All Chapters of Menantu Termiskin: Chapter 61 - Chapter 70
107 Chapters
Supermarket
"Astaga aku lupa bawa baju ganti lagi." Arnita menepuk keningnya. Sifat cerobohnya sepertinya kumat lagi. Karena bangun kesiangan dan belum menyiapkan sarapan, Arnita jadi terburu-buru masuk ke kamar mandi dan lupa membawa baju gantinya. "Mas Arman masih tidur nggak ya?" gumam Arnita sambil berpikir. Jika ia terlalu lama berada di kamar mandi maka ia akan tambah kesiangan untuk menyiapkan sarapan. Dan lagi kamar mandinya pasti juga akan dipakai oleh Arman.Arnita mengikat ikatan bathrobenya dengan kencang. Ia juga memastikan jika tidak ada celah miliknya yang terlihat. Arnita keluar kamar mandi dengan langkah pelan agar tidak membangunkan Arman yang masih tertidur."Nit?" Arman mengucek matanya dengan dahi yang berkerut samar. Matanya masih berusaha memfokuskan penglihatannya.Tubuh Arnita mematung di tempatnya berdiri. Baru saja ia ingin masuk ke dalam walk in closet yang berada tepat di samping Arman, tet
Read more
Kondangan Bareng
Arnita bersenandung sambil tangannya terus menggoreng wajan di depannya. Sesekali ia menggoyangkan tubuhnya mengikuti alunan musik yang ia buat. Ia sedang mencoba resep baru yang ia tonton di youtube. Ini akan menjadi percobaannya yang kesekian kali. Ia berharap hasilnya akan sesuai dengan yang ia inginkan.Lima belas menit berlalu dan Arnita berhasil menyelesaikan masakannya. Arnita mencicipi hasil masakannya. Tidak terlalu buruk, pikir Arnita. Selesai memasak, Arnita berganti membuat teh hangat untuk Arman. Tak lupa ia juga menyiapkan cemilannya. "Mas ini teh nya di minum dulu mumpung masih anget." Arnita memanggil suaminya yang sedang mencuci mobil.Arman meletakan selang di tangannya dan berjalan menghampiri Arnita."Sudah selesai nyuci mobilnya?" tanya Arnita sambil memperhatikan mobil yang sedang dicuci oleh Arman."Sudah tinggal di lapin aja." balas Arman sebelum menyeruput teh nya.Arni
Read more
Mine
"Mas udah aku kasih tahu berapa kali sih! Jangan naruh kaos kaki sembarangan!" Mawar mengambil kasar kaos kaki Dewa yang diletakkan sembarangan di lantai kamar."Maaf aku lupa." balas Dewa dengan kepala yang terbenam di bantal."Lupa kok setiap hari!" omel Mawar."Aku titip Kenzi, hari ini aku ada pemotretan." ujar Mawar sambil membenarkan lipstik di bibirnya.Dewa langsung terbangun dari tidurnya. Sebelumnya Mawar tidak pernah bilang kalau dia ada pemotretan hari ini. "Sampai jam berapa pemotretannya?" "Mungkin sampai malam." balas Mawar dengan enteng.Dewa berdecak kesal mendengar jawaban dari Mawar. Mana ada pemotretan dilakukan dari pagi sampai malam. Cuman alasan Mawar saja pasti agar dirinya bisa berpesta dengan teman-temannya sampai malam."Jam tiga sore harus ada di rumah, aku nggak mau tahu." putus Dewa dengan tegas."Mas!" teriak Mawar tidak
Read more
Pillow Talk
Arnita menarik selimut sampai menutupi lehernya. Mereka baru menyelesaikan kegiatan malam mereka pada pukul dua malam. Rasanya benar-benar lelah tetapi tidak membuat mereka mengantuk. Mata keduanya masih tetap terjaga menatap langit-langit kamar. Arnita tengah mengatur nafasnya yang terengah-engah. Ia tidak menyangka malam ini ia sudah seutuhnya menjadi istri Arman. Arnita sudah tidak perlu memikirkan tentang hak Arman yang belum ia beri. Arnita terperanjat ketika tiba-tiba Arman menghadap ke arahnya dan memeluknya dari samping. "Terima kasih sudah menjaganya untuk saya." Arman mengecup lama kening Arnita. Pipi Arnita memerah, tubuhnya kembali merasa panas karena malu. Di kepalanya kembali berputar ingatan lima menit sebelumnya. Arnita semakin menenggelamkan badannya si balik selimut tebalnya."Tidur, selamat malam Nita." Arman membawa tubuh Arnita ke dalam pelukannya. Ia mendekap erat badan istrinya itu agar tidak mera
Read more
Buket Mawar
Arnita menutup mulutnya yang menguap. Matanya terbuka secara perlahan dan langsung mendapati langit cerah dari balkon kamarnya. Arnita membalikan badannya. Keningnya berkerut karena tidak menemukan Arman berbaring di sampingnya. "Mas Arman kemana?" tanya Arnita dalam hati.Arnita meraih kaos yang dipakai Arman semalam dan memakainya. Arnita menyibakkan selimut yang membungkus tubuhnya. Ia keluar kamar dan menuruni anak tangga satu persatu. Arnita merasa sedikit perih di bagian intimnya. Mata Arnita menjelajahi setiap sudut rumah. Ia tidak dapat menemukan keberadaan Arman di manapun. Krukk krukkSuara perutnya membuatnya tersadar. Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh siang. Ia benar-benar kesiangan hari ini. Ia juga tidak memasakan sarapan untuk Arman, entah bagaimana Arman akan sarapan. Arnita melangkahkan kakinya ke dapur untuk membuat memasak makanan untuk dirinya sendiri. Saat melewati rua
Read more
Pameran
Arnita menggerakkan badannya dengan gelisah. Arnita memejamkan matanya, helaan nafas panjang keluar dari mulutnya. Ia tidak bisa menonton film kesukaannya dengan tenang. Itu karena sedari tadi Arman terus menempel kepadanya. Tangan Arman terus memainkan rambutnya. Dan sesekali laki-laki itu akan mencium pipinya dengan gemas."Mas duduknya sanaan." ujar Arnita dengan gerakan mendorong badan Arman yang tidak bergerak sedikitpun."Rambut kamu wangi." balas Arman yang tidak nyambung. "Mas, ih jangan dimainin nanti rambutku rontok." kesal Arnita."Nggak boleh marah-marah sama suami, dosa." "Habisnya mas Arman nyebelin." Arnita mengerucutkan bibirnya dengan kesal.Arman mengalah, ia menggeserkan sedikit badannya memberi sedikit jarak. Arman merasakan perubahan yang ada di dalam dirinya. Belakangan ini ia terlalu ekspresif, ia menunjukkan rasa kesal, cemburu, manjanya di hadapan Arnita.
Read more
Nggak Boleh Cemburu
Arman langsung menggandeng tangan Arnita begitu keluar dari mobil. Jika dilihat penampilan Arman dan Arnita sudah seperti menggunakan baju couple. Arnita memakai celana berwarna hitam yang sama dengan warna kemeja yang dipakai oleh Arman. Dan Arnita memakai baju berwarna putih dengan sedikit aksen warna jeans yang serasi dengan celana jeans yang dipakai Arman. Padahal mereka tidak ada janjian untuk memakai baju dengan warna yang sama.Ini pertama kalinya bagi Arnita mengunjungi pameran lukisan. Biasanya ia hanya pernah melihatnya dalam tv. Bukan hanya karya lukisan yang bagus, tapi desain arsitek bangunan yang dipakai untuk pameran juga tak kalah memukau. Sejak melihat gedung ini dari luar, Arnita sudah mengagumi arsitektur gedung ini yang benar-benar terlihat sangat modern."Lihat deh mas, lukisannya bagus banget ya." Arnita menunjukan sebuah lukisan pemandangan yang terlihat seperti nyata.Arnita kembali berjalan melihat satu persatu
Read more
Dia Kembali
Arman kembali meletakan sendok yang ia pegang. Ia sudah tahu pasti kedatangan mamanya kemari ada maksud dan tujuan. "Ma, Arman kan sudah bilang kalau Arman nggak akan kembali lagi ke perusahaan. Arman ingin fokus ke perusahaan Arman." jelas Arman."Kamu tega Ar, mama sudah tua dan kamu masih ingin mama bekerja mengelola perusahaan? Seharusnya di masa saat ini mama menikmati hari tua mama dengan tenang." "Bukan begitu ma, ada mas Dewa dan mbak Imel kan yang mengelola perusahaan." "Mama heran kenapa kamu sangat keras kepala ingin pergi dari perusahaan. Apa perempuan itu yang menyuruh kamu, supaya kamu menjauh dari keluarga kamu sendiri?" ujar Cintya kesal saat mengingat Arnita."Mamna jelas-jelas sudah tahu alasan aku kenapa keluar dari perusahaan. Mama jangan nyalahin Arnita untuk menutupi kesalahan mas Dewa." "Mama tahu Dewa sudah mencoba mencelakai kamu, tapi apa nggak bisa kamu tetap bekerja di perusahaan? Mama nggak bisa menghandle perusahaan sendirian Arman!" Cintya menyentuh
Read more
Kedatangannya Yang Tiba-Tiba
"Saya berangkat kerja sekarang." Arman mengusap area mulutnya setelah menghabiskan sarapannya."Untuk makan malamnya mas mau dibuatin apa?" tanya Arnita."Apa saja, terserah kamu. Saya akan makan apapun yang kamu buat." "Bubur?" tanya Arnita dengan jahil. Ia tertawa melihat ekspresi Arman yang langsung berubah datar."Bercanda mas, nanti aku buatin bebek goreng sama sambal terasi ala masakan lamongan." "Boleh, kamu hati-hati di rumah. Kalau ada apa-apa langsung kabari saya." ujar Arman dengan wajah serius.Arnita menganggukkan kepalanya tanda mengerti. Arnita mengambil tangan Arman untuk ia salami. Beberapa detik kemudian Arnita merasakan sebuah kecupan di keningnya. Arnita mengulas senyum tipi, saking tipisnya tidak akan ada orang yang menyadarinya.Disisi lain Arman mulai melajukan mobilnya meninggalkan rumahnya. Saat mobilnya berhenti tepat di lampu merah, tiba-tiba kepalanya kembali mengingat kejadian semalam. Suara seseorang yang sudah lama ia tidak dengar tiba-tiba kembali dat
Read more
Pijat Plus-Plus
Arman menyandarkan punggungnya di kursi. Bibirnya menyesap secangkir teh lemon dengan tenang. Arman terlalu fokus dengan teh lemonnya hingga tidak menyadari jika perempuan di depannya terus memperhatikannya dengan tersenyum tipis."Jadi kamu memutuskan untuk menetap disini?" Arman meletakkan cangkirnya ke meja."Iya, lagian kontrak aku di Paris juga sudah selesai. Aku kepikiran mau ambil job di sini aja." ujar Jenny. Terlihat bagaimana Jenny duduk dengan anggunnya. Arman mengamati perempuan itu sekilas. Ia tidak mendapatkan banyak perubahan dari perempuan di depannya itu. Masih sama seperti Jenny yang dulu. "Jadi kamu bisa bantuin aku kan Ar? Ini job pertama yang aku dapat setelah balik ke Indo." jelas Jenny dengan wajah memohonnya."Mama mungkin setuju, tapi aku masih perlu memikirkannya. Aku rasa perusahaan tidak bisa mengeluarkan uang sebanyak itu." jelas Arman."Kamu bisa cicil bayaran aku, aku nggak masalah." Jenny berusaha meyakinkan Arman.Arman menganggukkan kepalanya. "Aku
Read more
PREV
1
...
56789
...
11
DMCA.com Protection Status