All Chapters of Pria Tua Kesayangan: Chapter 51 - Chapter 60
134 Chapters
Bab 51
Aku menyesal kenapa tadi tidak segera menyalakan lampu terlebih dahulu. Rasa letih bercampur kantuk membuatku alpa. Biasanya aku juga melakukan hal yang sama tapi tidak pernah mendapati kejadian aneh seperti ini. Segera saja aku bangkit dari ranjang dan menyalakan lampu. Aku semakin kaget setelah tahu yang tadi diatas ranjang adalah Maria. Ia yang mendapatiku terkaget segera bangkit sambil menahan malu bercampur rasa kantuknya.“Kenapa kamu di sini? Ini kamarku,” keluhku padanya. Ia malah kebingungan.“Maaf Kak. Aku sungguh tidak tahu. Mpok Yanti yang menyuruhku masuk ke kamar ini.”Duh. Mpok Yanti. Bagaimana sih dia. Bukannya ia sudah tahu kamar tamu dimana. Sontak aku berteriak memanggil namanya.“Mpok Yantiiiiiiiiiiiii!!!!!!!!”Sekali tidak ada suara.“Mpokkkkkkkk Mpok Yantiiiiiiiiiiiii.”Aku tak tahu teriakanku semakin kencang.“Mpokk cepetttt sini..!!!!Mpok
Read more
Bab 52
Usai terkejut dengan pengakuan Mpok Yanti, aku langsung bergegas ke kantor. Mobil melesat menyusuri jalanan yang sebentar lagi penuh. Di jalan aku menelpon ibu. Menanyakan kondisi terupdate ayah. Katanya masih sama dan belum ada progres yang signifikan.Kutawarkan apa sore pulang kerja aku perlu ke sana? Ibu bilang tidak perlu jika aku masih sibuk dan capek. Karena kedua Kakakku sudah datang dan akan bergantian berjaga menemani ibu jagain ayah. Aku juga sudah sampaikan kalau Mpok Yanti sudah menyiapkan apa yang ibu minta dan nanti agak siangan Maria akan berangkat ke rumah sakit.Soal masakan tadi. Aku akui masakan Maria benar-benar enak. Tapi karena gengsi aku malu mengakui di depan Maria. Tadi usai Mpok Yanti bilang kalau masakan itu yang masak adalah Maria aku sampai menghampiri Maria ke belakang untuk memastikan kalau ia benar-benar yang memasak. Ia hanya tersenyum dan berterima kasih karena sudah mau memakanan makanan yang sudah dimasak.Jujur aku katakan b
Read more
Bab 53
“Orang jatuh cinta itu seperti orang batuk. Meski sekuat apapun ia menahan tapi jika memang waktunya harus dikeluarkan maka akan keluar batuknya,” ia tersenyum sebagai bentuk responsnya atas permintaanku untuk jujur dari mana ia tahu informasi itu.“Tapi tenang Pak. Bukankah selama ini sudah biasa dan saya selalu pandai menyembunyikan rahasia Bapak?”Aku lega dan sempat memujinya. Aku menawarkan bonus dari saku pribadi.“Tidak perlu Pak. I am fine. Gak apa-apa. Aku tulus kok. Lagian kebahagiaan Bapak juga akan berpengaruh pada kinerja Bapak di kantor. Dan di perusahaan siapa yang tidak tahu dengan kualitas kinerja Bapak.”Sekali lagi aku berterima kasih, lalu Sheily undur diri. Ada kerjaan lain yang harus ia selesaikan sebelum siang ini. Di saat yang bersmaan Shopia menelpon. Membuat perasaan malu dan panikku berangsung hilang dan bergantikan dengan perasaan bahagia bisa mendengar suara pujaan hati.Shop
Read more
Bab 54
“Bagaimana rasanya Kak, enak tidak?”Lagi-lagi aku kaget. Kenapa ia masih ada di sini? Alasan apalagi yang buat ia tinggal di rumahku lebih lama lagi. Perjodohan yang berhasil? Kalau itu jangan harap.“Kamu?? Kenapa masih disini? Bukannya kamu seharusnya ada di rumah sakit?”“Benar Kak. Seharusnya ada di sana tapi, ibu dan ayah Kakak memaksaku untuk tetap di sini. Tambah lagi ayahku yang mendesak. Tadinya aku sudah tidak mau karena takutnya Kakak kurang nyaman selama aku disini tapi apa boleh buat. Ini bukan permintaanku,” Maria berusaha menjelaskan duduk perkaranya.“Tapi meski tidak permintaanmu tapi ini keinginanmu bukan?” Seketika ia berusaha menyembunyikan wajah malunya yang tetap cantik.“Dari pada kamu berdiri dan bengong di sana mendingan kamu bantu aku deh habisin makanan ini.”“Semua makanan ini buat Kakak. Aku masakin spesial buat Kakak. Karena Kakak letih seharian
Read more
Bab 55
Sosok cantik yang tak henti-hentinya dan selalu ada cara untuk mengejarku itu tengah menangis dengan suara tangisan yang membuat iba dan terharu siapapun yang mendengarnya. Aku yang mendengarkannya dengan seksama sampai terhanyut dan terenyuh.Dengan balutan mukena putih di atas sajadah menghadap ke kiblat ia mengadu berdoa dengan isak tangis kepada Tuhan. Begitu aku dengarkan dengan seksama aku paham maksud doa itu. Membuatku berpikir dua kali dan menjadi tidak tega jika harus membatalkan perjodohan itu mengingat perjuangan yang dilakukannya dan kesungguhannya serta ketulusannya mengejarku. Namun logisnya, aku tidak mencintainya. Aku hanya tidak ingin membuatnya nanti semakin menderita karena hidup dan bersama serta mencintai orang yang sama sekali tidak mencintainya.Agar keberadaanku tidak diketahui olehnya aku segera masuk ke kamar dan melanjutkan tidurku yang perlu ditambah.  Keesokan harinya seperti biasa aku bersiap berangkat sebelum melakukan rutin
Read more
Bab 56
Pada akhirnya aku harus memilih karena hidup adalah pilihan. Pilih yang resikonya paling kecil dan manfaatnya jauh lebih besar. Setidaknya itulah prinsip dalam memilih. Dan pilihanku kali ini pada keluarga. Aku sudah mengorbankan waktu kerjaku untuk menyempatkan ke sini. Jadi jika mundur rasanya sia-sia aku ke sini.Kutelepon ibu untuk menanyakan bagaimana keadaan yang sebenarnya. Rupanya ayah masih di rumah sakit dan tidak melakukan seperti yang kusangkakan yaitu diam-diam memberi surprise di rumah. Ayah hanya dipindahkan ke ruang lain karena kondisinya sudah membaik. Ibu segera memberitahu kamar yang sekarang. Bergegas aku menuju kesana.Di sana aku disambut hangat oleh semua yang berjaga. Ibu tentu saja, salah satu kakakku yang senang akhirnya bisa bertemu denganku. Aku dirangkulnya sayang. Erat sekali. Pak Herman yang masih setia menunggu dan ayah. Dengan ekspresi bahagianya ia tersenyum dan tampak senang lantaran kehadiranku.Aku menanyakan ke ibu
Read more
Bab 57
Alasan kemarahanku begitu tahu pelakunya bukanlah sang pelaku yang memang menjadi dalang. Tapi ini soal memori itu yang sulit dihapuskan. Sebuah penghianatan yang membekas sampai ke relung jiwaku yang dilakukan Lucas. Lucas memang sudah tidak di perusahaan dan kabar terakhir yang kudengar ia tengah menjalani masa hukuman. Tapi saat ia keluar dari perusahaan ia meninggalkan racun yang bisa menggerogoti perusahaan dari dalam.Pelaku dari kekacuan kemarin tak lain dan tak bukan adalah Rafles. Orang terdekat Lucas saat dia masih di sini. Ibarat Andrew denganku maka Rafles dengan Lucas. Sedikit banyak pasti dia menyerap siasat dan strategi licik Lucas yang diimplementasikan untuk menyusup dari dalam lewat projek-projek atau program kerja. Jika tidak jeli maka taktik dan pergerakannya tidak ketahuan.Bagiku ia bermain kurang rapi. Mungkin ia belum lolos menyerap ilmu licik si Lucas yang berakibat ia jatuh terjerumus sendiri. Dan begitu aku mendekatinya rasanya ingin menghaja
Read more
Bab 58
Berbeda rasanya saat aku menemui Rafles pagi tadi yang dipenuhi perasaan emosi dan marah. Kali ini kebalikannya. Bahkan mendengar namanya saja disebut aku sudah sangat bahagia. Baru saja berpisah dan bersedih hati karenanya eh sekarang berjumpa. Tak ada perasaan lain yang mewakili selain bahagia.Aku menjumpai Bapak Komisaris berikut beberapa yang hadir. Kebanyakan memang tak kukenali tapi, aku tahu Pak Antonio ada di antara mereka dan gadis cantik jelita yang saat ini menjadi alasanku untuk bahagia juga ada di sana. Aku hanya menatap sekilas sekadar memberi isyarat alasan keberadaannya disini.Usai aku menyalami orang yang ada di meja itu satu persatu, Pak Komisaris memperkenalkan mereka satu persatu selain pak Antonio dan Shopia. Lalu sebaliknya, aku diperkenalkan ke mereka. Tak lama kemudian kami membahas hal-hal yang memang perlu dibahas.Singkatnya pertemuan itu adalah momen penting pertemuan antara pihak investor dan pemegang proyek. Pantas aku dan Shopia
Read more
Bab 59
Malam melarut. Tidak seperti di rumah yang diramaikan oleh binatang malam. Disini tenang dan sepi. Hanya satu dua petugas yang berjaga dan sesekali mondar-mandir entah apa yang dilakukan. Dari atas gedung, melalui jendela kaca aku sempat melihat keluar. Pemandangan kota di malam hari yang indah dan eksotik. Kerlap kerlip lampu kendaraan di tengah cahaya yang bersinar dari gedung-gedung dan lampu kota menambah keindahan malam di kota metropolitan ini.“Kok tidak pulang Bu? Menginap juga kah?” Tanyaku langsung.“Mungkin karena seharian kita belum banyak berbincang kali ya jadi saya memiliki firasat harus ke sini, eh ketemu. Atau jangan-jangan kita berjodoh? Hahahaha. Ah hanya bercanda jangan dimasukkan ke hati.”Aku tahu semua yang diucapkan hanya gurauan saja. Tapi gurauan itu terlanjur masuk ke hatiku. Dalam banget sampai-sampai aku ingin balik merespons dengan serius. Kalaupun jodoh tidak apa-apa, Sayang. Begitu kira-kira. Namun
Read more
Bab 60
Begitu terbangun aku melihat jam dinding dan sudah jam empat pagi. Aku mendapati tubuhku berselimut tebal dan kain kompres di jidatku. Lalu saat aku bangkit dan duduk di samping ranjang, mataku terbelalak kaget dengan pemandangan haru di depanku. Maria tertidur pulas menyamping di atas lantai dengan bantal tangan sekenanya. Kepalaku tidak sepusing sebelumnya namun badanku masih lemas dan energi seperti terkuras.Aku masih ingat dengan kejadian sebelum aku ambruk dan pingsan. Marialah satu-satunya orang yang ada di sampingku. Sudah tidak diragukan lagi ialah yang memakaikan selimut untukku dan kain dan air kompres itu. Lalu di meja dekat ranjang ada minuman dan beberapa obat tergeletak di samping gelas. Seinisiatif dan sepeduli itu ia terhadapku, tapi aku masih saja berusaha menyakitinya. Karena tak tega membangunkan dan melihat keadaannya yang memprihatinkan, aku raih selimut yang tadi kukenakan untuk menyelimut Maria.Aku memperhatikan rona indah wajahnya saa
Read more
PREV
1
...
45678
...
14
DMCA.com Protection Status