All Chapters of Pernikahan Gadis 100 Juta: Chapter 21 - Chapter 30
35 Chapters
Gavin
Hari minggu adalah hari yang tepat untuk menghabiskan waktu dengan bersenang-senang namun waktu yang tepat bagi Maven membuka bengkel dan cucian motornya. Pikirnya hari ini akan banyak pelanggan sebab mereka akan keluar bersama orang terkasih haruslah menggunakan kendaraan yang bersih. Gavin tersenyum membayangkan pundi-pundi yang akan masuk ke dalam sakunya.  Hingga terik matahari, tak ada satupun pelanggan yang datang, Gavin mulai cemas dibayangkannya hal-hal buruk yang akan terjadi pada bengkel nya namun ditepisnya kemudian, sebab bengkelnya baru saja beroperasi, orang-orang belum tentu tahu jika ada bengkel baru yang dibuka.  "Aku ingin menambal ban, Sial!" Lelaki berwajah seperti orang Neanthal mendekati Gavin.  Gavin gugup dan menciut, lelaki itu tampak
Read more
Permintaan Cal
Keheningan di rumah bercat putih itu hanya terdengar suara angin yang menelisik masuk melewati kisi-kisi jendela yang terdengar seperti alunan nada yang mencekik. Cal memegang tangan Ibunya pelan, mengungkapkan kegelisahan hatinya namun dalam bahasa Isyarat, Linka yang tidak dapat mengartikan apapun membentuk skema percakapan seperti dua orang tunarungu.  "Ada apa Cal?" Linka tidak sabar lagi.  "Bantu aku Bu!" bisik Cal pelan, membuat Linka merinding di bagian telinga dan lehernya. "Bantu apa?" Linka menaikkan bahunya yang melemas akibat Cal yang bergelayut terlalu lama, "Kau mau melakukan apa?" Linka kesal, Cal tidak juga menjawab.  
Read more
Tak ingin Pulang
Bersamaan dengan tumpahnya kenangan dan rindu Rona pada Gavin, Entah mengapa Pine and box terasa tak asing baginya, segala hal-hal manis terlindung oleh kaca-kaca pembatas, begitupun dengan perasaan nya pada Gavin, tembok kaca itu semakin lama semakin membesar dan tebal. Gavin bahkan dirinya sendiri tidak akan bisa memecahkannya. Perasaan yang kian hari kian mencekik jantung dan hatinya, perasaan yang membuat dia tidak dapat berpikir apapun selain mencari jawaban yaitu satu alasan mengapa Gavin meninggalkannya, perasaan yang tidak dapat dimengerti meski oleh dirinya sendiri.  Rona terkesima melihat begitu banyak hal-hal menakjubkan di tempat itu, mereka tidak langsung menuju pine and box, Rena mengajak Rona berkelili
Read more
Perkenalan
Di Ruang makan keluarga Andrew, tampak Maven menunggu tak sabar, "maaf, ada yang mau aku bicarakan," Maven mencegat Rona yang hendak masuk ke dalam kamarnya, sedang Rena menatap aneh dan tak setuju. "Bicara tentang apa?'' Rona mempertahankan sikap polos dan anggunnya.  "Bisa ke halaman depan sebentar?" Maven meminta dengan nada bergetar.  Rona tidak menjawab iya maupun menjawab tidak, namun arah langkah nya menuju halaman membuktikan bahwa dia setuju pada permintaan Maven.  "Apa yang mau kamu bicarakan?" Rona tak sabar, rasa lelahnya setelah seharian menghabiskan waktu diluar membuat ia ingin segera meluruskan punggungnya di kasur.  &ldq
Read more
Penasaran
Berulang kali Rona mondar-mandir mencari serpihan ingatan tentang lelaki yang mengajaknya berkenalan tadi malam, rasa lelahnya mengalahkan keingintahuannya lebih mendalam tentang Maven, Namun setelah beristirahat semalam penuh barulah dia sadar bahwa lelaki yang bersama Lucas mengajaknya berbicara kemudian berkenalan tadi malam. Lelaki pendiam dan tampan itu memperlihatkan niat baiknya dan itu membuat Rona terkesima.  Rona mengangkat dagu, melihat wajahnya di kaca transparan di jendela kamar itu, sekilas wajah Gavin terlintas dalam benaknya kemudian berubah menjadi wajah Maven yang tersenyum penuh arti. Rona menghalau pikirannya dengan menggeleng-gelengkan kepalanya.  Maven membawa ranselnya keluar kamar, matanya menengok kanan dan kiri memastikan bisa menangkap bayangan Rona dari balik pintu kamar yang tertutup rapat di uj
Read more
Yang Kedua Kalinya
Keinginan untuk berterus terang dan mengatakan segalanya pada Andrew membuat Cal tak sabar lagi.  "Ayah, apa ada waktu sebentar sebelum kita ke percetakan? aku mau bicara hal penting!" Cal mencoba melobi ayahnya yang sedang bersiap-siap memakai sepatu sedang Linka memasukkan beberapa kotak makanan pada tas besar bermotif kucing. "Tentang apa? Tidak biasanya kamu bicara serius," Andrew mencoba mencairkan suasana yang tampak tegang bagi Cal.  "Tentang perasaan dan masa depanku!"  Andrew terdiam sejenak, memikirkan beberapa kata yang pantas diucapkan sebelum Cal melanjutkan pembicaraannya.  "Kita butuh waktu lama untuk membicarakan hal itu
Read more
Cemburu
Percakapan singkat yang terjadi antara Cal dan Andrew membuat suasana menjadi hening dan menegangkan. Rasa sesak yang tiba-tiba dirasakan oleh Rena juga dirasakan oleh Cal, tak ada yang berani mengeluarkan suara apapun bahkan suara batuk kecil yang tertahan di tenggorokan Maven dibiarkannya menjadi air liur kemudian ditelannya pelan-pelan. Ada ketidaksetujuan yang terdengar begitu keras dari ucapan Andrew meski tak diucapkan secara langsung.  Rena mempertahankan posisinya agar terlihat baik-baik saja, akan banyak hal yang mungkin saja dapat membuatnya tampak lebih kikuk lagi, Rona mengerti perasaan Rena, digenggamnya pelan tangan gadis itu, dengan bahasa isyarat mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja.  Andrew tak melanjutkan ucapannya, fokusnya kembali tertuju
Read more
Ruth
Dua Puluh Enam November, tepat hari ini adalah hari kelahiran Ruth sejak Dua Puluh Empat tahun yang lalu, kehidupannya yang terbilang masih terbayang-bayang pada masa lalu kelam,membuat Ruth harus bersabar setiap mendengar ujaran kebencian dari para tetangganya, setelah memutuskan bercerai dengan suaminya, Ruth memilih tinggal sendiri, dibanding harus kembali kerumah orang tuanya. Kehampaan yang terasa mengusik hari-hari yang dilewati oleh Ruth.  Lelaki yang dicintainya mencintai orang lain, bahkan gadis itu adalah sepupu nya sendiri.  Aku tak tahu harus bagaimana Vin, semenjak pertemuan itu aku benar-benar tak dapat melupakanmu, aku mencintaimu. Aku harus apa?  Ruth menghempaskan tubuhnya pa
Read more
Mencintai Rona
Ruangan gelap membentuk kisi-kisi cahaya yang datang dari luar membuat Maven tak bisa tidur, Maven tidak pernah merasakan suhu tubuhnya meningkat, sesaat setelah mengingat hal-hal yang telah diucapkannya pada Rona.  Gadis itu memiliki pesona yang tak dapat mengalihkan pikiran Maven terhadapnya,Kulitnya selembut embun dan senyumnya yang membuat siapapun dapat terpikat. Semenjak pertemuan nyatanya dengan Rona, Maven semakin giat melakukan apapun, membaca buku-buku yang dapat membuatnya sukses lebih cepat serta hal-hal yang membuat dia terlihat dewasa dan mampu menjadi tempat bersandar bagi Rona.  "Tunggu aku, Jika kau ingin. Tapi percayalah aku akan membuatmu ingin menungguku."  Persiapan pelayaran terakhir yang dilakukan Maven akan membawa nya ke tahap
Read more
Maven Kembali
Angin Desember, ritual pemanggil flu paling alami, setelah terombang-ambing selama tiga bulan lebih di atas kapal yang melaju di antara ombak dan perpisahan di setiap pelabuhan, Maven menyunggingkan senyumnya, kini waktunya kembali, meski kepalanya masih terasa berdenyut tak mengurungkan niatnya untuk datang menemui Rona.  "Kamu mau langsung pulang?" Maven bertanya pada Lucas yang mengangkat barangnya di sela-sela ramainya siswa yang baru saja turun dari kapal.  "Iya, aku sangat rindu ibuku!" Lucas menjawab tak seperti biasanya, pengalaman yang dialaminya selama berlayar terus mengingatkannya pada ibunya, pelayaran yang terasa ingin membunuhnya pelan-pelan.  "Aku ikut!" Maven mengacungkan telunjuk nya seperti anak kecil yang ingin memberi jawaban di dalam kela
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status