All Chapters of Menjadi Istri Kedua Mantan Mertua: Chapter 11 - Chapter 20
689 Chapters
Lancang
Bab11Langkahku tergesa, menuju ke kamar kami, agrrhhh, berani sekali dia.Sesampainya aku di depan pintu kamar kami yang terbuka, terlihat sosok wanita itu, berdiri di depan meja rias milikku."Ngapain kamu di kamar kami? Lancang sekali," ucapku, mengejutkan wanita itu.Aku memandangnya dari atas hingga bawah. Delia mengenakan celana leging hitam ketat, juga bra sport, dan jaket yang tidak dia kancing.Sepertinya dia ingin mengajak suamiku jogging."Aku ingin membangunkan calon suamiku," sahutnya santai, sembari berjalan, menuju ke arah kasur, tempat mas Andre masih terlelap."Keluar!" bentakku. "Dasar wanita tidak tahu malu," lanjutku tersulut emosi.Wanita itu bukannya keluar, malah tersenyum menyeringai, seolah sedang mengejekku."Mas," ucapnya sembari berniat duduk di kasur, samping suamiku terlelap.Dengan cepat, aku menarik lengannya dengan kasar dan mendorong wanita itu hingga terjatuh."Keluar! Dasar tidak tahu malu," teriakku lagi dengan keras, membuat mas Andre terbangun da
Read more
Pikiran Licik
Bab12"Dasar lebay," ejek Ibu lagi."Kamu, bisa nggak sih menciptakan rumah ini sedikit saja ketenangan? Selalu saja membuat masalah sama El, heran." Ibu tercengang mendengar ucapan Ayah. "Wanita mandul ini yang mulai, pagi- pagi sudah bertengkar sama Delia, sampai berani mendorong Delia dengan kasar," jelas Ibu, tidak mau Ayah membelaku.Aku semakin terisak dengan sengaja. "Ayah maafkan aku. Aku hanya tidak senang, Delia begitu lancang memasuki kamar kami tanpa izin. Biar bagaimana pun juga, kamar adalah privasi, yang tidak boleh sembarang orang memasukinya," jawabku lemah tanpa daya.Ayah nampak menatap Delia."Hey, dia bukan orang sembarangan! Delia calon istri Andre, menantu di rumah ini," bela Ibu Delima dengan suara keras padaku."Del, pulang!" titah Ayah, membuat Ibu kembali terkejut, begitu juga dengan Delia dan mas Andre."Sebagai perempuan baik- baik, seharusnya kamu tahu batasan dan adab dalam bertamu ke rumah orang," lanjut Ayah nampak kesal. Mampus kau Delia."Belain sa
Read more
Ditalak
Bab13"Ibu, ada apa?" Terdengar suara teriakkan mas Andre. Aku bangkit dari dudukku dan berjalan cepat ke ruang utama yang menghubungkan tangga menuju kamar Ibu.Aku melihat ke lantai 2, terlihat mas Andre sedang berdiri di depan pintu kamar orang tuanya. Kemudian pintu kamar terbuka, muncul sosok Ibu yang begitu sangat emosi."Kamu ceraikan dia sekarang juga! Atau Ibu akan coret nama kamu dari kartu keluarga!" ancam Ibu kepada mas Andre.Aku masih terdiam, kemudian terdengar langkah kaki, mendekat ke arahku. Aku menoleh, terlihat Ayah dengan santai berjalan."Wanita mandul itu hanya benalu bagi keluarga ini, ceraikan dia," tegas suara Ibu. "El," sapa Ayah. Aku menoleh ke arahnya dengan mata berkaca- kaca."Iya, Yah."Kami berdua berdiri di depan tangga. "Kamu yakin tetap bertahan?" tanya Ayah, dengan lekat menatapku.Entah mengapa, Ayah begitu peduli padaku. "Apapun keputusan mas Andre, kali ini El akan ikuti," jawabku."Termasuk bercerai?" "Ya." Aku mengangguk pelan.Kemudian te
Read more
Dasar Aneh
Bab14"Sudah siap?" tanya Ayah, yang tiba- tiba berdiri di depan kamar kami."Ada apa? Apakah Ayah akan membawa Elea?" tanya mas Andre, dengan raut wajah tak suka."Hhmmm, ya." Ayah menyahut santai.Mas Andre menatap Ayah dengan serius. "Ada apa sebenarnya ini? Mengapa Andre merasa, ada yang aneh dari sikap Ayah. Kesannya berlebihan sekali kepada El."Ayah tersenyum. "Kamu cemburu?""Tidak.""Lalu?""Ayah. Ingat, jika Ayah seperti ini, itu akan memperburuk hubungan Ayah sama Ibu.""Oh." Ayah hanya menyahut singkat kemudian pergi meninggalkan mas Andre yang menatap penuh kekesalan.Brakkk .... mas Andre menendang koperku begitu saja, membuatku sangat terkejut."Ada apa antara kamu sama Ayah? Apakah kalian ada hubungan spesial?" teriak mas Andre padaku. Apa dia sudah gila? Seenaknya menuduhku. Aku berdiri dengan emosi."Dasar gila, kamu yang bermain, kamu pula yang menuduh hal keji kepada orang lain. Asal kamu tau, aku tidak sejahat kamu," sahutku tak kalah keras."Gila? Kamu berani se
Read more
Tertawa Bersama
Bab15"Bu!!" bentak Ayah. "Jaga sikap kamu! Jangan keterlaluan," lanjutnya dengan emosi."Ayah! Lama- lama Ibu curiga sama Ayah dan Elea. Apa jangan- jangan, kalian main gila di belakang kami?"1Ayah tiba- tiba terkekeh. "Kamu takut?" "Apa maksud Ayah?" Mas Andre menimpali."El, mari kita pergi," kata Ayah dan langsung meraih tanganku membawaku pergi dari rumah mewah itu. Terdengar suara tangisan Ibu yang begitu keras. Ayah mengabaikannya begitu saja, dan tetap membawaku pergi menuju mobil.Di perjalanan, Ayah tidak banyak bicara. Aku pun sama, masih tetap diam.Tiba- tiba muncul berbagai pertanyaan, yang membuatku penasaran."Ayah," panggilku pelan, sembari meliriknya sebentar."Hhhhmmm, ada apa?""Mau kemana kita?" "Nyari kontrakkan," jawabnya singkat."Boleh El tanya lagi.""Ya.""Apakah mas Andre bukan anak kandung Ayah?" Ayah tersenyum."Soalnya dari masalah yang sering terjadi, Elea penasaran dengan ucapan Ayah waktu itu, bahwa Ibu juga tidak bisa memberikan keturunan. Maaf,
Read more
Pesan
Bab16"Bagaimana? Apakah ini nyaman untukmu?" tanya Ayah, ketika membuka pintu utama."Hhhmmm, nyaman sekali. Terima kasih, Ayah." Aku berkata sembari tersenyum."Masih bersedih?""Insya Allah tidak, perlahan El akan mencoba lebih ikhlas lagi. Yakin, semua ini adalah yang terbaik untuk El, juga mas Andre."Ayah tersenyum. "Sok dewasa," ledeknya dan itu membuat aku cemberut. Ayah kemudian menyeret koperku dan membuka kamar. Di rumah minimalis ini, terdapat dua kamar. Hanya saja, kamar pertama lebih besar, dan kamar kedua terlihat lebih kecil."Ini kamar utamanya, sudah di lengkapi lemari dan beberapa perabotan lainnya.""Keren sih kontrakkan ini, pasti mahal per bulannya," celetukku, sembari memindai isi dalam rumah."Lumayan! Saya sudah bayar selama 1 tahun. Jadi, kamu aman selama 1 tahun ke depan.""Ayah baik sekali, maaf, jika El banyak merepotkan," ucapku sedikit menunduk."Tidak masalah dan tidak perlu dibahas. Jadi, angkat wajahmu," tegas Ayah. Mendengar itu, aku akhirnya menga
Read more
Percaya Diri
Bab17Sambil menunggu pesan balasan yang sudah tercentang biru itu, tanda pesanku sudah Beliau baca, aku beralih kepada pesan mas Andre.[ El, angkat telepon Mas .... ] mohonnya.[ El, di mana kamu sekarang? Tolong jangan seperti ini. Bagaimanapun juga, kamu masih berstatus istriku. ]Aku mengernyit membaca pesan ini. Dasar lelaki aneh! Dia yang menceraikan, dia yang mengusir, dia pula yang sibuk mencari. Kok, aku bisa bertahan dengan dia, ya?[ El, kita perlu bicara lagi. ] Itu adalah pesan terakhir darinya.Tiga pesan darinya kuabaikan. Untuk apa bicara lagi? No ....Yang sudah berakhir, maka berakhirlah. Bagiku, kembali ke mantan itu seperti memutar kaset yang sudah pernah kita tonton, ceritanya tetap akan sama.Ternyata setelah Ibu membaca pesanku, dia tidak membalas pesan di chat. Namun, panggilan telepon dari Ibu yang justru masuk. Melihat itu, aku tersenyum dan mengabaikan panggilan telepon itu.Satu, Dua, Tiga, dan akhirnya saat panggilan teleponnya yang ke-5 kalinya aku abaik
Read more
Bertemu Sahabat
Bab18Setelah kunjungan ayah itu, ayah semakin rajin mengunjungiku. Pagi sekali, Ayah lagi-lagi berkunjung. Untung saja, aku sudah membuat sarapan, entah mengapa aku malah membuat sarapan kesukaannya."Ayah!" seruku ketika membuka daun pintu."Sudah siap?" tanyanya, membuat aku mengernyit."Ke mana?""Daftar kuliah, ayo!" ajaknya."Serius? Memang Ayah nggak ngantor?" tanyaku masih dalam keadaan bingung. Mengapa Ayah semakin hari, semakin perhatian padaku?"Ngantor, setelah ngurus kamu!" sahutnya."Sarapan dulu, yuk!" ajakku refleks menarik tangan Ayah."Astaga, maaf." Aku gegas melepas tangan Ayah saat menyadari tindakanku. Namun, lelaki matang itu tersenyum manis ke arahku, oh astaga .... aku meleleh ini, tolong.Kami pun berdua berjalan menuju dapur dan duduk di meja makan walau hatiku masih deg-deg ser."Sarapan kesukaan saya? Hemm, saya yakin, kamu pasti sudah menunggu kedatangan saya ya," tebaknya penuh percaya diri."Ini kebetulan, Ayah," jawabku salah tingkah. Ayah hanya tersen
Read more
Penjelasan Erina
Bab19Kini kami telah berpindah tempat dan duduk di cafe bertiga. "Jadi, kak El ini menantu Kak Arya?" tanya Erina sembari terkekeh."Iya, mantan mertua lebih tepatnya," kataku memperjelas.Lagi-lagi Erina terkekeh. "Lagian, kenapa kak El mau sih dengan anak si Tante Delima itu?""Er," tegur Ayah."Namanya juga jodoh Er, mana kakak tahu jika akhirnya kami begini.""Jodoh apa apes sih, kak?" ledek Erina lagi. "Beda tipis lah, Er," kekehku. Dari dahulu, kami memang terbiasa seperti ini. Tidak ada sedikitpun, tingkah Erina yang berubah. "Perangi tante Delima itu memang kasar, kak Arya saja yang tetap kekeh menikahinya," ejek Erina, membuatku timbul rasa penasaran."Sudahlah, Er, jangan bahas dia di sini. Biar bagaimana pun juga, dia itu istri kakak.""Iya deh, yang bucin," ejek Erina lagi. Inginku tertawa, namun sekuat tenaga aku tahan."El kita balik saja, saya ada urusan," kata Ayah."Kakak balik saja duluan, nanti Kak El, Erina yang antar."Ayah melirikku. "Iya, nanti bareng Erina
Read more
Kamu di mana?
Bab20"Selama ini, kakak tahunya hanya mengirim uang saja. Dia bahkan tidak pernah menjenguk kami, selama 5 tahun pernikahan mereka." Erina terlihat sedih."Apakah Ibu Delima dan Kakakmu, tidak pernah meminta restu?""Kakak tidak pernah, tapi wanita itu pernah datang ke rumah.""Terus?""Ya gitu! Dia mengatakan, bahwa dia menantu keluarga Zubair Wiharja sekarang. Suka tidak suka, Ibu harus menerima kenyataan." Kini ekspresi Erina terlihat marah. "Begitu yang dia ucapkan?" tanyaku terkejut. Luar biasa sekali, Ibu Delima!"Iya, kak. Gila banget, kan?! Saat itu, aku tidak ada di rumah sih. Coba kalau ada aku, sudah kuhajar tuh Tante nakal.""Hust, orang tua itu," kataku terkekeh."Yang bilang dia muda juga nggak ada kak," sahut Erina sambil tertawa lepas.Kami berdua pun ngakak. Maaf saja, Bu. Bukan maksud hati mengejek orang yang lebih tua. Tapi, jika ingat kedzoliman Ibu selama ini, hatiku dongkolnya luar biasa."Tanggapin Ibu kalian bagaimana?" tanyaku lagi."Ya, Ibu langsung emosi,
Read more
PREV
123456
...
69
DMCA.com Protection Status