Semua Bab Better Without You: Bab 11 - Bab 20
53 Bab
Chapter 10 - Birthday Dinner
Setelah memberi Rafael beberapa birthday gift, aku dan Rafael memutuskan untuk dinner di sebuah rooftop yang berada di Jakarta Selatan. Ya, rooftop diatas gedung pencakar langit memang selalu menjadi tempat favoritku bersamanya. Aku dan Rafael memilih untuk pergi ke salah satu rooftop bernuansa casual. Ya, aku dan Rafael ingin mengunjungi rooftop yang belum pernah kami kunjungi, sebuah rooftop yang tidak terlalu ramai dengan menyuguhkan ornamen kayu yang tampak elegan. Saat sampai di rooftop, aku memilih untuk duduk di sofa yang terletak di pinggir-pinggir ruang yang langsung menghadap kearah pemandangan Kota Jakarta dengan gemerlap lampu yang berada di seluruh gedung-gedung tinggi yang mengelilingi rooftop ini. "Orang yang punya bisnis ini pasti income-nya gede banget, ya." Ucap Rafael saat aku masih menikmati suasana rooftop dengan matahari yang mulai tenggelam. "Kamu selalu aja lihat income kemanapun." Ucapku dengan tertawa kecil. "Iya dong. Kita harus wajib melek dengan dunia
Baca selengkapnya
Chapter 11 - Menjadi Orang Asing
Beberapa hari setelah ulang tahun Rafael. Aku merasa hubungan kami tidak akan memiliki titik terang. Ya, hubungan kami memang tidak di ketahui oleh orangtua. Namun, mengapa teman-teman Rafael pun tidak ada yang mengetahui kecuali Faris?Aku bukan menduga. Namun aku bisa melihat dari respon teman-teman Rafael yang sepertinya tidak tahu jika saat ini Rafael sedang menjalin hubungan denganku. Hal itu terlihat jelas dari komentar yang mereka berikan saat Rafael mengunggah foto di Anstagram. Ya, tepatnya postingan itu diunggah Rafael saat Rafael ingin pergi keluar kota beberapa hari yang lalu.“Wah! Rafael ulang tahun. Happy birthday! Jangan lama-lama jomblo.”“Semoga lo bisa cepet dapet pacar ya, Bro.”Aku mencoba untuk menanyakan hal itu kepada Rafael. Apakah dia serius menjalani hubungan denganku? Apakah aku hanya selirnya? Mengapa sampai saat ini hubungan kami berdua seperti dihalan
Baca selengkapnya
Chapter 12 - Cemburu
Aku sedang berada di suatu ruangan auditorium kampusku, memoles wajah layaknya suku indian atau orang-orang mengenalnya dengan sebutan ‘Native American in The United States’. "Laila." Sutradaraku memanggil dan aku pun menoleh ke belakang. "Iya, Mas?" Tanyaku "Ini script kamu ya. Pelajari. Lawan main kamu Brian." Aku mengikuti ekstrakurikuler theater di kampus. Hari ini aku mengikuti casting dan mencoba berperan untuk memainkan tokoh utama bersama Brian, juniorku. Aku dan Brian berperan sebagai sepasang kekasih. Cerita yang kami perankan pun menceritakan perkelahian yang terjadi di antara kedua kerajaan sampai Brian seolah terbunuh di depanku. Berdasarkan script yang sudah kami pahami. Aku menghampiri Brian, menyandarkan kepalanya di pangkuanku dan seolah-olah menangis karena sang kekasih hati pergi meninggalkanku begitu saja. Aku pun dituntut untuk mengusap kepala Brian dengan lembut.
Baca selengkapnya
Chapter 13 - Break Up!
Sebelum aku tampil di acara theater waktu itu, Rafael berjanji akan menemaniku membeli perlengkapan untuk acara theater nanti. Aku pun menunggunya di kampus setelah latihan selesai di ruangan auditorium. Ya, aku menunggu Rafael selama hampir satu jam. Benar-benar membosankan dan sedikit demi sedikit rasa kantuk pun mulai menghampiriku.WazzApp Notification (Rafael)"Sayang, maaf aku gak bisa temenin kamu." -Rafael"Lah kenapa?" -Laila"Aku baru banget kelar meeting." -Rafael"Yaudah gapapa aku tungguin." -Laila"Tapi tiba-tiba Mbak Tika ngajakin aku nonton. Aku gak enak nolaknya." -Rafael"Ya bilang aja kamu pergi sama temen. Kenapa sih harus banget nurutin dia, udah kaya tante-tante kesepian aja deh." -Laila"Jangan gitu, sayang. Dia kakak aku." -Rafael"Yaudah deh kalo gitu." -LailaAku selalu bertanya-tanya mengap
Baca selengkapnya
Chapter 14 - Kesempatan
Setelah beberapa hari aku memutuskan hubungan dengan Rafael, dia menghampiriku di apartemen dan memintaku untuk memberinya sebuah kesempatan. Kesempatan untuk kembali mempercayainya."Aku capek, Raf!! mau sampe kapan hubungan kita kaya gini terus?"Brak!! Aku melemparkan tas kulitku ke arah Rafael sampai mengenai dadanya.Rafael menghela napas lalu tiba-tiba membanting pintu yang berada tepat disebelah kirinya. Dia menatapku tajam dengan wajah semakin memerah, mengerutkan keningnya, dan terlihat keringat membasahi wajahnya."La... aku mau kamu sabar!! kamu tau kan perekonomianku saat ini masih belum stabil?! Aku gak mungkin menghindar dari Mbak Tika!""Rafael!!! Kenapa sih kamu gak pernah ngerti?? Aku gak nuntut kamu untuk menghindar dari Mbak Tika. Aku cuma mau kamu tau posisi kamu. Kamu itu cuma rekan kerja dia, bukan pacar atau suami. Aku yang jadi pacar kamu aja seakan jadi orang asing di hidup kamu. Pantesan ya masalalu kamu ninggalin
Baca selengkapnya
Chapter 15 - Pengakuan
Aku sedang berada di salah satu perusahaan untuk mewawancarai salah satu Staff HR untuk tugas Psikologi Organisasi. Seketika pesan Rafael pun mengejutkanku saat aku tengah mewawancarai staff HR. (WazzApp Notification - Rafael) "Hei, La. Aku lagi ada jam istirahat nih. Ntar lunch bareng, yuk?" - Rafael Beberapa menit kemudian setelah selesai mewawancarai Staff HR. "Yuk. Aku juga masuk jam dua siang nih. Sekarang udah kelar wawancara. Mau lunch dimana? Biar aku samperin" -Laila *** Aku dan Rafael pun makan siang bersama di salah satu Mall yang berjarak tak jauh dari kantornya "Oh iya. Mbak Tika tau kamu pergi?" Tanyaku dengan tatapan interogasi "Tau dong, sayang." "Terus dia gak ngehentiin kamu? Dan dia udah tau kita pacaran?" "Apaan sih, La. Males deh kita lagi berdua ngebahas orang. Apalagi atasan aku. Kaya penting banget dia di hidup kita.” Jawabnya sembari melahap nasi ayam “Ya belum sayang. Dia belum tau aku punya pacar. Aku cuma bilang pergi bareng temen." Sambungnya. "Ya
Baca selengkapnya
Chapter 16 - Mimpi yang Nyata
Aku dan teman-temanku bergegas pergi untuk menonton film yang selama ini sudah kami tunggu-tunggu di bioskop. Saat menunggu film di mulai, kami pun menunggu sembari membeli popcorn. Seketika aku melihat Rafael dan Mbak Tika tengah menunggu pintu theater bioskop di buka. Aku ingin menghampirinya tetapi aku masih ragu "La, itu Rafael bukan sih?" Tanya April memastikan. "Eh iya itu dia.” Sambung Dina “Sama siapa dia?" Tanyanya penasaran. Aku menceritakan kepada teman-temanku hubungan yang terjalin antara Rafael dengan Mbak Tika. "Oh ya udah samperin aja. Lu gimana sih, La. Punya pacar bukannya di tegur malah di diemin." Cetus Dina Aku pun memutuskan untuk menghampirinya bersama teman-temanku "Hei, Rafael. Kamu nonton juga?" "H-h-hey, La. Iya nih aku nonton." Rafael menjawab dengan gugup "Dia siapa, Raf?" Tanya Mbak Tika penasaran "Hai. Aku Laila, pacar Rafael." Aku pun mengulurkan tanganku kearah Mbak Tika "Mbak rekan kerja Rafael, kan? Rafael udah sering banget ceritain Mbak ke
Baca selengkapnya
Chapter 17 - Salah Paham
Setelah pengakuan Rafael atas apa yang terjadi antara dirinya dengan Mbak Tika, aku mulai sering bertemu lagi dengan Rafael. Tampaknya waktu itu Rafael sudah tidak terlalu menurut dengan Mbak Tika. Atau mungkin saja Rafael sudah terbebas darinya.Namun di saat yang bersamaan, teman-temanku pun mengajak aku untuk menikmati live music di daerah Senopati sehabis perkuliahan selesai. Pada akhirnya, aku tidak memilih untuk pergi dengan mereka. "La. Lo kenapa sih selama pacaran sama Rafael selalu jarang banget bagi waktu buat kita." Ucap Dina dengan ekspresi wajah yang murung."Inget deh. Sebelum lo kenal Rafael, lo kenal kita duluan ya." Cetus April"Dih marah." Ucapku yang masih sibuk dengan ponsel."La, kita serius. Sekarang lo mau pergi kan sama Rafael? Yaudah silahkan. Ya emang bumi ini isinya cuma kalian doang. Kita hanya manequin aja. Jadi yaudah gausah gabung lagi sama kita." April tertawa sinis"Guys—” Aku mengh
Baca selengkapnya
Chapter 18 - Pertunjukkan Theater
Hari pertunjukkan theater waktu itu rasanya campur aduk sekali mulai dari cemas, panik, dan gugup disaat bersamaan. Aku pun harus berusaha menampilkan pertunjukan theater sebaik mungkin. Aku panik memikirkan bahwa aku harus tampil di depan ratusan penonton dan juga beberapa tamu undangan penting seperti rektor, dekan, dan beberapa dosen lainnya.Semakin aku memikirkan tamu undangan penting, jantungku pun semakin berdetak kencang. Bagaimana ini? Mengapa mentalku menjadi lemah seperti ini. Bagaimana jika presiden yang menonton pertunjukkan theater-ku? Mungkin aku sudah pingsan duluan sebelum acaranya dimulai."La. Semangat yaa. Lo pasti bisa!" Ucap Aurora yang sedang memoleskan make up di wajahku dan aku pun tersadar dari lamunan yang membuatku panik."Thanks, Ra. Thanks juga ya udah mau maafin gue. Anak-anak gak dateng, ya?" Tanyaku memastikan."April sih keliatannya masih marah banget apalagi perdebatan kalian kemaren m
Baca selengkapnya
Chapter 19 - Klarifikasi
Menjelang satu tahun hubunganku bersama Rafael, masalah kami nyatanya semakin hari terasa seperti tidak bisa di selesaikan lagi. Masalah yang sudah menjadi kebiasaan dalam hubungan kami. Siapa lagi kalau bukan Mbak Tika yang aku cemburui dan juga Rafael yang cemburu dengan juniorku, selalu saja mengungkit peran yang aku lakukan bersama saat mementaskan theater. Tanpa pikir panjang, aku mencoba untuk memberitahu Mbak Tika untuk sekedar menanyakan apakah memang pekerjaan mereka selalu melibatkan urusan berdua setiap harinya atau kah Rafael yang memang berbohong kepadaku selama ini. Aku terdiam di kamar dengan perasaan bimbang apakah aku pantas menanyakan hal itu kepada Mbak Tika? Aku takut nantinya aku terlalu di anggap sangat kekanak-kanakan menyikapi hubungan kami. Aku membuka WazzApp dan mencoba untuk menenangkan pikiranku sejenak. "Rafael, kamu dimana?" -Laila "Aku lagi kerja sayang." Rafael membalas sembari mengirimkan fotonya berdua bersama Mbak Tika Aku sempat bertanya-tanya
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status