Semua Bab Di Dalam Tubuh Bos Tampan: Bab 21 - Bab 30
65 Bab
Bab. 21. Prasangka Zidan
“Mana sekretaris kamu!” jerit Salia marah sembari menghentak-hentakan kakinya ke lantai. Zidan langsung terlonjak di tempatnya karena merasa terpanggil. ‘Hari kedua gini amat nasib jadi sekretaris Raja Neraka,’ keluhnya dalam hati. “Sa-saya,” ucap Zidan sambil menongolkan kepalanya dari balik pintu dengan takut-takut. “Kamu ngapain di sini,” gumam Axel lemah melihat lelaki tambun yang tiba-tiba nyengir dan masuk ke dalam ruang kerjanya. “Kamu-,” ucap Salia sambil menunjuk Zidan. “Saya sekretarisnya, Mbak Salia,” jawab Zidan masih memberikan senyum pasta gigi. “Tidak mungkin! Mas Axel suka dengan lelaki!” jerit gadis berambut ungu itu histeris. “Dan ia bahkan- tidak Mas! Kenapa kau tega! Mas! Ayo kembali ke jalan yang benar!” sorak Salia sambil berlari ke arah Axel dan mengguncang-guncangkan tubuh kekar lelaki itu. Axel menarik napas berat. ‘Kenapa wanita ini suka sekali drama, dan apa yang sedang terjadi sekarang?’ Lelaki bersurai coklat gelap itu menghempaskan tangan Salia. “
Baca selengkapnya
Bab. 22. Para Bos menghilang
“Ini habis minum obat apa deh si Zidan sampai ngehalu macam begini,” komentar Jennie setelah membaca pesan juniornya itu di grup Whats*pp. “Buktinya itu bos malah keluar sama cewek cantik, artis pula!” Hana masih termangu melihat pemandangan tadi dan pernyataan Zidan di grup pesan mereka. ‘Bukannya Bos enggak mau sama Salia? Tapi kok pergi berdua gandengan tangan? tanya gadis berambut panjang itu dalam hati. Seolah bisa membaca isi hati Hana, Jennie malah nyeletuk. “Ya kali, kucing ras dikasih royal canin mintanya malah terasi jamuran. Zidan ada-ada aja!” Hana mengangguk, menyetujui pernyataan Jennie. ‘Kenapa juga aku harus merasa kecewa, aku hanya tak menyangka ucapan Bos tak bisa dipegang. Ini sangat berbanding terbalik dengan pernyataannya waktu itu. *** “Bener Mbak! Raja Neraka tuh nyata-nyata bilang ‘aku suka sekretarisku!’ terus menarik pernyataan Pak Andra tadi pagi ketika sarapan ‘Pak Axel suka lelaki’ kan itu sudah pasti gue, Mbak,” ucap Zidan menyakinkan Jennie ketika j
Baca selengkapnya
Bab. 23. SOS!
“Bukannya sebaiknya pura-pura seperti tak tahu satu sama lain katanya tadi, kenapa sekarang malah menelpon?” gumam Hana. ‘Perkataan Pak Bos apa sudah tidak bisa dipercaya?' “Halo?” sapa Hana. Tapi tak ada suara pun di ujung sana. “Halo?” ulang gadis itu lagi. “Hana….” Suara balasan pelan terdengar. “Tolong aku,” ucap Axel begitu lemah. “Pak? Bapak baik-baik saja?” tanya Hana khawatir. “Aku ada di hotel Kaliendra daerah Majapahit. Jemput aku di sana-.” “Pak? Bapak baik-baik saja?” tanya Hana lagi begitu mendengar suara Axel yang kian mengencil. “Makan-.” “Hah? Apa Pak?” “Makan coklat itu sekarang!” perintah suara di ujung sana. “Tapi nanti kita-.” “Makan coklat itu sekarang Hana!” ulang Axel sebelum menutup panggilannya. “Hah?” gumam Hana. “Halo, Pak? Halo? Halo?” Tapi hanya nada sambungan terputus yang terdengar jelas. “Ish! Apa sih ini orang, gak jelas banget!” umpat Hana sambil hendak membanting ponselnya. Tapi tidak jadi, karena sayang. Sayang uangnya buat beli lagi. Say
Baca selengkapnya
Bab. 24. Bahaya!
“Bos… jangan, Bos,” ucap Zidan lirih sambil mencengkram kerah bajunya begitu erat. Takut jika bosnya menyerang tiba-tiba dan membuka pakaiannya. “Astaga! Apa sih yang kamu pikirin, Dan!” bentak Hana kesal. “Pinjam bajumu sebentar! Celana juga!” “Tapi- tapi,” tolak Zidan yang langsung bersandar pada pintu ruang kerja General Manajer Harrison Food. Lelaki tambun itu sudah siap melarikan diri, tapi juga takut kalau hal itu menyebabkan ia dipecat kemudian hari. ‘Antara harga diri dan pekerjaan, aku harus pilih yang mana?’ tanya Zidan dalam hati, bulir-bulir keringat membanjiri jidatnya. “CEPAT!” perintah Hana menggelegar. Ia juga panik jika tidak segera melaksanakan perintah Axel bisa-bisa dirinya yang dipecat. Apalagi ia sempat tertidur tadi. Serta merta Zidan langsung membuka kemeja dan celananya begitu mendengar bentakan dari Hana. Sembari ketakutan ia menyerahkan pakaian itu pada Hana, kemudian kembali berdiri ketakutan di pojok ruangan. Hana yang hendak membuka kemeja dengan akse
Baca selengkapnya
Bab. 25. Terima Kasih
Setengah berlari usai membayar taxi online yang barusan ia pesan. Hana sekarang sedang berada di lobby hotel Kaliendra cabang Majapahit. Kembali Hana mencoba menghubungi ponsel Axel tapi tak juga terhubung. “Pak Axel,” sapa seorang resepsionis begitu ramah pada Hana. “Anda kemana saja? Nona Salia tadi mencari Anda, tapi sekarang Nona sudah pulang.” “Ah iya tadi aku beli kuaci,” jawab Hana sekenanya yang langsung membuat pegawai wanita di hadapannya itu tersenyum dengan raut muka bingung. “Kami semua bingung karena Anda tiba-tiba saja menghilang dari kamar yang sudah dipesankan untuk Nona Salia dan Anda, Tuan,” lanjut resepsionis itu. Kemudian ia menyerahkan ponsel dan dompet milik Axel. “Ini tadi tertinggal di kamar.” Hana menerima ponsel dan dompet itu dengan bingung. ‘Jadi bos tidak membawa dua hal penting ini? Mereka habis ngapain sih, siang bolong pesan satu kamar berdua. Apa benar yang dikatakan Hilda. Pak Bos sedang ditunjukkan ‘jalan yang lurus’ oleh Salia? Tapi kan Bos jug
Baca selengkapnya
26. Apartemen Axel
Axel sudah tak sadarkan diri saat Hana membawanya ke apartemennya. Untung saja lelaki itu sudah mengatakan gedung dan lantai juga kamar berapa tepatnya Bos Hana itu tinggal. Dan hal itu tidak susah bagi Hana, tentu saja karena Axel akan tinggal di gedung utama yang paling mewah dengan ukuran kamar yang lebih bisa dikatakan aula ketimbang sebuah kamar apartemen studio biasa. Hana tersenyum pada security yang menjaga gedung lantai bawah tempat Axel tinggal. Satpam itu tampak tersenyum bingung, sepertinya ini kali pertama Axel memberikan senyum pada dirinya. Hana benar-benar terkagum-kagum dengan apartemen milik Axel. ‘Yah tak heran yang menjadi bagian marketingnya saja artis yang sering menjadi mc kondang. Ini apartemen yang diiklankan cicilan cuma tiga miliar sebulan, beli sekarang karena senin harga naik! Dasar orang kaya, aku menjadi buruh pekerja seumur hidup di tambah menjual ginjal kiri kanan juga enggak sampai tuh kebeli apartemen ini.’ Hana tiba-tiba menjadi sedih dengan nasib
Baca selengkapnya
27. Salah Paham
Axel berdiri di depan ruangan divisi keuangan tampak bingung. “Kenapa, Han? Lupa dimana mejamu?” tanya Jennie yang menepuk punggung Axel. Benar-benar dapat menebak dengan tepat apa yang sedang Axel pikirkan sekarang. “Eh iya,” jawab Axel jujur yang langsung ditanggapi tawa oleh Jennie. “Lucu deh adek ku yang satu ini,” ucap Jennie sambil mencubit pipi Axel, yang mana langsung ditepis oleh Axel, tapi Jennie tak terlalu menanggapinya. Wanita yang sudah memiliki tiga krucil itu malah menarik Axel ke kubikel milik Hana. “Tumben penampilanmu ‘tomboy’ gitu, Han? Biasanya pakai rok dan sepatu hak biar kelihatan tinggi,” komentar Jennie sambil membetulkan alisnya yang tidak sinkron satu sama lain di depan kaca yang menempel di antara kubikel Hana dan dirinya. Axel mengangkat kedua pundaknya. “Mungkin jiwa kelaki-lakianku akhirnya keluar, Mbak,” jawab Axel yang kembali membuat Jennie tertawa terpingkal-pingkal. Axel menggelengkan kepalanya, masih dengan ekspresi datar khas dirinya. Kemudia
Baca selengkapnya
28. Maaf, Pak.
"Hai, kawan-kawan semua," sapa Hana memamerkan senyum yang tak pernah Axel berikan pada siapa pun. Semua mata di cafetaria itu langsung melotot ke arah Hana, terlebih anggota grup pesan 'kerak neraka'. Manik mata mereka seakan-akan sebentar lagi copot dari tempatnya begitu melihat sang pemilik suara yang menyapa mereka barusan. "Pak Axel!" seru Zidan, Hilda dan Jennie berbarengan karena terkejut. ‘Kenapa manusia ini tiba-tiba sangat ramah? Apa ini merupakan sebuah pertanda meteor akan menghantam bumi?’ Begitulah pikir satu persatu anak buah Axel saat ini. "Apa kabar? Baik? Sehat?" tanya Hana terlihat canggung sekaligus ketakutan melihat Axel yang masih menatap tajam dirinya tanpa sekalipun membalas perkataan Hana. "Bu-bukannya Bapak izin enggak masuk kantor hari i-ini ya?" tanya Zidan. Keringat dingin keluar dari tubuhnya karena takut dimarahi karena jam segini ia malah masih sarapan padahal sudah saatnya bekerja. "Bapak istirahat saja di apartemen, Pak. Biar cepat sembuh. Tenang
Baca selengkapnya
29. Aib
Axel duduk di meja kerja Hana dan langsung menutupi wajahnya. “Ha…,” desahnya sambil menatap layar monitor. “Aku harusnya memperhitungkan hal ini sebelum meminta dia berganti denganku.” Axel menggelengkan kepalanya, mencoba melupakan ‘rasa’ kecupan yang kemarin ia rasakan berasal dari bibir Hana. Bahkan sekarang pun lidahnya mulai membasahi bibir tipis milik Hana. “Han? Kamu kenapa melet-melet?” tanya Jennie yang bingung dengan tingkah teman sekerjanya. Penasaran cara ular bernapas,” jawab Axel sekedarnya dan langsung membuka mesin pencari di komputer. Jennie hanya mengerutkan keningnya, kemudian mengangkat bahu dan kembali sibuk dalam kubikelnya. Baru saja Axel mengetikan sebuah huruf di mesin pencari, tiba-tiba history pencarian Hana keluar semua. Axel sampai termangu membaca apa yang selama ini Hana cari di depan komputernya. “Apa-apaan ini?” gumam Axel kesal. Ia kemudian mengambil tampilan layar laptopnya dan mengirimkan hal itu pada Hana. [Tak punya niat buruk padaku ya, H
Baca selengkapnya
30. Sewa Tubuh
Axel mengintip sedikit dari celah matanya, ia masih mengecup bibir Hana tapi kelopak mata gadis itu masih tertutup. Sambil sedikit tersenyum, Axel menyesap bibir milik Hana kian rakus. Saat gadis itu mulai memundurkan tubuhnya, sang lelaki malah menariknya semakin mendekat hingga Hana akhirnya jatuh ke pangkuan Axel. “Ma-maaf,” ujar Hana panik dengan muka semerah kepiting rebus. Gadis itu serta merta berdiri. “Sa-saya balik bekerja dulu, Raja Neraka,” pamit Hana tanpa sada. “Eh BOS! Pak Axel maksud saya,” lanjut Hana sambil melangkah gusar keluar ruangan. “Hana,” panggil Axel. “Ya?” jawab Hana sembari menatap lantai. Ia tak berani menatap manik abu cerah milik bosnya itu. “Ingat kembali seperti semula, seakan tidak terjadi apa-apa. Begitu pula dengan hubungan kita sebelumnya, hanya atasan dan bawahan. Kuharap kau tak menyebarkan hal privasi apa pun yang terjadi diantara kita Hana.” Hana mengangguk. “Dan satu lagi, hutang pacarmu enggak usah kamu lunasi. Anggap saja itu bayaran ka
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status