All Chapters of Di Atas Ranjang Dokter Sonya: Chapter 311 - Chapter 320
390 Chapters
311. Sebuah Janji Penuh Gairah
"Udah?" tanya Hana saat melihat Haikal masuk kelas dan duduk di belakang. "Selesai dengan gemilang, dia ...." Haikal menunjuk Sean yang sedang berbicara dengan kawan-kawannya sambil mencuri-curi pandangan ke arah Hana dan Haikal, "udah minta maaf.""Kok bisa?" tanya Hana takjub, bagaimana caranya seorang Sean yang sangat angkuh, menyebalkan dan pencari perhatian bisa meminta maaf pada Haikal, bahkan pada awalnya Hana yakin kalau Haikal yang akan kena hukuman dari sekolah dan meminta maaf pada Sean. "Kamu nggak bikin ulah?"Haikal menggeleng dan tersenyum, dari bibirnya meluncur kata-kata yang menceritakan bagaiaman Sonya bisa mengeluarkan Haikal dari masalah bersama Sean dan betapa takjubnya Haikal dengan tindakan Sonya yang membelanya habis-habisan tadi di ruangan Gina. Selama Haikal bercerita Hana hanya bisa membulatkan matanya dan sesekali memekik kegirangan, Haikal tahu kalau Hana sangat bahagia mendengar semuanya dan Haikal yakin Hana pun mulai merasakan rasa sayang dari Sonya
Read more
312. Kalimat Manis Dari yang Termanis
"Jangan lari Hana, Haikal," panggil Awan sambil memasukkan ponsel ke dalam sakunya. Awan kaget saat melihat tangan Sonya mengusap punggung tangannya, "kenapa? Kamu mau apa?""Sini ponselnya biar aku aja yang bawa," ucap Sonya sambil mengambil ponsel Awan dan memasukkan ke dalam tasnya, "sini dompet sama kuncinya, kayanya sesak banget kalau kamu simpen di saku celana kamu yang udah sempit makin sempit kamu masukin semua benda-benda itu." Awan menyerahkan semua barang bawaannya ke tangan Sonya, "Sekarang kayanya hidup aku bakal lebih simple dan damai.""Emang dulu hidup kamu penuh huru hara?" tanya Sonya sambil berjalan di samping Awan dan menggandeng tangan Awan. "Wah, dulu aku kalau jalan sama anak-anak barang bawaan kaya mau naik gunung. Semua dibawa dan kalau perlu lemari diseret kayanya," kenang Awan saat-saat dirinya mengurus si kembar sendirian. Repot."Sekarang si kembar udah gede, lihat mereka udah bisa lari," ucap Sonya sambil menunjuk Haikal dan Hana yang sudah berlari ke a
Read more
313. Hirup Pikuk Malam Hari
"Dan Cinderella hidup bahagia selamanya," ucap Sonya sambil menutup buku cerita yang diminta Hana bacakam sebagai pengantar tidurnya bersama Haikal."Ceritanya nggak seru, harusnya Cinderella-nya marahin ibu tiri dan sodara-sodaranya itu. Mereka jahat, kaya Sean," cerocos Haikal yang tidak suka cerita Cinderella yang menurutnya sangat tidak masuk akal dan terlalu menyebalkan. Haikal yanh kesal hanya bisa berbarinh di samping Sonya dan memeluk tubuh wanita itu dengan erat menyusupkan wajahnya ke samping dada Sonya yang hangat.Sonya melirik Haikal sambil berguman di dalam hati, "Ampun, jelmaan Daddy-nya banget, hobinya ngedusel di sana. Bedanya Daddy-nya hobi ngedusel sambil ngelus kaki."Sedetik kemudian ia terkesiap saat kakinya diusap Hana, "Eh ... iya, Hana.""Jangan didenger. Haikal emang suka gitu, dia nggak suka cerita princess dia lebih suka cerita Captain America," ucap Hana sambil menjulurkan lidahnya ke arah Haikal yang mengintip Hana dari balik dada Sonya. Tangan Hana deng
Read more
314. Pagi yang cerah
"Aku mau roti yang itu," ucap Hana sambil berusaha mengambil roti yang ada di tangan Haikal. "Ini punya aku, kamu bikin lagi aja," ucap Haikal sambil memasukkan semua roti ke dalam mulutnya, berusaha menjejalkan semuanya agar Hana tidak bisa mengambilnya."Daddy ... Daddy," pekik Hana kesal bukan main, ia menoleh dan melihat Awan yang sedang berjuang keras mengenakan dasi. "Daddy.""What?" tanya Awan sambil melepaskan dasi dari lehernya dan memaki dalam hati karena ia tidak bisa mengenakan dasi dengan baik dan benar. Argh ... Awan benci mengenakan pakaian formal seperti ini tapi, dia harus mengenakannya karena hari ini Romli akan memperkenalkan dirinya sebagai pengganti Romli di akedemi keperawatan dan mau tidak mau dia harus mengenakan dasi sialan itu. "Haikal ambil roti aku, itu roti cokelat terakhir di meja," protes Hana sambil menunjuk Haikal penuh kebencian, roti cokelat harga mati bagi Hana!"Kan itu masih ada," ucap Haikal sambil menunjuk satu buat roti cokelat di meja makan.
Read more
315. Tatapan Dari Masa Lalu
Awan berjalan menelusuri lorong gedung akademi, tangannya berkali-kali menarik dasinya dengan kesal. Awan benar-benar benci mengenakan dasi itu, rasanya sesak dan lagi tubuhnya bergidik mengingat ancaman Sonya pada dirinya tadi pagi.Sonya memang cantik, baik dan hangat bila di ranjang. Tapi, di sisi lain Sonya memiliki sikap judes dan menakutkan bila ia sudah marah pada seseorang. Tak percaya? Tanyakan semua anak koas di rumah sakit Ben dan mungkin Emir mantan suaminya yang entah seperti apa rimbanya sekarang.Sepertinya Awan memang harus menjaga hati dan pikirannya hanya tertuju pada Sonya demi kebaikkan dirinya sendiri dan juga kedamaian dunia. Dia yakin sekali dia berkhianat Sonya akan membereskan semua pakaiannya dan meninggalkan dirinya dengan kecepatan cahaya."Pak Awan."Awan menghentikan langkahnya dan menoleh, matanya melihat sosok pria bertubuh tegap juga maskulin sedang menatapnya sambil memeluk beberapa buah map di dada."Iya?" Awan sama sekali tidak tahu siapa lelaki yan
Read more
316. Permintaan Romli
"Saya sangat yakin dengan digantikannya posisi saya dengan yang lebih muda bisa membuat kemajuan yang signifikan pada sekolah akedemi keperawatan ini," ucap Romli saat mereka sudah berpindah ruang ke ruangan rapat yang lebih kecil dan hanya dihadiri beberapa orang saja. Hanya orang-orang penting saja yang ada di ruangan itu dan mereka tampak sangat antusias mendengarkan penjelasan dan harapan Romli akan masa depan sekolah keperawatan Abdi Kencana. Romli menginginkan sekolah keperawatan itu berubah menjadi universitas dan bisa lebih banyak mencetak calon-calon pekerja yang mumpuni di dunia kesehatan. "Jadi, saya harap kerja samanya dari yang ada di sini," ucap Romli menutup pidatonya sambil duduk kembali dikursi dan mendengar tepukkan tangan dari orang-orang yang ada di ruangan itu.Mata Romli beralih dari semua orang yang ada di sana ke arah Awan. Romli memicingkan matanya yang sudah tidak lagi awas itu untuk melihat raut wajah Awan yang terlihat tak tentu arah bahkan terlihat bingu
Read more
317. Sedikit Kenikmatan Dari Sonya
Awan melemparkan pulpennya ke atas kertas yang ada di meja, kepalanya lagi-lagi pusing bukan kepalang karena kembali mengingat tatapan wanita tadi. Untungnya setelah Awan selesai rapat dan kembali keruangannya ia tidak bertemu dengan wanita itu lagi.Dengan kesal ia memutarkan kursinya membelakangi pintu masuk ruangannya, pandangannya melihat kesekeliling ruangan yang terasa pengap dan tertutup karena satu-satunya jendela hanya ada di bagian atas ruangan memanjang, membuat tidak mungkin orang di luar dapat melihat ke dalam dan begitu pula sebaliknya, tapi, bila terdengar suara gaduh dari dalam ruangan akan terdengar keluar dan suara dari luar akan terdengar ke dalam. Sirkulasi udara ruangan itu lumayan sejuk namun, bila sedang dalam kondisi sangat panas, satu-satunya udara dingin yang Awan dapatkan hanya dari AC. Awan mengetuk-ngetuk telunjuknya ke pegangan kursi mencoba untuk menenangkan dirinya."Ngapain dia di sana?" bisik Awan sambil menghela napas."Siapa?"Awan kaget saat mende
Read more
318. Fungsi Lain Dasi
"Ah ... Awan," desah Sonya dengan suara lebih keras saat merasakan liukkan lidah Awan di bagian ceruk kenikmatan miliknya, Sonya memekik kecil saat merasakan gigitan kecil Awan di bagian bawah tubuhnya. Pinggul Sonya terangkat seolah meminta lebih dari lelaki yang saat ini sedang membenamkan bibirnya di kewanitaan miliknya. Rasa sakit dari gigitan Awan berubah nikmat saat lidah Awan menyapu dengan sensual permukaan ceruk kenikmatan Sonya, bibir Sonya terbuka dan terus mendesah beriringan dengan jilatan Awan yang melambungkannya ke pusaran kenikmatan. Kriet .... Awan terdiam, lidahnya berhenti memanjakan Sonya. Indra pendengarannya seolah mengambil alih dan menyadarkan dirinya kalau saat ini mereka sedang berada di kantornya. Kantornya ini tertutup tapi, suara desahan Sonya mampu membuat bulu kuduk siapa pun berdiri sangking sensualnya. "Wan," bisik Sonya yang sadar kalau Awan menghentikan apa pun yang sedang ia lakukan di bawah sana. "Kenapa?" Awan terduduk dengan menggunakan lut
Read more
319. Sosok Lain Dari Masa Lalu
Keheningan yang mencengkam benar-benar membuat Awan mual dan ingin melarikan diri dari sana, suara detik jarum jam terdengar hingga membuat gendang telinganya sakit bukan main. Awan benci keheningan seperti ini, sebuah kesenyapan yang dibalut tatapan tajam penuh emosi yang saat ini Awan dapatkan. Rasanya Awan ingin berdiri dan melarikan diri dari ruangan kerjanya, menjauh dari wanita yang sudah Awan torehkan lukanya hingga merenggut apa yang selama ini sudah ia harapkan. Manik mata Awan beralih dari melihat wajah wanita itu ke arah sofa yang ada di sampingnya, pikirannya kembali melayang dengan apa yang baru saja ia dan Sonya lakukan di sana. Sebuah hal yang sangat ia sukai, rasanya ruangan itu awalnya terasa penuh dengan gairah dan birahi, panas dengan cara yang Awan suka. Sekarang ruangan itu memang masih terasa panas namun dibalut emosi marah dan kekecewaan yang sangat terasa menusuk kesetiap inci tubuh Awan, perasaan yang seolah menampar Awan dan meluluhlantakan dirinya hingga
Read more
320. Some One Help Me!
Sonya dengan gusar berjalan di sepanjang lorong, sesekali dia melihat jam tangan yang melingkar di tangannya. "Aduh telat."Sonya sadar kalau dirinya sudah telat menjemput si kembar, perjalanan dari rumah sakit ke sekolah si kembar membutuhkan waktu kurang lebih satu jam dan saat ini bila Sonya memaksakan menjemput si kembar pasti dia tetap akan terlambat 20 menit.Tiba-tiba saja Sonya merasa tidak enak pada Hana dan Haikal yang harus menunggunya di sekolah selama itu, dengan cepat ia melangkahkan kakinya. Suara sepatunya terdengar di sepanjang lorong rumah sakit dan membuat beberapa pegawai rumah sakit yang mengenalnya menyapa dirinya. "Dokter Sonya.""Iya kenapa?" tanya Sonya sambil melirik kek kiri tapi tidak menghentikan langkahnya. "Ada apa Dokter Bana? Apa ada operasi?""Oh, bukan ... nggak ada operasi, saya hanya ingin menyapa dan ini kenapa buru-buru sekali?" tanya Bana bingung melihat Sonya berjalan seperti di kejar setan. "Iya, saya telat jemput anak-anak saya. Nggak tega s
Read more
PREV
1
...
3031323334
...
39
DMCA.com Protection Status