All Chapters of PESONA CEO CASANOVA: Chapter 61 - Chapter 70
80 Chapters
Enam puluh satu.
Pikiran Arum terus di penuhi tentang Jack, kenapa Jack pergi dari rumah. Arum terus saja bertanya-tanya, tapi Arum tetap tidak mendapatkan jawabannya.Terus soal Ibunya Jack, Arum tidak menyangka ternyata seperti itu cerita keluarga nya Jack.Di balik sosok Jack yang kuat, pasti tersimpan banyak kesedihan di hatinya.Ayahnya Jack selingkuh, terus ibunya meninggal bunuh diri. Kalau Arum jadi Jack, Arum pasti tidak sanggup menjalankan semuanya.Jadi Jack sering bangun pagi, bukan karena dia suka bangun pagi. Tapi karena dia sering mimpi buruk tentang Ibunya. Jack pasti punya rasa trauma nya sendiri.Arum menghembuskan napasnya berat, entah mengapa setelah mengetahui semua fakta tentang Jack. Arum jadi ingin selalu ada di sebelah Jack. Tapi Arum sadar walaupun Arum istri Jack, dia tetap tidak punya hak apapun atas diri Jack.Arum mengusap perutnya."Doa in Papah kamu ya nak, semoga dia baik-baik aja..." Ucap Arum bicara dengan anaknya.Arum menyenderkan tubuhnya di kepala ranjang, dia j
Read more
Enam puluh dua.
Sudah seminggu Jack pergi dari rumah, dan sampai sekarang Jack tidak pulang juga.Perasaan Arum semakin tidak karuan rasanya. Berapa lama Jack akan pergi, banyak pertanyaan di benak Arum.Apalagi kata Sean sudah seminggu Jack tidak bisa di hubungi juga. Membuat perasaan Arum semakin gelisah saja."Arum..." Panggil Diana, namun Arum tidak kunjung menyahut juga."ARUM..." Teriak Diana dengan menggoyang bahu Arum.Membuat Arum terkejut."Ya ampun Di, nggak usah teriak-teriak..." Ucap Arum dengan mengusap kupingnya, kuping Arum pengang rasanya karena teriakan Diana."Ya habisnya kamu ngelamun terus di panggil nggak nyahut-nyahut..." Ucap Diana.Diana heran kenapa Arum hobi sekali melamun sekarang."Nih lihat rambut kamu udah jadi..." Ucap Diana dengan memberikan kaca ke Arum.Arum langsung melihat ke kaca itu, dia memegang rambutnya yang di potong pendek oleh Diana."Bagus banget..." Puji Arum.Rambut Arum jadi lebih rapi."Wah.. kamu emang jago motong rambut Di..." Ucap Arum senang.Ram
Read more
Enam puluh tiga.
Arum berjalan menuju kamar Jack, dia masuk kedalam lift. Perasaan Arum sudah tidak menentu rasanya.Ting.Pintu lift pun terbuka, Arum pun keluar dari lift, dia berjalan ke pintu kamar Jack.Tok.Tok.Arum mengetuk pintu kamar Jack."Masuk.." terdengar suara Jack dari dalam.Arum menyiapkan mentalnya dulu, sebelum masuk kedalam kamar Jack.Arum menarik napasnya dalam, lalu menghembuskan nya perlahan, supaya dia tenang.Setelah merasa berani, barulah Arum membuka pintu kamar Jack.Ceklek.Arum membuka pintu kamar Jack.Arum melihat Jack yang sedang duduk di dekat jendela kamarnya, Jack menatap Arum dengan wajah datarnya.Jantung Arum langsung berdebar tak karuan, Arum menelan ludahnya susah payah.Setelah seminggu mereka tidak bertemu, tidak ada yang berubah dari Jack."Ada apa Tuan?" Tanya Arum.Itu kata-kata pertama yang Arum ucapkan.Jack masih tetap diam, dia terus menatap Arum dengan intens.Arum menelan ludahnya susah payah, Arum mencoba menebak apa yang sedang Jack pikirkan seka
Read more
Enam puluh empat.
"Aku tidak mau kita berpisah..." Ucap Jack dengan menatap Arum serius.Seminggu pergi dari rumah untuk menenangkan diri, Jack telah memikirkan semuanya. Dia memutuskan untuk tidak meninggalkan Arum.Arum semakin tidak mengerti dengan apa yang Jack inginkan. Dulu Jack selalu ingin Arum pergi dari hidup nya, bahkan Jack sampai menyiksa Arum agar Arum tidak betah berada di rumah ini. Tapi sekarang, ketika Arum memutuskan untuk pergi dengan suka rela dari hidup Jack, tapi Jack malah tidak ingin berpisah."Kau pikir anak ini hanya punya mu..." Ucap Jack."Dia juga anak ku, aku juga ingin berada di dekatnya..." Ucap Jack menekan setiap ucapannya.Jangan pikir Arum bisa membawa anak Jack pergi dari hidup Jack."Bukan kah...""Sudahlah Arum keputusan ku sudah bulat, aku tidak mau lagi berdebat masalah ini..." Ucap Jack final.Jack tidak mau mendengar apapun dari Arum lagi.Jack sudah lelah berdebat masalah yang itu itu saja."Tapi aku...""Kau mau memancing emosi ku?" Tanya Jack memotong ucap
Read more
Enam puluh lima.
Arum mengerjapkan matanya beberapa kali, sampai akhirnya matanya benar-benar terbuka lebar.Arum seketika melebarkan matanya terkejut.Apa yang sedang Jack lakukan, batin Arum.Saat melihat Jack sudah berada di atas tubuhnya."Morning..." Ujar Jack dengan suara seraknya kas orang yang baru bangun tidur."Tu...Tuan..." Ucap Arum gugup."Sst...." Jack menaruh jari telunjuk di bibir Arum."Jangan panggil aku Tuan lagi..." Ucap Jack dengan mengusap bibir Arum pelan.Arum menelan ludahnya susah payah karena gugup."Panggil Jack saja..." Ucap Jack lagi.Jack terus memperhatikan bibir Arum yang bewarna pink.Cup.Jack mengecup bibir Arum sekilas."Morning Kiss..." Ucap Jack dengan tersenyum.Arum menganga di buatnya, apa dia tidak salah lihat, baru saja Jack tersenyum.Baru kali ini Arum melihat Jack tersenyum, senyum yang tulus, bukan senyum evil yang sering Jack perlihatkan selama ini.Cup.Jack mencium pipi Arum dengan gemas."So cute..." Ucap Jack, pipi Arum semakin cabi saja.Arum pun t
Read more
ENAM PULUH ENAM.
Arum membantu menyiapkan semua sarapan di meja.Arum juga membuat kopi hitam untuk Jack.Biasanya pagi-pagi begini Jack sering meminum kopi hitam."Apa begitu cara mu melayani suami mu? Meninggalkan dia begitu saja di dalam kamar..."Suara berat Jack menghentikan kegiatan Arum.Semua pelayan yang ada di ruang makan langsung menunduk hormat saat melihat kedatangan Jack.Arum membalik badannya menatap ke arah Jack.Jack sedang berjalan ke dekat Arum sekarang.Jack sudah rapi dengan menggunakan setelan kantor nya.Jack berjalan semakin dekat ke arah Arum.Arum tanpa sadar memundurkan langkahnya.Jack maju satu langkah, Arum juga mundur satu langkah.Sampai tubuh Arum terhalang oleh meja makan.Jack langsung mengurung tubuh Arum, dia menaruh ke dua tangannya di meja yang ada di belakang tubuh Arum.Jack menatap mata Arum dengan intens.Arnold yang juga ada di ruang makan, membuang pandangannya ke sembarang arah, dia tidak mau melihat kemesraan Jack dan Arum. Entah mengapa hatinya menjadi
Read more
Enam puluh tujuh.
Seperti kata Jack pagi tadi, sorenya ketika Jack pulang kerja, Jack langsung mengajak Arum ke rumah sakit untuk memeriksa kandungan Arum.Mereka tengah berada di ruang dokter sekarang."Bayinya sehat ya Buk..." Ujar Dokter yang memeriksa Arum.Arum tersenyum haru ketika melihat anaknya di monitor.Sementara Jack juga fokus memperhatikan monitor."Jenis kelaminnya laki-laki...." Ucap Dokter itu.Arum tersenyum senang mendengarnya, sebenarnya Arum juga tidak mempermasalahkan apa pun jenis kelaminnya, yang penting anak nya sehat dan lahir ke dunia dengan selamat.Jack hanya menatap monitor dengan wajar datar saja, tanpa ekspresi sama sekali. Entah apa yang ada di pikiran Jack.Setelah selesai periksa Arum dan Jack pun langsung pulang ke rumah.Arum juga di beri beberapa vitamin oleh Dokter tadi.Mobil yang mereka tumpangi berhenti di depan Mansion Jack."Aku masih ada urusan lain, kau pergilah masuk duluan.." Suruh Jack.Arum menganggukkan kepalanya."Terimakasih..." Ucap Arum.Arum bert
Read more
Enam puluh delapan.
Jack masuk kedalam Mansion nya.Jack menyugar rambutnya ke belakang, hari ini kerjaan Jack benar-benar banyak. Semua kerjaan menumpuk karena dia pergi kemarin. Jadi Jack harus kerja ekstra, sampai pulang larut malam seperti ini."Hey Sean bodoh!" Teriak Jack saat melihat Sean berjalan mendahului nya begitu saja.Sean memutar bola matanya jengah. Dia membalik badannya menghadap ke arah Jack."Apakah tidak ada panggilan yang lebih bagus untuk ku? Seperti Sean tampan atau yang lainnya." Ucap Sean.Mulut Jack memang kotor sekali, sukanya mengucapkan kata-kata tidak baik saja."Memang kau bodoh, karena kerja mu tidak becus..." Ucap Jack.Gara-gara Sean banyak membuat kesalahan, Jack jadi harus kerja ekstra banyak. Sean memang tidak bisa di andalkan."Kalau setahun aku pergi, bisa hancur perusahaan ku di tangan mu.." ucap Jack."Siapa suruh kau percaya pada ku..." Ujar Sean dengan cengengesan.Jack menghembuskan napasnya kasar, memang percuma bicara dengan Sean."Ayo temani aku minum..." A
Read more
Enam puluh sembilan.
Arum berjalan keluar dari kamarnya. Dia ingin mengambil minum ke dapur. Karena air minum di kamarnya sudah habis.Arum menuruni tangga dengan pelan, Mansion ini sudah tampak gelap karena beberapa lampu sudah di matikan.Arum sengaja turun lewat tangga bukan lift. Karena kalau malam-malam begini Arum takut kalau ada di dalam lift sendirian. Sangat menyeramkan menurut Arum.Arum bersenandung kecil dengan berjalan ke dapur.Namun langkah Arum terhenti saat mendengar suara orang yang sedang bicara di dalam satu ruangan.Pintu ruangan itu terbuka sedikit, Arum pun mengintip ke dalam ruangan itu. Dia ingin tau siapa yang sedang mengobrol malam-malam begini.Arum melihat kedalam ternyata Jack dan Sean yang ada di dalam.Arum mengangkat bahunya acuh, paling Sean dan Jack sedang membahas soal pekerjaan.Arum pun berbalik dan ingin pergi dari sana."Apa karena Arum?"Ucapan Sean dari dalam menghentikan langkah Arum.Arum pun kembali menghadap ke arah ruangan itu.Jack dan Sean sepertinya sedang
Read more
Tujuh puluh.
TokTokPintu Bar di ketuk dari luar.Jack dan Sean langsung menoleh ke arah pintu."Masuk.." Ucap Jack.Bodyguard Jack yang bersama Arum tadi masuk kedalam Bar."Permisi Tuan..." Ucap Bodyguard Jack."Ada apa?" Tanya Jack.Pasti ada sesuatu yang terjadi, sampai bodyguard nya datang kesini."Begini Tuan, tadi Nyonya Arum ingin kuluar pagar tapi saya larang, nyonya juga menangis tadi. Saya takut terjadi apa-apa dengan nyonya.." Ucap bodyguard itu.Jack mengerutkan keningnya.Mau kemana Arum malam-malam begini, batin Jack."Lalu kemana dia sekarang?" Tanya Jack."Tadi Nyonya masuk lagi ke dalam Mansion Tuan..." Ucap Bodyguard itu.Jack berdiri dari duduknya dengan sempoyongan. Jack sudah mulai mabuk sepertinya."Tolong kau lihat Arum di kamarnya.." suruh Sean ke bodyguard itu."Baik Tuan..." Ujar bodyguard itu.Sean membantu Jack untuk duduk."Duduk saja, kau terlihat sudah mabuk..." Ucap Sean.Jack pun kembali duduk, dia memijat pangkal hidungnya."Kenapa Arum berkeliaran malam-malam b
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status