Semua Bab Malam Pertama Dengan Majikan : Bab 31 - Bab 40
91 Bab
Bab 31
Aku menoleh ke sumber suara. Ternyata Ardi dan Meli, mantan kekasih serta mantan sahabatku dulu. Ya, dulu aku memang menjalin hubungan dengan Ardi, namun ternyata harus kandas karena Meli berhasil merebutnya. Nangis? Tentu. Aku gadis desa, menikah di umur sembilan belas tahun itu sangat lah wajar. Waktu itu sudah ada niat untuk menikah, pun pembicaraan Ardi dengan keluargaku. Nyatanya? Aku harus menelan pil pahit kekecewaan saat mendengar Ardi dan Meli menikah satu bulan kemudian karena Meli hamil duluan. "Eh, Meli, Ardi." "Ini, suamimu?" tanya Meli, tatapannya tak lepas dari suamiku. Aku mengangguk, lalu mengamit lengan Mas Andra. Belajar dari kesalahan. Aku memang sudah memaafkan Meli, tapi bukan berarti aku akan bisa kembali dibodohi."Anak kalian mana?" tanyaku, langsung pada inti. Mereka berdua menunduk, sementara Mas Andra menatapku. Ada apa dengan mereka? Bukankah dulu menikah karena hamil duluan? "Anak kami meninggal, Ning," jawab Ardi."Oh, begitu. Kenalkan, ini suami
Baca selengkapnya
Bab 32
"K-kino!" Bau alkohol menguar dari mulutnya. Astaghfirullah! Apakah ia tengah mabuk? Aku menatap ke sekitar, lalu memapah dia yang sepertinya teler menuju kamarnya. "Assalamu ... 'alaikum," ucap Mas Andra saat masuk ke dalam kamar. Ucapan salamnya terjeda karena melihatku yang tengah memapah adiknya. "Nining, apa yang kamu lakukan? Kalian bukan mahram!" ucap Mas Andra sambil menyingkirkanku dari samping Kino, sampai punggung ini menabrak lemari kaca. "Ma-maaf, Mas." Mas Andra hanya diam saja, lalu ia menggantikanku yang tadinya memapah Kino, masuk ke dalam kamarnya. Aku masih termenung, kenapa juga aku tak kepikiran tentang itu? Mas Andra keluar, raut wajahnya terlihat tak bersahabat. Ya Allah, apakah dia marah? "Mas!" panggilku, namun ia tak menghiraukannya dan naik ke atas. Kuikuti langkahnya, lalu terhenti saat Mas Andra justru menutup pintu dengan kencang. Tepat ketika aku sampai di depan pintu kamar. "Astaghfirullah," ucapku karena terkejut dengan suara pintu. Aku berdi
Baca selengkapnya
Bab 33
"Mas trauma melihat istri Mas bersama pria lain. Jangan sampai, kamu juga seperti Rosa. Rasanya Mas nggak sanggup kalau itu terjadi lagi, Ning. Mas mohon." Aku tersenyum. Lalu melepaskan tangan Mas Andra dan duduk di sampingnya. Kupegang erat tangannya, lalu mengusap pelan air mata itu. "Mas, nggak mungkin Nining mau begitu saja meninggalkan Mas Andra. Mas itu paket komplit," ucapku. "Kamu kira, Mas ini makanan?" ketusnya. Aku terkekeh. "Ibarat sebuah makanan, Mas itu adalah paket komplit. Ada bahan utamanya, bumbunya, minyaknya. Bahan utamanya, Mas baik, menjaga Nining dengan sepenuh hati. Bumbunya, Mas perhatian, peduli, dan juga pengertian. Minyaknya, Mas itu tampan dan juga kaya," ucapku. Mas Andra terkekeh, entah apa yang membuatnya tertawa seperti itu. Apa ada yang lucu? "Ning?" panggilnya. "Ya?""Sejak kapan kamu pandai menggombal?"Blush! Astaga, malunya! Tok-tok! "Ya?" "Bu, sarapan sudah siap. Ibu dan non Keysha sudah menunggu di meja makan," ucap Bik Minah. Asta
Baca selengkapnya
Bab 34
Sore hari. Mas Andra mengajak kami semua untuk makan di luar. Ya kami semua, tanpa terkecuali. Termasuk para asisten rumah tangga. Ini yang membuatku jauh lebih kesengsem padanya. Kebaikannya tak terkira, pada mereka yang sudah sangat dikenalnya. Hanya satu kejelekannya. Dingin dan jutek. Itu pun saat aku belum terlalu dekat dengannya. Sekarang? Aku malah rasanya pengen ngejauh, dianya nempel mulu. Huaaa. "Papa, kenapa tangan Mama dipegang mulu?" tanya Keysha yang duduk di tengah bersama Oma dan Omnya.Aku menunduk. Malu pada Ibu yang sedari tadi tersenyum. Aku sudah mencoba melepaskan tangan ini, namun semakin aku melepaskan, semakin kuat pula Mas Andra menggenggam. "Iya ya, Key. Kaya mau nyebrang aja gandengan," ucap Kino sambil meledek kami. Seketika aku menatap ke arah Mas Andra, senyum di wajahnya seketika lenyap begitu saja. "Soalnya sekarang penculik nggak cuma di jalanan aja, di mobil pun bisa. Jadi, lebih baik Papa pegangin tangan Mama. Soalnya Key kan sudah ada Oma,"
Baca selengkapnya
Bab 35
Kami semua menoleh, terlihat Mbak Rosa dengan senyum mengembang tengah berdiri di dekat Mas Andra yang duduk di pinggir. Ah, aku jadi menyesal sudah menyuruhnya untuk duduk di pinggir. "Kok diam? Aku nanya, loh," ucap Mbak Rosa karena tak ada satu pun suara dari kami yang mdnjawabnya. "Mbak Rosa bisa melihat kami di sini, tentu lah kami ada di sini. Kalo tidak, apa Mbak pikir kami ini arwah? Maaf, Mbak, lebih baik Mbak duluan saja," jawabku pada akhirnya. Mas Andra tersenyum, hampir saja tertawa jika tidak aku cubit pahanya. "Dih, kamu nyumpahin saya mati, Ning? Nggak lah ya, nanti Mas Andra malah nangis bombay karena di dunia ini nggak ada yang kaya aku. Ya kan, Mas?" tanya Mbak Rosa sambil memeluk lengan Mas Andra. Anehnya, lelaki itu malah diam saja. Seolah menerima perlakuan Mbak Rosa yang sudah di luar batas. "Mbak, sudah bukan mahramnya. Jangan nempel gitu lah," ucap Kino, seakan membelaku. "La h, aku ini masih istri Mas Andra loh. Ya meskipun secara hukum saja. Tapi aku in
Baca selengkapnya
Bab 36
Kusentak tangannya kasar. Lalu tersenyum sinis padanya, sepertinya Mbak Rosa terlalu menganggapku remeh. Pengalaman kekasihku direbut dulu, membuatku sedikit berani untuk melindungi apa yang telah menjadi milikku. "Mbak mengancam? Coba saja kalau bisa. Buat Mas Andra mencintaimu lagi. Kamu ini sudah seperti tak ada harga dirinya saja, Mbak. Sudah tak laku kamu sampai mencoba menggondol milik orang? Ah iya aku lupa, kalau kamu masih laku, tentu kamu takkan sampai open bo, ya?" tanyaku, masih dengan nada sinis dan tatapan meremehkan. Wajah Mbak Rosa seketika menegang mendengar ucapanku. Heh, dia pikir, aku ini terlalu polos hingga tak tahu apapun? "Atau jangan-jangan, dia pasanganmu yang sudah membookingmu, Mbak? Kalo aku jadi kamu sih jijik, lihat saja perut dia yang buncit, kumisnya yang berantakan. Tapi demi uang, kamu mengesampingkan itu. Dan yang utama, kamu lupa Allah pasti melihat semua perbuatanmu? Bertaubat lah, Mbak, sebelum akhirnya Allah mencabut nyawamu," ucapku, lalu be
Baca selengkapnya
Bab 37
Mas Andra terkekeh, mungkin dikiranya aku sedang bercanda. Aku memang tak memberi tahu soal pembicaraanku dengan Mbak Rosa waktu di restoran tadi, karena aku beralasan ke toilet dulu sebentar. "Kenapa?" tanyanya sambil merengkuh tubuhku. "Pusing, Mas." "Rosa?" Aku mendongak. Apa dia bisa membaca pikiranku? Ngeri juga kalo iya. "Kok Mas nebaknya gitu?" Mas Andra tersenyum, tubuhnya semakin dirapatkan padaku. "Maafkan Mas ya, Ning.""Tak perlu minta maaf, Mas. Semuanya aku jalani dengan ikhlas," jawabku. Mas Andra tersenyum, kemudian mengajakku untuk pindah ke kamar atas karena Keysha sudah terlelap. Mas Andra membawaku ke peraduan, namun saat hendak naik ke atas ranjang, sesuatu terasa dari perut. Astaghfirullah."Ning, kenapa?" tanya Mas Andra. "Mas, sakit," lirihku. "Apanya?" "Aw, Mas!" "Ning? Nining? Kamu kenapa?""Perutku sakit. Aw!" Mas Andra nampak panik, ia segera keluar. Ya Allah, kenapa semakin lama semakin terasa sakit? Lalu pandanganku menggelap. --Aku terban
Baca selengkapnya
Bab 38
Mas Andra terus menatapku, ditambah kini dengan tatapan setajam elang. Membuatku menghela napas dan akhirnya mengalah. "Jadi, tadi itu aku nggak ke kamar mandi, Mas," ucapku mengawali. "Ya, Mas tahu." Aku membeliakkan mata. Dia, tahu? Sungguh? Aku mengerjapkan mata sekali lagi. "Benar, Mas?" "Ya, kamu berbohong. Karena saat kamu tak kunjung kembali, Mas mengecek ke dalam. Ternyata kamu sedang bersama Rosa. Awalnya Mas ingin mendekat, takut jika ia melakukan hal yang buruk. Tapi kemudian Mas sadar, kalau kamu bukan lagi anak kecil yang harus dijaga dua puluh empat jam. Tapi, Mas menyesal karena telah mengambil pilihan itu. Andai saja, Mas nggak ninggalin kamu, mungkin saat ini kamu takkan di sini," ucap Mas Andra sambil menundukkan kepalanya. Kuusap kepalanya, lelaki sedingin kulkas itu telah pergi. Berganti dengan sesosok suami yang teramat peduli pada istrinya. Dan aku bangga, sudah bisa mengubah sikapnya padaku, menjadi selembut ini. "Ini bukan salah Mas. Memang semua ini sa
Baca selengkapnya
Bab 39
"Lain kali jaga kesehatanmu, Ning. Jangan hiraukan Rosa. Ibu ga suka, selain membahayakan kehamilanmu, Ibu juga ga suka dia mengusik keluarga kita," ucap Ibu setelah Keysha dibawa pergi Sinta. "Iya, Bu. Maafin Nining ya, kemarin lepas kontrol." "Iya. Ibu sudah mengirimkan supir ke kampung kamu, Ning.""Loh? Ngapain, Bu?" "Ya jemput keluargamu, lah. Jangan bikin mereka khawatir karena memikirkan kamu yang masuk rumah sakit. Mending mereka datang, melihatmu secara langsung. Lagipula, semenjak pernikahan kalian, Ibu belum bertemu lagi dengan keluargamu." "Tapi, apa nggak papa, Bu? Nanti repotin." "Hus, kamu ini kaya sama siapa aja! Ibumu itu kan keluarga Ibu juga. Jadi jangan ngomong kaya gitu lagi, ya?" "Hehe, iya, Bu." Pukul dua belas siang, Ibu, Keysha dan Sinta pulang. Tentu saja setelah drama Keysha nangis karena tak mau pulang. "Kamu apakan sih Keysha itu, Ning? Lengket banget sama kamu?" tanya Mas Andra. "Jangankan Keysha, papanya aja bisa lengket banget. Padahal dulu kan
Baca selengkapnya
Bab 40
"Key mau ke bawah dulu ya, Ma." "Key sini saja. Nanti kita ke bawah bareng. Mama mau ke kamar mandi dulu." Anak itu mengangguk. Dorongan untuk buang air besar kian terasa karena seharian ini memang belum membuang hajat. Saat keluar, tak kudapati Keysha di atas ranjang. Hemm, bocah itu memang selalu saja kepo. Dengan pelan, aku menuruni tangga. Terlihat Ibu tengah terduduk lemas, sementara Bik Minah di sampingnya. Aku mendekat pada Desi dan Sinta yang bersembunyi. Selepas mengantarku, Mas Andra pamit mau ke kantor sebentar. Mengingat jam menunjukkan pukul tiga, masih ada sisa satu jam sebelum kantor tutup. "Kalian ngapain di sini?" tanyaku saat sampai di bawah. "Eh, astaghfirullah. Ibu, ngagetin aja!" ucap Sinta sambil mengelus dadanya. Aku nyengir, rasa bersalah menyergap. Harusnya aku tak mengejutkan mereka. Tapi penasaran juga, kenapa Ibu sampai begitu? "Ada apa, Des?" "A-anu, Bu...""Anu apa?" Aku semakin penasaran. "Keysha mana?" tanyaku lagi karena mereka terlihat gugup
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status