All Chapters of Ayah Untuk Anakku: Chapter 61 - Chapter 70
103 Chapters
Tragedi Depot Es Krim
Atma menatap tajam ayahnya, ia teringat pada tes dna yang kemarin ia lakukan, karena terlalu senang berada di antara Clarita ia sampai lupa mengambil hasil tes itu hingga berbulan-bulan. Tanpa banyak bicara, Atma berjalan keluar ruangan itu. Ia melewati ruang tamu mengabaikan keberadaan Danila yang menatapnya bingung. “Maaf ia ada telepon dari kantor dan harus segera diselesaikan,” ujar Mahen mencoba menjelaskan apa yang terjadi. Mobil pria itu melaju kencang menembus pengguna jalan lain, pagi itu jalanan tak terlalu ramai mungkin karena hari jum’at atau mungkin karena sudah bukan jam krusial lagi. Atma mencoba tenang mengendarai mobilnya. Ia tak mau terjadi hal buruk sebelum ia mendapatkan hasil tes dna-nya. Mobil silver terparkir rapi di halaman rumah sakit berjejer bersama dengan pengendara lainnya. Hari ini adalah jadwal terakhir check up untuk Yara. Clarita bersama Dean dan Byan kini berjalan di lo
Read more
Panggil Aku, PaBY
Clarita terkejut, ia terdiam sejenak. Byan menatapnya bingung. “Bukankah sudah jelas jika pria itu bukan ayah biologis dari anakmu? Sudah tak ada alasan lagi untuknya memaksamu menjadi miliknya ‘kan?” “Apa kamu lupa dengan ucapanmu kemarin?” tanya Clarita setelah mengumpulkan ingatannya. Byan mengerutkan keningnya sejenak. “Oh, tentang sifatnya?” balas Byan. Clarita mengangguk ia pun bertanya, “Kalau kamu sudah tahu tentu mengerti alasanku ‘kan?” Byan mengangguk mengerti ucapan wanita itu. Ia kembali melanjutkan aktivitasnya mengukur dan meminta Mang Asep membuatkan ruangan kecil untuk baby twin bisa menemani ibunya bekerja. Dering di ponsel Byan berbunyi, ia mengangkat sambungan telepon itu. “Hallo,” ujarnya seraya menempelkan benda pipih ke telinganya. “…”&nbs
Read more
Jadilah Pendampingku?
Belum sempat Bara dan Atma mendengarkan nama wanita itu, pintu lift sudah terbuka. Dengan terpaksa mereka berjalan keluar dan mengarah ke lobby rumah sakit. Bara dan Atma masuk ke dalam mobilnya masing-masing dan mengendarai menuju kantornya. Di tengah jalan ia tanpa sengaja melihat sosok Dean tengah berdiri di dekat halte sebuah kampus. Bara ingin menghentikan mobilnya namun ia mengurungkannya karena traffic light beruba warna ia pun mau tak mau melajukan mobilnya dan berputar sejenak. Saat ia kembali di halte , ia tak menemukan seorang pun, yang ada hanya kucing. Bara berdecak. “Lagi-lagi gue kelolosan!” ujarnya seraya melempar batu ke sembarang arah. Di lain tempat, Clarita tengah sibuk membuat adonan kue. Ia berlari ke sana ke mari untuk pesanan yang satu ini. Sebuah kue bertingkat dengan desain air terjun, sesekali ia memeriksa pesanan kue yang lain. Adzan dhuhur berkumandang, Clarita memerintah
Read more
Keluarga Bahagia dan Serasi
Atma terdiam mendengar pertanyaan pria itu, sejujurnya ia masih belum bisa menerima Danila sepenuhnya tetapi wanita itu selalu memperlakukannya dengan baik, memberikan perhatian lebih juga menemaninya di ranjang. Atma dirundung kegelisahan, ia bimbang dengan pilihannya. Di satu sisi ia ingin memiliki Clarita namun di sisi lain ia tak mau membuang Danila setelah ia pakai. “Secepatnya.” Hanya itu yang bisa ia ucapkan setidaknya ucapan Atma berhasil membuat wanita di atas tubuhnya kembali bergerak ke kanan dan kiri membuat Atma mabuk kepayang. Ia pun menerima pemberian Danila dengan senang hati, pikirannya tentang Clarita seakan menguap bersama desahan yang keluar dari mulutnya dan bibir Danila. Hari semakin senja, hari ini Clarita, Dean dan Byan berencana untuk menghabiskan akhir pekan di mall. Karena Clarita juga Dean setuju untuk menemani pria itu ke acara pesta ulang tahun perusahaan Brahma yang akan diselenggarakan di hotel ber
Read more
Memutuskan Komunikasi
Byan mengecup puncak kepala Clarita kemudian melingkarkan lengannya di pinggang wanita itu seakan mengatakan jika Clarita adalah miliknya. Atma yang melihat itu mengepalkan jemarinya, ia tak terima jika ada pria lain yang menyentuh Clarita. Berbeda dengan Atma, Clarita justru merasakan kupu-kupu perutnya berterbangan, hatinya menghangat. Ia pun mengangguk dan kembali menegapkan tubuhnya. “Mau ke tempat lain?” tanya Byan lembut. Clarita menggeleng pelan, ia berkata jika mulai hari ini ia akan berani menghadapi pria itu. Toh ia tak ada lagi alasan untuk mendekatinya atau memaksa Clarita menjadi miliknya. Byan mengangguk, ia kemudian menyerahkan credit cardnya pada Clarita. Clarita melakukan transaksi pembayaran di kasir, saat mereka akan keluar dari toko itu dan hendak pulang, Atma dan Bara mencegatnya. “Tunggu!” teriak Atma menghentikan langkah kaki mereka. Clarita menarik napa
Read more
Mengabaikan Hawa Panas
“Kenap –“ Ucapan Clarita terpotong kala ia mengikuti arah pandang Dean. Di sana berdiri dua orang pria dengan seorang wanita yang memakai pakaian kaos oblong dan celana pendek yang tertutup panjang kaosnya. “Danila,” lirih Clarita nyaris tak terdengar. Tangannya menggenggam erat pegangannya pada Byan. Yang yang mengerti pun mengusap punggung tangan Clarita menggunakan ibu jarinya. “Tenang, ada aku dan Dean,” lirih Byan membuat Clarita mendongak, wanita itu menatap Byan dalam-dalam mencari kesungguhan dari ucapan pria yang berbeda 5  tahun darinya. Clarita tak menemukan sedikit pun rasa ragu di manik abu Byan, yang ia temukan justru ketulusan dan keteduhan. Clarita mengangguk. Ia menyentuh lengan Dean sejenak, wanita muda itu tersentak ia menoleh ke arah Clarita. Wanita itu mengulas senyum.”Kita ke sana yuk. PaBy pasti lapar,” ujar Clarita mengalihkan perhatian De
Read more
Bismillah, Meminangmu
“Ah maaf, silakan diambil saja,” ujar Clarita setelah berhasil menetralkan keterkejutannya. Ia berusaha bersikap senormal mungkin. Dibalik tubuh wanita paruh baya itu berdiri seorang pria dengan kacamata khas miliknya. Clarita mengangguk sopan, ia hendak berbalik namun sebuah lengan berhasil mencekal lengannya. “Kamu tidak rindu kami?” tanya wanita itu dengan suara bergetar. Clarita berusaha sekuat tenaga untuk mengabaikan rasa sedih, kecewa dan marah yang membuncah di benaknya. “Maaf saya buru-buru,” ujar Clarita melepaskan cengkraman wanita itu. “Cla, jadi beli yang mana?” tanya Byan seraya mendekati Clarita pria itu segera merengkuh tubuh Clarita dan merangkul bahunya. Byan berpura-pura tak menyadari kehadiran Brahma di sana. “Gak jadi kok, kita cari di tempat lain saja.” Clarita mengulas senyum manisnya. Dean menatap
Read more
Langit dan Laut Menjadi Saksi
“Mbaa,” rengek Dean seraya menutup wajahnya. Ia malu dengan tampilan wajah yang tak berbentuk seperti itu, belum lagi maskara yang luntur akibat tangisannya. “Ya sudah kamu hapus dulu saja, nanti biar mba bantu make up ya?” tawar Clarita menerbitkan senyum manis di wajah Dean. Wajah yang ayu itu menatap Clarita senang. Byan tersenyum melihat tingkah adiknya yang begitu manja terhadap Clarita. Hari semakin larut, kini Clarita tengah mempersiapkan keperluannya. Ia menggantikan pakaian bbaby twin, setelah itu mengganti pakaiannya dengan dress yang kemarin ia beli bersama Byan. Dress yang cantik dengan potongan dan hiasan yang tak terlalu mewah namun tampak elegan itu melekat dengan manis di tubuh Clarita. Setelah kain dengan model khusus itu telah melekat di tubuhnya, kini ia berjalan ke meja rias. Ia menatap alat make up yang ia punya, ia tersenyum senang karena akhirnya ia berhasil membeli kembali
Read more
Olahraga Panas
Byan menatap pria itu, ia tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Ia kemudian mengajak pria itu bergabung dengannya ia terus menatap pria yang datang dengan seorang wanita berusia sekitar 40an, wanita itu tampak anggun menggunakan dress berwarna biru muda, dengan tatanan rambut yang terlihat pas dengan usianya. Wanita itu melempar senyum pada Clarita yang berada di samping Byan. “Cla, kenalin ini Tante Anjani dan ini Pak Davin, mereka salah satu rekan bisnis aku,” ujar Byan mengenalkan sepasang suami istri lanjut usia itu. “Clarita, Tante Om.” Clarita mengangguk sopan. Raut wajah Davin dan Anjani tampak tegang, ia menatap Byan seolah meminta pria itu meminta penjelasan. “Em, bagaimana jika besuk malam, Pak Davin dan Bu Anjani mampir ke rumah saya, yah agar kita lebih dekat saja.” Byan menawarkan makan malam pada mereka. “Oh dengan senang hati. Saya akan dengan
Read more
Minus Manner dan Attitude?
“Maksudku, biarkan mereka menyelesaikannya sendiri. Kita awasi saja dari sini. Bagaimana pun juga Dean sudah tumbuh dewasa. Kita sebagai yang di atasnya hanya bisa memberi masukan, perihal apapun hasil perasaan Dean kita serahkan padanya.” Penjelasan Clarita menyadarkan Byan. “Kita pantau dari sini saja, ya?” tanya Clarita menatap Byan lembut dan teduh.   Akhirnya Byan pun mengalah, ia mengangguk dan kembali menutup pintu mobil. Pria itu menatap tajam mobil Bara yang terparkir di depan halte kampus. Dari kejauhan Byan dan Clarita melihat interaksi Dean dengan pria itu. Mereka berbincang dengan raut wajah serius, Dean tampak berdiri dengan tegap. Ia tak pernah melihat adiknya mampu berdiri di depan orang terlebih pria dengan begitu tegap dan tegas.   Tak lama, Dean berjalan menjauhi pria itu ia berjalan menuju mobil Byan dan mengetuk pintu mobil kakanya. “Kenapa?” tanya Byan. Dean enggan menjawab wanita muda itu hanya diam dan termenung.
Read more
PREV
1
...
56789
...
11
DMCA.com Protection Status