihat Purnomo masih tidak bergerak dari tempatnya, sehingga dia tidak ada cara lain selain mengangkat Purnomo yang kesakitan itu.     Tiga anak buah Purnomo itu segera mengikuti perintah Jati, sedangkan Jati masih berhadapan dengan Anthony yang masih memasang kuda-kuda.     “Kau beruntung kali ini, Tuan Muda!!! Ingatlah di pertemuan berikutnya tidak akan aku biarkan kamu lolos!!
Magbasa pa
Wanitanya Anthony
  Di tengah rasa panik, takut dan semua kecemasan bercampur aduk, tidak sengaja Vanya menemukan stik golf yang berada di kolong ranjangnya.   “Kapan aku menaruh stik golf ini?” gumam Vanya, lalu dia menggelengkan kepalanya kuat-kuat.   “Itu tidak penting!! Sekarang aku harus keluar  dari sini!!” seru Vanya.  Vanya pun berlari menuju pintu, di sisa kekuatan yang dia punya. Vanya mengayunkan dengan kuat stik golf itu memukul pintu.  ‘Brakk!!! Brakk!!’ Bunyi yang dihasilkan dari pukulan Vanya berulang kali, dia berhasil melubangi pintu tersebut.  Vanya memasukkan tangan ke lubang tersebut untuk menggapai kunci yang masih tertancap di tempatnya, dia bersusah payah untuk memutar kunci tersebut hingga peluhnya bercucuran membasahi
Magbasa pa
Orang Penasaran
        Malam panjang penuh tragedi itu sulit untuk dilupakan, meskipun Anthony mencoba merebahkan diri di ranjang favoritnya, dia tidak bisa memejamkan mata barang sebentar.       Suara ayam berkokok menandakan pergantian hari sudah dimulai, Antony yang bosan itu segera bangkit dari tidurnya untuk mencari tahu keberadaan Vanya.     “Kenapa perasaanku tidak tenang?? Apa mungkin Purnomo tega menyiksa Vanya?” gumam Anthony, dia keluar kamar dan terlihat semua orang tertidur pulas menggelar tikar di lantai.       Anthony berjalan perlahan, dia takut jika sampai membangunkan yang lain. Jaket dan helm sudah dia pakai sebelumnya di dalam kamar, tinggal berjalan menuju motor dan keluar.     “Bang, mau kemana subuh-subuh begini?” tanya Asep yang sudah saja berdiri sambil menggosok
Magbasa pa
PREV
1
...
7891011
...
14
DMCA.com Protection Status