All Chapters of KARMA IPAR JULID: Chapter 31 - Chapter 40
44 Chapters
Bab 31 - Pembalasan Dimulai.
Bibirku melengkung sempurna melihat status online dihalaman profilnya, tak menunggu waktu lama pesan video yang aku kirim sudah bercentang dua berwarna biru.{Lihat kelakuan bejat anakmu yang masih ingusan itu, Bu Haji. Dia melecehkan, memperkosa bahkan merusak teman wanitanya sendiri.}Pesanku langsung centang dua berwarna biru, aku melepas nafas melalui mulut dengan perasaan puas luar biasa.Tauk rasa kau bocah tengik, berani bermain api denganku? Akan aku bakar kau hidup-hidup!Menaruh gawai diatas meja, aku bangkit dari kursi sebab ada motor yang memasuki halaman kecil bengkel milikku."Mas, ganti oli." ucap laki-laki sekitar umur 30 tahunan, sambil menurunkan bocah perempuan dari atas jok motornya."Oke siap!" sahutku bersemangat sambil memamerkan senyum. Entah mengapa energiku seakan bertambah berkali lipat, saat membayangkan kericuhan yang akan terjadi pada keluarga harmonis itu.Ditengah kesibukan, gawai tak henti mengeluarkan getar dan suara. Aku tersenyum sinis, melihat nome
Read more
Bab 32 - Bencana Di mulai.
Nikmati ketenaranmu saat ini, Deni. Siapa suruh, Ibumu memaki dan memblokir nomerku. Sekarang terimalah akibatnya!"Mas ... kok diam aja sih!" Maya mengguncang tubuhku."Ya, terus Mas harus ngapain?" jawabku santai."Mas kok biasa aja. Ga senang atau gimana," cibir Maya. Aku hanya meringis, lalu terkekeh kecil."Siapa yang nyebarin video itu, May?" tanyaku pura-pura bodoh. Aku tak ingin siapapun tahu kalau itu ulahku sendiri, meski dengan Maya sekali pun. Aku takut mulutnya ember atau keceplosan."Enggak tau, Mas. Siapa juga awalnya yang masukin video ini ke facebook. Tapi paling sebentar lagi akan dihapus sendiri sama aplikasinya, tapi ga masalah sih. Karna di wa videonya sudah menyebar luas," jawab Maya penuh semangat."Ini ceweknya siapa ya, sayang banget ga terlalu jelas mukanya." sambung Maya."Mending lu hapus aja videonya, May. Anak sekolah kaya lu, engga pantes nyimpen video asusila kaya gitu. Yang penting cukup tau aja," sahutku mengingatkan. Yah ... walau aku sendiri tahu, k
Read more
Bab 33 - Bimbang
Jahat sekali orang itu. Apa salahku padanya?Air mata luruh begitu saja, berkali merapal doa menyebut nama Tuhan untuk melonggarkan pernafasan.Tubuh ini mendadak lemas, suaraku bahkan tercekat dikerongkongan. Aku paksa berdiri, berjalan sambil memegangi tembok."Ndah ... Eli, Mimin." aku panggil semua anak perempuanku, tapi tidak ada satu pun yang menyahut atau mendengar suaraku."Ya Alloh," nafas kembali sesak, tubuhku lunglai dalam sekian detik aku merasa tubuh melayang dan terjatuh diatas lantai.Mata terbuka pelan saat terasa ada hawa hangat yang masuk kedalam indra penciuman. Samar aku melihat Mimin dan Indah duduk diatas ranjang dengan tatapan sedih."Ibu kenapa, kok jatuh dari kasur?" Mimin menatap dengan wajah khawatir."Min, Indah ..." lirihku sambil mengedarkan pandangan."Alhamdulillah," Indah tersenyum lega, saat melihatku membuka mata."Sudah, Ibu jangan banyak fikiran. Tuh, sampai jatuh begitu." ucap Mimin."Yang lain pada kemana?" tanyaku pelan."Lagi diruang tengah."
Read more
Bab 34 - Berubah.
Aku menjadi bimbang, sejauh ini memang betul sikap Mas Andri sudah berubah menjadi lebih baik.Tapi jika harus kembali kerumah, itu berarti aku harus siap menjadi babu gratisan lagi.Haduh, bagaimana ini?Rengek suara Arya membuyarkan lamunan, aku langsung mengangkat tubuh mungilnya dan membawa keluar kamar. Hati terus diselimuti kegelisahan, memikirkan bagaimana cara menolak atau memberi alasan yang baik agar Mas Andri tidak tersinggung.Selesai mandi, Mas Andri langsung mengemasi pakaiannya sendiri, aku hanya diam memperhatikan aktifitasnya."Gimana, Dek. Mau ikut apa tetap tinggal disini? Aku engga mau maksa ya, terserah kamu aja. Kalau mau ikut ayo, kalau engga juga ga masalah," ucapnya seraya menyempurnakan menarik resleting ransel."Tapi ini sudah mau magrib, Mas. Kasihan Arya malam-malam keluar rumah," sahutku."Ga sekarang, kan bisa besok pagi sekalian ke bengkel," jawabnya."Iya, Mas. Aku ikut," ucapku. Mas Andri tersenyum tipis menganggukan kepalanya. Biar bagaimana pun, aku
Read more
Bab 35 - Cemas.
"Kenapa, Dek. Kok melamun?" Mas Andri menghempaskan bobot didepanku. "Arya tidur?" katanya lagi."Iya." jawabku sambil menoleh kearah Arya."Kenapa? Kok kaya ga semangat gitu?" Mas Andri menatap lekat.Aku menarik nafas dalam, sebelum mengeluarkan suara. "Jujur saja aku tidak nyaman ada disini," ucapku pelan."Kenapa, bukannya Ibu sudah baik?" kepalaku mendongkak, menatap lekat sorot matanya."Seharusnya, jika sudah menikah apa lagi punya anak. Sudah seharusnya kita hidup mandiri, Mas." ucapku hati-hati."Terus ... kamu maunya gimana, ngontrak?" tanyanya."Ya. Engga masalah sih, Mas. Ngontrak tiga petak juga, yang penting ga satu atap sama mertua." jawabku. "Tinggal satu rumah, ga jarang selalu ada bentrok. Kurang nyaman, karna aku selalu merasa ada mata yang mengawasi gerak-gerikku." sambungku dengan suara pelan. Berharap Mas Andri mau mendengar kata-kataku."Tapi sayang uangnya, Dek. Bayar kontrakan mahal, lebih baik ditabung uangnya." bantah Mas Andri."Mahalnya berapa sih, paling
Read more
Bab 36 - Tidak Menyenangkan.
"Cepat masuk, tuh lihat sudah banyak orang yang celingukan kesini." bisiknya pelan. Aku mengayun langkah dengan kaki yang bergetar. Hati tak tenang memikirkan maksud tujuan Polisi itu mencari suamiku."Ada apa ini, Nur?" wajah Ibu berubah panik, bertanya-tanya saat melihat dua laki-laki berseragam itu masuk kedalam rumah."Benar ini rumah Andri Hidayat?" Polisi bertanya pada Ibu."I-iya benar. Ada apa ya?" jawab Ibu gugup."Saudara Andrinya ada?" Polisi kembali bertanya."Masih di bengkel. Coba kamu telepon, Nur." ibu menoleh cemas kearahku."Iya, Bu." aku langsung masuk kamar mengambil gawai yang tergeletak diatas bantal.Panggilan langsung terhubung, detik berikutnya suara Mas Andri terdengar dari sebrang telepon."Kenapa, Nur?""Eh ... itu, Mas. Ada yang nyariin kamu." jawabku dengan suara bergetar."Siapa? Bentar lagi Mas pulang. Ini lagi tutup bengkel." jawabnya."Po-lisi Mas." jawabku pelan."Hah. Siapa?"Aku menghirup nafas panjang, sebelum menjawab ucapan Mas Andri."Ada Polis
Read more
Bab 37 - terbongkar.
"Saya bisa saja melaporkan balik perbuatan tidak menyenangkan ini." Ucap Mas Andri dengan nada mengancam, sorotnya tajam menatap Deni dan kedua orangtuanya bergantian.Suasana semakin mencekam, suara isak Ibu masih terdengar menyayat hati."Bukan begitu, Pak?" kini tatapan tajam itu mengarah pada kedua Polisi yang menyimak dengan serius."Hmm?""Iya. Tentu saja bisa, Pak." jawab Pak Polisi."Mereka datang dengan tuduhan yang tidak jelas. Jatuhnya fitnah karna tidak ada bukti yang menguatkan. Apa kata tetangga, jika tahu ada Polisi yang mencari saya kerumah? Omongan orang bisa kemana-mana, mereka pasti menganggap saya tidak beres." seloroh Mas Andri dengan tatapan sinis.Wajah Ibu Deni yang semula bengis berubah datar, lalu raut cemas mulai menjalar dimatanya."Nama baik saya sudah tercoreng, dengan kehadiran Bapak yang ingin menangkap saya dirumah saya sendiri." suara Mas Andri terdengar marah. Dua Polisi nampak manggut-manggut, sepertinya mereka menyetujui ucapan Mas Andri."Pak ..."
Read more
Bab 38 - Tamu Maya.
Aku dan Mas Andri kompak berlari menuju kamar, sesampainya didalam Maya menjerit melihat Ibu yang sudah tergeletai diatas lantai."Ya Alloh. Angkat, Mas. Naikin diatas kasur," teriakku sambil memegangi tangan Ibu."Ibu ... huhu, Ibu kenapa Buk?" Maya menangis melihat Ibunya."Dek, oles minyak angin. Mas mau ke bidan Tinah ya. Ibu harus diperiksa," ucap Mas Andri dengan wajah panik. Aku hanya mengangguk, mata mengedar keatas nakas mencari minyak angin."Ini, Mbak." Maya menyodorkan minyak angin padaku. Aku langsung menuang sedikit ditelapak tangan lalu mengolesnya pada kening dan hidung Ibu."Kok bisa kejang, tadinya kenapa May?" tanya Mas Andri."Tadi Ibu sudah sadar, pas manggil nama Mila langsung kejang. Huhu," Maya menangis tersedu-sedu.Aku jadi semakin panik, sudah hampir sekujur tubuh mengeloskan minyak angin namun Ibu masih belum sadar juga.Ibu ... aku rasa dia sangat shock berat. Aku benar-benar khawatir dengan keadaannya."Mas cepat ya, jangan lama-lama!" teriakku saat Mas A
Read more
Bab 39 - Jalan-jalan.
"Pagi, Mbak. Saya Firman, Maya nya ada?"Aku bergeming ditempat, nama Firman seperti familiar dipendengaran."Si-apanya Maya ya?" tanyaku."Temannya," jawabnya seraya tersenyum."Oh ... ya sudah, mari masuk." aku membuka pintu pagar dengan lebar lalu melangkah masuk kedalam rumah."Bu, Ibu ..." mata dan kakiku mengedar mencari keberadaan Ibu."Iya, Nur. Kenapa?" tanyanya."Ibu habis dari mana?" aku balik melempar tanya."Dari kamar Mila," lirihnya. Aku menarik nafas, sambil melengok pintu kamar Mila yang terbuka setengah."Itu ada tamu, namanya Firman. Dia bilang temannya Maya." jelasku."Firman?" Ibu menautkan alis. "Mau apa dia kesini?" tanya Ibu. Aku hanya mengangkat bahu.Dengan wajah cemas Ibu melewatiku berjalan menuju ruang tamu."Bu ..." aku lihat Firman tersenyum ramah, mencium tangan Ibu."Ada apa, Nak? Kenapa kesini, nanti istrimu ngamuk lagi mukulin Maya," tanya Ibu dengan wajah cemas.Oh ... jadi ini yang namanya Firman. Pacar Maya?"Saya mau cari Maya, Bu. Sudah satu min
Read more
Bab 40 - Babak Belur, Lagi?
Aku pandangi wajah lelah suamiku, terpaan sinar matahari pantai membuat wajahnya sedikit kusam. Melihat wajah tenangnya, entah mengapa hati menjadi haru. Sikap Mas Andri yang semula dingin dan tak acuh perlahan mulai mencair."Dek ..." tubuh itu bergeliat, matanya mengejrap melihatku."Kok belum tidur?" Mas Andri beringsut duduk sambil menguap panjang."Iya, Mas. Ini mau tidur kok," jawabku seraya tersenyum."Sini ..." Mas Andri sedikit memberi ruang menepuk bantal disampingnya. Aku menurut, merebahkan tubuh didekatnya."Hujan-hujan gini, paling enak peluk kamu, Nur. Empuk," ucapnya sambil mendekap tubuhku lalu menarik selimut. Untuk sesaat mata kami saling beradu, Mas Andri tersenyum manis lalu memejamkan mata. Sepertinya Mas Andri sangat kelelahan.Adzan subuh berkumandang, gegas aku menuruni ranjang berjalan menuju kamar mandi. Mata menyipit, melihat Ibu yang sibuk didepan kompor."Masak apa, Bu?" tanyaku."Eh, sudah bangun Nur?" senyum Ibu merekah terlihat ringan tanpa beban."Sud
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status