Все главы Brondong Toxic: Глава 11 - Глава 20
38
Keputusan Putus
Keesokan harinya, sudah dari pagi Viki pamit pergi ke pantai. Arum membalas pesan Viki seadanya karena dia sendiri ingin mencoba fokus pada pernikahan tetangganya yang memang dia hadiri bersama sang mama, mencoba bersikap senatural mungkin agar Viki tak curiga. Entah apa yang dirinya tunggu. Makin banyak bukti? Atau menunggu Viki akhirnya berhenti dan mengakui? Di dalam gedung resepsi pernikahan, setelah turun menyalami pengantin. Menemani sang ibu mencari makanan dan membawanya ke tempat duduk. Giliran Arum yang berkeliling mencari camilan. Dia bukan tipe perempuan yang banyak makan, tapi entah kenapa badannya tak juga kurus. Dia memilih mengambil seporsi salad buah yang nampak menggoda. Saat matanya menyisir ke penjuru gedung, mendadak ada sosok yang lebih menarik perhatiannya daripada jajaran makanan didepannya. "Lah itu kan Alex? Bukannya dia harusnya pergi ke pantai sama Viki?" Arum coba menghampiri sosok Alex yang nampak sedang makan bersama seorang wanita di sampingnya. Arum
Читайте больше
Merajut Kembali
Hari-hari Arum memang sedang suram belakangan. Dia sudah memutuskan untuk pisah dari Viki. Tidak menyangka hubungan yang berjalan sudah satu tahun itu berhenti. Memang dia mencintainya, tapi dipikir-pikir lagi Retta memang lebih cocok bersama Viki daripada dirinya dan dia cukup sadar diri. Arum akhirnya mengetahui ternyata memang Retta sudah lama memendam rasa pada Viki. Dia selama ini berusaha mati-matian berusaha membuat Viki membalas perasaannya. Sepertinya berhasil pada akhirnya walau di saat yang salah karena kebetulan saat itu Viki masih bersama Arum. Sedangkan Viki? Dia terus berusaha menemuinya di rumah, mengiriminya pesan, juga menelponnya tiap malam. Masih meminta kesempatan terus untuk memperbaiki hubungan. Dia mengaku masih mencintai Arum dan hanya dia. Sedangkan pada Retta tidak lain hanya simpati dan perhatian sebagai teman. Tentu Arum sulit untuk percaya walau sudah memaafkan. Sebenarnya semakin lama Viki semakin mengganggu karena semakin lama dia tidak lagi mengucap ma
Читайте больше
Merebut Hati
Bisa dibilang sebagai bentuk permintaan maaf dan supaya hubungan mereka membaik, Viki berjanji akan membawa Arum untuk jalan-jalan penuh dua hari ini. Jadilah hari Sabtu, Arum yang meminta bantuan untuk diantar bertemu dengan salah seorang agen penjualan tanah. Sedangkan hari Minggu, Viki yang berinisiatif membawa Arum juga sang mama dan Tante Tini untuk makan siang. Tentu saja niat terselubungnya ingin mendapat restu dari keduanya yang bisa dibilang adalah keluarga terdekat Arum saat ini."Mau kemana aja sih kita hari ini?" tanya Viki pagi itu saat bersantai di teras rumah Arum."Kalo hari ini sih aku pengen liat tanah. Di kabupaten, tapi perbatasan kota. Harganya sih murah, DP-nya murah, terus bisa dicicil lagi. Penasaran pengen liat lokasinya!" jelas Arum bersemangat."Ya udah, mau berangkat sekarang?” tawar Viki dan Arum mengangguk."Iya langsung aja yuk. Keburu siang," Arum sudah siap memasang kaos kakinya."Aku belum pamit mama kamu loh?" tanya Viki."Udah aku pamitin," Arum sud
Читайте больше
Tabiat Buruk Terungkap
Sudah beberapa bulan hubungan Arum dan Viki kembali berjalan mungkin lebih kuat dari sebelumnya. Walau hingga detik ini masih belum pernah mau mengungkapkan hubungan mereka secara terbuka, tapi Arum tidak lagi menumpang mobil Viki dengan sembunyi-sembunyi. Biasanya harus berjalan dulu beberapa meter di luar kantor ke dekat perempatan jalan agar tidak ada yang melihat, tapi sekarang mereka akan naik bersama dari lahan parkir dengan mobil Viki. Dia sudah tak lagi memikirkan pandangan karyawan mengenai hubungan mereka. Sudah tidak naik motor lagi memang sejak Viki membeli mobil itu. Sebuah sedan merah kini yang selalu menjadi tunggangannya. Tentu bukan masalah sama sekali bagi Arum entah naik motor atau mobil, tapi bagi Viki tentu menjadi kebanggan tersendiri juga selain itu dia ingin memberi yang terbaik untuk Arum. Supaya Arum tidak perlu kehujanan, kepanasan, atau apapun itu saat mengendarai motor bersamanya. Tentu saja sebagian lain adalah untuk memenuhi gengsinya sendiri mengingat h
Читайте больше
Up and Down
Keesokan harinya di kantor, saat jam makan siang Arum bersama Asti yang kini juga malas untuk pergi ke kantin, memilih untuk makan siang berdua di dalam ruangan. Nasi bungkus yang sebelumnya sudah disiapkan oleh OB mereka. Bunyi sendok berdenting mendadak terganggu saat ponsel Arum berbunyi. Sebuah telepon masuk dari Viki. Asti tentu saja cuek menyantap makanannya walau samar-samar dia masih bisa mendengar percakapan itu karena sunyinya ruang kerja mereka. "Halo," sapa Arum. … "Iya kenapa?" tanya Arum sudah menjauhkan diri dari posisi Asti. … "Iya udah kenapa sih?" tanya Arum yang terdengar mulai gusar. … "Sorry tapi ya mana ada aku uang segitu? Uang aku juga udah kepake kamu kan 10 juta. Terus kemaren udah kepake bayar DP tanah yang aku beli itu. Tabungan aku udah habis!" jawab Arum seadanya dengan suara selirih mungkin. … "Usahain gimana? Ya enggak ada enggak bisa aku maaf! Ya coba aja kamu yang usahain. Itu kan mobil kamu," Arum mulai engga
Читайте больше
Wanita Bernama Elsa
Hubungan Arum dan Viki masih terus berjalan naik dan turun seperti roller coaster. Arum perlahan mulai membiasakan diri untuk menerima perilaku Viki yang bisa dibilang toxic dan abbusive. Kalau perilaku sang pacar tidak bisa diubah berarti dirinya yang harus berubah, itulah prinsipnya untuk saat ini. Walau perlahan dia mulai berani bercerita pada teman masa sekolahnya dulu, yang memang tidak pernah bertemu Viki. Tentu saja semua yang tahu mengenai kisah mereka pasti akan menyarankan Arum untuk segera memutuskan hubungannya dengan Viki, tapi hingga saat ini pikiran itu belum terlintas lagi dalam otaknya. Sampai kini Arum masih enggan mengakhiri semuanya. Sepertinya hati menutupi semua cacat itu dengan dalih cinta. Begitu juga dengan waktu dua tahun kebersamaan mereka yang Arum harap akan bisa bertambah lagi dan lagi, bahkan mungkin menjadi sepanjang waktu. Segala luka fisik maupun psikis yang sudah dia terima, Arum menjalaninya dengan tahan. Menurutnya, setiap orang bisa berubah dan di
Читайте больше
Surabaya Membara
Emosi sudah benar-benar berada di ujung kepala Arum. Sepanjang perjalanan menggunakan bis juga berpindah ke ojol yang mengantar dia ke rumah Viki, hatinya terus saja bergemuruh. Sudah siap dengan semua sumpah serapah yang mungkin dia ucapkan di depan orang tua Viki. Tak peduli lagi mengenai apa yang akan orang tua Viki pikirkan atau katakan padanya. "Permisi…" sapa Arum dari depan sambil mengetuk pintu. "Iya…. Loh Arum kok tiba-tiba kesini? Sendirian?" tanya Bu Susi yang celingukan. "Iya tante sendiri. Ada yang perlu saya omongin sama Viki. Sekalian om sama tante juga," kata Arum masih mencoba sopan, tapi tanpa senyuman. "Owh… ya boleh-boleh ayo masuk." ajak Bu Susi yang sebenarnya juga menawarkan minuman tapi ditolak oleh Arum. Meminta Pak Jono dan Viki untuk segera bergabung. Tidak seperti kedua orangtuanya yang masih nampak bingung, Viki keluar dengan ragu dan duduk menjauh dari Arum. Nampak lemah dan lesu, membuat Arum semakin emosi melihat wajah Viki saat itu. "Sudah datang
Читайте больше
Hubungan Terlarang
"Kamu harus tanggung jawab, Vik sama aku! Aku sudah bilang sama orang tua aku kalo kamu bakal dateng dan nikahin aku!" mohon Elsa melalui telepon di kamar kosnya. "Aku udah bilang aku enggak mau! Cewek sialan! Semua ini gara-gara kamu aku harus putus sama Arum!" Viki malah balik marah melalui telpon di genggamannya. "Kamu masih mikirin Arum di saat seperti ini? Kamu harusnya mikirin aku dan bayi kamu, Vik! Aku tulus sayang banget sama kamu. Bahkan mungkin lebih besar dari perasaan Arum sama kamu. Aku bahkan udah rela hamil anak kamu," suara Elsa sudah bergetar menggema di seluruh penjuru kamar. "Enggak ada yang minta kamu hamil anak aku Elsa! Harusnya kamu bisa ati-ati. Pake pengaman kek atau minum obat apa gitu, jadi gak ada kejadian kaya gini. Dasar perempuan goblok!" Viki terus saja menghujatnya tapi sama sekali Elsa tak gentar. "Terserah kamu mau ngomong apa, Vik! Yang jelas kamu harus tanggungjawab atau aku yang bakal dateng ke rumah orang tua kamu bawa penghulu sekalian. Biar
Читайте больше
Menikah Dengan Syarat
"Viki… akhirnya kamu datang juga," begitu Elsa membuka mata, betapa senangnya dia karena pria itu yang ada di depannya. Dia hanya bisa berbaring di ranjangnya. Perutnya masih terasa sakit dan mual. "Jangan GR! Aku datang cuman karena dipaksa sama orangtuaku," Viki bahkan enggan menatap. "Terserah lah kamu datang karena apa, Vik! Tapi yang jelas aku enggak akan pernah berhenti berusaha buat anak kita. Apa salah kalo aku pengen kamu tanggung jawab sama anak kandung kamu sendiri? Apa salah kalo aku ingin anak ini lahir di dalam keluarga yang lengkap termasuk dengan ayahnya sendiri yaitu kamu?" Elsa mulai menangis lagi. "Dengan bunuh diri? Kamu bilang itu usaha? Daripada kamu bunuh diri, kenapa enggak kamu gugurin aja itu bayi? Kamu tetep bisa nikmatin hidup kamu tanpa harus ngurus anak. Dosa juga masih sama-sama dosa!" sarkas Viki mulai emosi. "Aku enggak sekejam itu, Vik! Mana bisa aku biarin bayi enggak berdosa ini nanggung semuanya sendiri. Seperti yang kamu bilang kan sama-sama do
Читайте больше
Pernikahan Gila
Di lain sisi, setelah percobaan ratusan kali, akhirnya pada suatu malam Arum mau mengangkat telepon dari Viki. Ternyata memang tidak semudah itu lepas dari si brondong toxic. Pria itu keras kepala luar biasa. Pria itu mengatakan dia ada di depan rumah Arum dan tidak akan pergi sebelum wanita itu menemuinya. Sangat terpaksa karena tidak ingin mamanya tahu, Arum diam-diam menemui Viki di luar rumahnya. "Arum, tolong maafin aku," Viki akhirnya bisa bicara pada Arum. "Hmh, aku udah dari lama maafin kamu Viki… tapi kenapa kamu terus ganggu aku? Kamu harusnya fokus sama Elsa dan bayinya. Aku udah enggak mau ada urusan lagi sama kalian! Apa kamu enggak bisa ngerti juga mau aku, Vik?" Arum mencoba bersabar sebisa mungkin menekan suaranya. "Ya karena aku masih berharap bisa balikan sama kamu, Arum. Aku udah bilang puluhan kali kan," kata Viki lagi berusaha meraih wanita itu. "Aku juga udah bilang puluhan kali kalo aku enggak mau, Vik! Kamu enggak seharusnya kaya gini!" Arum mencoba tenang.
Читайте больше
Предыдущий
1234
DMCA.com Protection Status