Semua Bab Kami Bisa Tanpamu Mas: Bab 71 - Bab 80
106 Bab
Bab 71 | Menebar Fitnah
Sebelum ini, mereka juga sempat menaruh belatung ke dandang bubur jualanku, sehingga banyak pembeli yang complain dan enggak balik lagi untuk membeli. Kufikir setelah aku memaafkan dengan bersyarat tidak diulangi lagi saat itu, mereka sudah kapok, ternyata kini mereka berani berulah lagi.Kali ini aku tidak akan diam lagi, ibu mana yang mau dipisahkan dari anak kandungnya, padahal secara resmi pengadilan sudah memberikan hak asuh anak-anak kepadaku. Aku harus membahas hal serius ini kepada mas Jazirah, agar dia bisa mengurus keluarganya agar tidak selalu menggangguku dan anak-anak.===================================================Mas Jazirah mengangkat telponku, kali ini aku mendengar ada yang berbeda dari nada bicaranya yang pertama, seperti orang yang kelelahan, entahlah, atau hanya perasaanku saja, yang jelas aku sudah menginterogasinya dengan pertanyaan-pertanyaan seputar yang Langit adukan kepadaku. Aku sungguh tidak keberatan jika pada akhirnya mas Jazi menikah lagi, namun ya
Baca selengkapnya
Bab 72 | Meminta Kesempatan
“Ini bude uangnya,” kataku seraya menyerahkan uang kertas berwarna merah satu lembar.”“Eh, Gi, kata mantan mertuamu, emang kamu ngerebut semua harta yang Jazirah punya ya? Makanya kamu bisa bikin warung bubur besar begitu?” tanya Bude Rum, seraya memberikan uang kembalian kepadaku. Berita apa lagi ini?===================================================“Bu Sunarni bilang begitu, Bude?” tanyaku memastikan.“Iya, dia sendiri yang bilang begitu di depan para ibu-ibu pas lagi pada belanja di sini,” Astaghfirullah, ibunya mas Jazirah benar-benar keterlaluan, sepertinya mereka tidak ada kapoknya dalam mengusik hidupku. Seenaknya menyebar fitnah.“Gini ya, Bude. Bude sendiri kan tau, waktu saya masih jadi istri mas Jazirah, hidup kami itu pas-pasan. Saya sampai sering ngutang bahan makanan di warung Bude itu karena apa? Karena uang yang mantan suami saya berikan tidak cukup jika harus melebihi batas kepulanganya, jadi sehari saja dia telat pulang, maka bisa dipastikan saya dan anak-anak ak
Baca selengkapnya
Bab 73 | Diterima
“Kesempatan apa?” “Kesempatan untuk mencoba membuka hati saya, untuk menerima mas Riza terlibat dalam setiap keputusan yang saya ambil, kesempatan untuk menjadikan mas Riza sebagai tempat saya berdiskusi mengenai kehidupan saya ke depannya,” ucapku tidak yakin, jujur saja, aku tidak paham mengapa lidahku yang biasanya kelu bila berbicara dengannya, kini menjadi selancar ini.===================================================POV RizaTubuhku menegang kala mendengar kalimat yang baru saja keluar dari mulut Gianira, sungguh, aku masih tidak percaya dengan yang kudengar barusan. Dia mengatakan ingin diberikan kesempatan untuk membagikan kisahnya kepadaku. Ini luarbiasa, Gianira si wanita sholehah yang pemalu itu akhirnya mengatakannya.Aku menoleh kepadanya, melihatnya masih menunduk melihat lantai, ah, terlalu banyak harap kau, Za! Kau fikir dia akan memandangmu penuh cinta dan harap? Mimpi! “Bisa kamu ulangi sekali lagi, saya tidak jelas mendengarnya,” kataku akhirnya, mencoba untuk
Baca selengkapnya
Bab 74 | Fikiran Riza
“Insya Allah saya menerima niat mas Riza untuk menjadi suami saya dan juga ayah sambung untuk Langit dan Bumi,” ucapnya mantap, masih dengan menatap wajahku. Ada yang berbunga di dalam taman hati ini, mendengarnya mengatakan bersedia menjadi istriku itu, bagaikan runtuhnya gunung es yang bertahub-tahun bersemayam di dalam diriku. Aku sangat bahagia, karena akhirnya dia menerimanya, menerima diruku untuk masuk ke dalam hidupnya. Menerimaku untuk menemaninya mengabiskan hari-hari bersama dengan anak-anak kami. Tidak akan pernah ku sia-siakan kesempatan emas yang ku dapatkan ini. Akan ku balas semua dengan pengabdian yang sempurna untuk nya dan untuk keluarga kami. Selamanya.===================================================POV GianiraYa, akhirnya aku memutuskan untuk menerima Mas Riza menjadi suamiku, rasanya sudah cukup aku mencoba menahan diri, untuk berpura-pura tidak peduli dengan perasaanku dan perasaannya.Selama ini aku hanya ingin menjaga jarak dengannya, agar aku dapat mey
Baca selengkapnya
Bab 75 | Mengaku-ngaku
“Enak apanya?”Tiba-tiba Mas Riza mendekat kepadaku, menjulurkan kepalanya mendekati wajahku, aku sudah khawatir dia akan melakukan hal yang dilarang agama, namun yang dia lakukan justru membuatku terbelalak karena ucapan yang dia bisikan ke telingaku.“Enak pas bikinnya,” bisiknya pelan, kemudian pergi meninggalkanku sambil tertawa keras. Dasar otak mesum!!===================================================POV RizaHatiku sangat berbunga-bunga, membayangkan sebentar lagi aku akan melepas status dudaku dan menikah dengan Gianira. Seorang janda sholehah yang usianya lebih muda dariku, ya, usia kami terpaut lima tahun, sepertinya dia menikah muda saat bersama Jazirah dulu, pantas, mudah sekali dia menuruti keinginan Jazirah untuk menikah padahal tidak mendapatkan restu kedua orangtua Jazirah.Apa mungkin dulu Gianira terlalu cinta dengan Jazirah, sehingga rela menikah di usia belia? Aku tidak mau ambil pusing, yang jelas sebentar lagi Gianira akan menjadi milikku, tanggung jawabku un
Baca selengkapnya
Bab 76 | Hitung-hitungan
"Yaudah, saya mau pergi lagi, nanti kalian tutup aja sesuai jam operasional kita, ya!” kataku lagi, sebelum pergi meninggalkan Vina.Aku berjalan menghampiri Mas Riza dan Rima yang sibuk dengan ponsel mereka, kemudian meminta tolong kepada Mas Riza untuk mengantarku ke rumah orang tua mas Jazirah.“Mas, bisa antarkan saya ke rumah bu Sunarni?” ===================================================Mas Riza tampak berkedip beberapa kali saat mendengar permintaanku, untuk diantarkan ke rumah mantan ibu mertuaku tinggal, namun tanpa membantah, Mas Riza langsung menuruti keinginanku, kami bersama-sama keluar dari warung menuju mobil miliknya, berkendara dengan kecepatan sedang menuju ke sana.Sepanjang perjalanan, dadaku berdebar-debar, memikirkan kalimat apa yang akan ku keluarkan untuk membuat mantan mertuaku dan keluarganya jera. Aku sungguh takut jika sampai emosi membuatku lupa diri dan menyakiti mereka dengan ucapanku, bagaimanapun mereka adalah keluarganya mas Jazirah, ayah dari anak
Baca selengkapnya
Bab 77 | Pemotretan
“Apa syaratnya? Cepatlah!”“Saya akan mengganti rugi semua uang yang kamu berikan selama pernikahan kita, tapi dengan syarat, kamu kembalikan semua pelayanan yang sudah saya berikan kepadamu selama kita menikah, termasuk kembalikan keperawan*n saya, yang kamu ambil di malam pertama pernik*han kita,” tekanku di setiap kata yang kuucapkan. ===================================================Kulihat mata Mas Jazirah membulat sempurna mendengar syarat yang kuberikan kepadanya, hah, biar tau rasa kamu, Mas. Kamu fikir hidup ini gratis? Enak saja! “M-maksud kamu a-apa. Gi?” tanya Mas Jazirah tergagap, membuatku tersenyum geli dibuatnya.“Saya rasa mas paham dengan maksud yang saya inginkan, gimana?” sahutku enteng.“Aku enggak mengerti, Gi, gimana cara saya mengembalikan semua itu?”“Itu bukan urusan saya, Mas, oh, ya jangan lupa! Sekalian kamu bayar juga, jasa sewa rahim selama sembilan bulan dikalikan dua anak, beserta biaya melahirkan, saat itu saya bertaruh nyawa lho untuk melahirkan
Baca selengkapnya
Bab 78 | CCTV
“E-eeh, Mas! Bukan begitu maksudnya, tapi . . .” ucapannya terjeda, sepertinya dia malu untuk mengakui sesuatu.“Tapi apa, Ar? Enggak perlu dipaksakan, tenang aja!”“Enggak, Mas, anu, sebenernya saya mau banget, kalau di jodohin sama Rima, Mas, sudah lama saya suka sama dia,” hah kan, terbuka juga keranmu anak muda.===================================================POV GianiraAku melihat Mas Riza selalu tersenyum, sepanjang perjalanan kami pulang dari kebun mawar, membuatku dan yang lain heran dibuatnya. Rima sampai berkali-kali meledeknya, namun seolah hanya seperti angin lalu, Mas Riza sama sekali tidak menggubris ocehan Rima yang menurutku cukup memekakkan telinga kami.Aku duduk di kursi belakang bersama ibu dan juga anak-anak, menikmati obrolan ringan dan celotehan anak-anak yang sangat senang setelah hampir seharian melakukan pemotretan di kebun mawar tadi. Aku suka sekali mendengar anak-anak bercerita, mengulangi kisah indah kami tadi. Hatiku menghangat rasanya, kebahagiaan
Baca selengkapnya
Bab 79 | Membalas Rima
“Langit sama Bumi tetap mau kok punya ayah om Riza, selama ini om Riza baik terus sama kami berdua, Tiara juga baik, jadi kitakan bakal main sama-sama terus kalau ibu sama om Riza menikah,” jawaban Langit sukses membuat Mas Riza bersorak gembira, ekspresinya yang lebih mirip seperti anak kecil yang baru saja mendapatkan mainan baru, membuatku ikut tertawa karenanya, melupakan kekesalanku akan dirinya mengenai insiden cctv. Semoga keputusanku untuk menikah dengannya nanti, adalah keputusan yang benar dan terbaik untuk masa depan kami semua.===================================================POV RizaBagai bunga yang bermekaran di taman, menebarkan aroma harum yang semerbak baunya, begitupula dengan hatiku, mendengar langsung jika Langit dan Bumi, tetap menginginkanku menjadi ayah mereka, walaupun tela dihasut oleh Rima adikku yang tidak berahlaq. Tidak sabar rasanya aku menunggu saat itu tiba, di mana Gianira akan resmi menjadi pendamping hidupku selamanya.Hari-hari kami selanjut s
Baca selengkapnya
Bab 80 | Tawaran Gila
“Baiklah, insya Allah nanti kami datang ke pernikahanmu dengan nak Riza, ya!” ucap Kyai Rahmad, mereka berdua mengantarku hingga ke depan pintu.Aku menoleh kearah belakang, bermaksud ingin salam pamit kepada kyai Rahmad dan Umi Aisyah, namun pandanganku justru bertumbuk pada pandangan sendu ustad Faiz.===================================================Setelah melihat hasil rekaman CCTV, akhirnya aku sudah memutuskan untuk memilih Vina, sebagai penanggung jawab di warung buburku nanti. Rencananya, aku akan menggunakan beberapa hari waktuku untuk memberikan sedikit pengarahan dan pembakalan untuk vina mengenai manajemen dan pengelolaan warung secara sederhana, karena jujur, aku tidak terlalu ingin membuat pusing Vina dengan melibatkannya lebih dalam.Namun, aku berusaha untuk terus membimbingnya, agar bisa menjalankan tanggung jawabnya dengan baik kedepannya. Selain mengangkat Vina sebagai penanggung jawab, aku juga merekrut dua orang pegawai baru, satu untuk pelayan dan satu lag
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status