Lahat ng Kabanata ng MENANTU PILIHAN IBU: Kabanata 21 - Kabanata 30
126 Kabanata
Sakit hati
"Gak papa Jeng, biar lancar nanti lahirannya." Ibu yang menimpali perkataan Mama.  "Ma, Bayu ke kamar dulu ya. Ngantuk, dari pagi tadi gak ada istirahat." Mas Bayu langsung masuk ke kamar, tanpa menunggu jawaban dari Mama.  "Eh, anak itu. Beberapa hari ini, aneh sekali sikapnya. Uring-uringan terus, pulang ke rumah pun terus larut malam. Gak biasanya dia kayak gitu," curhat Mama.  Ternyata mas Bayu, bukan padaku saja berubah. Tapi juga ke Mama.  "Capek mungkin Jeng. Ada masalah kali, di tempat kerjanya." Ibu berusaha bijak menyikapi perubahan mas Bayu.  "Tapi, Bayu gak pernah kayak gitu Jeng. Dia gak pernah bawa masalah kerja ke rum
Magbasa pa
Melawan
POV Nawang Aku menepiskan tangannya. Dia tetap memaksa, dia memelukku dari belakang. Aku memberontak.  "Jangan peluk aku!" Aku meninggikan suaraku. Kutatap tajam kedua manik matanya yang menyiratkan penyesalan. Tapi aku tak percaya lagi. Dia selalu seperti itu, bersembunyi di balik matanya yang sayu. "Nawang … gak bisa maafin Mas?" Aku muak mendengar dia bertanya seperti itu.  Dia pikir aku ini benda mati! Yang bisa sesuka hatinya memperlakukanku bagaimana pun. Kalau bukan karena Ibu, sudah tak sudi aku sekamar dengannya.  "Mas, khilaf tadi." Dia coba membela diri.  "Khil
Magbasa pa
Melahirkan
Dia tertunduk dalam. Menyesal, selalu seperti itu. Tapi suatu saat akan mengulang lagi. Aku yang merasa setahun ini, hidup berbahagia dengannya. Mendadak kebahagiaan itu, sirna begitu saja. Bersama dengan dia meludahi wajahku.  Aku memegangi perutku, sakit. Sepertinya aku kontraksi. Kali ini lebih parah. Aku duduk di tepi ranjang menahan sakitnya. Kugigit bibirku sendiri, untuk meredam rasa sakit di perutku sekaligus hatiku. "Nawang, kenapa? Sakit? Kamu mau melahirkan." Dia memegang tanganku, terlihat cemas.  PLAKKAku tepiskan tangannya dengan kasar, aku masih meringis. Aku mencoba bangkit, mengambil tas bayi yang ada di samping nakas. Tas itu berisi perlengkapan bayiku, yang sudah kusiapkan untuk dibawa. Kalau aku aka
Magbasa pa
Menjadi dingin
POV Nawang Saat kubuka mataku, sudah ada mas Bayu di sisi tempat tidur. Wajahnya nampak pucat dan lelah. Mungkin karena tak tidur semalaman.  "Sudah bangun?" tanyanya, aku menarik tanganku yang ada di genggamannya.  "Nawang, masih marah?" tanyanya lagi. Aku diam, malas menanggapi.  Aku bukanlah tipe pendendam terutama dengan suami sendiri. Tapi aku tak mau, dia terus bertindak sesuka hati. Di saat amarahnya datang, bisa seenaknya saja memperlakukan aku. Dia harus tau, aku juga manusia biasa, yang punya harga diri.  Masih kuingat bagaimana caranya meludahiku. Seolah aku ini manusia hina. Bahkan jauh lebih sakit rasanya, dari tamparannya d
Magbasa pa
Hanya sesaat
Malam ini kami lalui dengan syahdu, berharap ini awal yang baik bagi perjalanan rumah tangga kami. Aku berusaha mengetepiskan ego yang masih bertengger di hatiku.  ★★★KARTIKA DEKA★★★ Namun ternyata perubahan itu hanya beberapa bulan saja, kini di saat anakku Tama sedang lucu-lucunya. Dia berulah lagi.  Adiguna pratama, artinya anak lelaki pertama yang pintar dan yang banyak manfaatnya. Nama yang disematkan untuk anakku. Kami memanggilnya Tama. Aku berharap Tama tumbuh sesuai dengan namanya.  Saat ini Tama sedang belajar berjalan. Tapi jarang di dampingi Papanya. Sekarang mas Bayu seolah memiliki dunia lain. Pulang selalu larut malam, dalam keadaan wajah kuyu yang kelihatan sangat lelah. 
Magbasa pa
Chat dari Asih
POV Nawang Namun, aku belum bisa mencari tau lebih jauh lagi. Karena Tama belum bisa ditinggal, pastinya Mama takkan mengizinkan aku keluar rumah tanpa membawa Tama.  Ah, sudahlah. Nanti saja aku pikirkan caranya. Aku pun sudah mulai mengantuk lagi. Baru mataku akan terpejam, azan Subuh terdengar berkumandang. Suaranya tak begitu terdengar jelas, karena Mesjid agak jauh dari rumah ini.  Gegas aku membersihkan diri, dan menunaikan sholat Subuh. Aku berharap Rabbku mengampuni segala khilaf, dan membuka hati suamiku. Aku tetap mendoakannya, bagaimanapun dia tetap suamiku? Aku melawannya, untuk membuatnya sadar. Jangan sampai dia terus terlena, tanpa menyadari bahwa dia telah berbuat dzalim padaku.  Matah
Magbasa pa
Ada apa dengan Asih?
  POV Nawang"Ma, Nawang mau ambil makan. Mama juga mau diambilin?" tawarku. Aku dan Mama, biasa makan siang di teras belakang ini. Disini sejuk, ditambah banyak bunga-bunga yang Mama tanam. Menambah selera makan menjadi dua kali lipat. "Bawain Mama biskuit aja, Mama belom laper," jawab Mama.  Aku kembali membawa sepiring nasi lengkap dengan lauknya. Juga satu toples biskuit buat Mama.  Kucek lagi gawaiku. Belom ada balasan juga. Mungkin, mbak Asih ketiduran atau sedang repot. Kulanjutkan makan siangku dengan lahap. Sambil mulai berpikir, bagaimana mencari cara untuk mengetahui tentang perubahan sikap mas Bayu. Apakah … mas Bayu mendua hati? Tidak tidak, kutepiskan pikiran itu dengan gelengan kepala. "Ken
Magbasa pa
Ternyata hanya yang kedua
POV Asih Namaku Asih, kakak Nawang. Aku sama seperti Nawang, menikah karena dijodohkan. Aku menerima saja, waktu Ibu menjodohkanku dengan mas Pur, karena aku memang tidak sedang menjalin hubungan dengan seorang pria. Beda dengan Nawang, dia sudah cukup lama pacaran dengan Dimas. Aku pun sudah mengenal Dimas, meski hanya melalui jejaring sosial. Nawang sering bercerita tentangnya. Terkadang kalau aku dan Nawang sedang video call, Dimas ikut nimbrung kalau sedang bersama Nawang.  Kembali lagi ke ceritaku. Mas Pur, suamiku merupakan adik dari teman Ibu. Dia lebih tua tujuh tahun dariku, tapi tak masalah buatku. Rumah tangga kami pun baik-baik saja selama enam tahun. Hingga setahun lalu, aku dikejutkan dengan kehadiran seorang wanita di rumahku.  Dia membawa seorang an
Magbasa pa
Anak menjadi korban
POV AsihAku tak tau kepada siapa akan mengadu. Iparku tak perduli tentang perasaanku. Bagi mereka, selama mas Pur tak mengabaikan nafkah lahirku juga Fatin, itu semua tak jadi masalah. Begitu juga dengan Kakak iparku yang juga teman Ibu.  Awalnya dia berang dengan perlakuan mas Pur. Tapi begitu mas Pur, membagi sebagian harta warisan bagiannya untuk Kakak ipar. Dia langsung bungkam. Mas Pur sebagai anak laki-laki semata wayang, juga paling bungsu mendapat warisan lebih banyak dari kedua kakak iparku yang perempuan.   Tadi siang, aku mencoba menghubungi Nawang, ingin berbagi cerita dengannya. Siapa tau Nawang bisa memberi solusi atas masalahku. Sepertinya rumah tangga Nawang dengan Bayu, baik-baik saja. Tapi, disaa
Magbasa pa
Kena tipu
POV Nawang "Buat apa kamu uang sebanyak itu?!" tanya Papa dengan ketus ke mas Bayu. Aku melihat mas Bayu hanya terdiam.  Aku belum mengerti kenapa Papa marah dengan mas Bayu. Uang … uang apa yang dimaksud Papa? Mama pun hanya diam, memandang mas Bayu dengan iba. Mungkin Mama merasa kasihan dan sedih, anak semata wayangnya dimarahi. Baru kali ini, aku melihat Papa marah dengan mas Bayu. "Kalau memang kamu perlu uang, kenapa tak bilang?! Kalau memang jelas kemana uang itu kau gunakan! Papa pasti kasih!" tegas Papa, raut wajahnya terlihat sangat kesal. "Bayu, pakai buat investasi Pa," jawab mas Bayu tanpa berani menatap Papa.  "Investasi? Inve
Magbasa pa
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status