KARMA IPAR JULID

KARMA IPAR JULID

Oleh:  Azzila07  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
44Bab
4.6KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Nurma harus menelan pil pahit, saat di boyong kerumah mertua oleh suami. Alih-alih mendapat keluarga baru, Nurma malah di jadikan pembantu oleh keluarga suaminya.

Lihat lebih banyak
KARMA IPAR JULID Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
44 Bab
Bab 1 - Brontak.
Byuurrrr ....Aku terlonjak saat guyuran air mendarat di kepala."Uppss ... maaf. Gue pikir tidak ada orang," Maya, Adik perempuan suamiku, menempelkan tangan di mulutnya. Tanpa dosa dia langsung berbalik badan setelah menyiram kepalaku dengan air bekas rendaman cabai.Perih dan panas bukan lagi kepala, tapi juga hati ini.Aku yang sedang berjongkok memandikan Arya dikamar mandi, langsung membilas tubuh mungilnya. Untung saja guyuran itu tidak mengenai tubuh anakku."Enak ya, bangun siang langsung makan." Maya mencibir, saat aku membuka tudung saji."Masih pagi, baru jam delapan," sahutku tak acuh. Maya menatap sinis, tak suka mendengar jawabanku."Pagi-pagi tuh, bangun. Bantuin Ibu, jangan sibuk alasan menyusui," geramnya."Oh yasudah. Mulai nanti malam, kamu yang nemenin Arya tidur, sekalian susui. Biar aku yang beres-beres rumah," jawabku sambil melempar senyum lalu masuk kedalam kamar, setelah mengambil nasi beserta kawan-kawannya. Terdengar bantingan barang, diluar pintu.Usia Ar
Baca selengkapnya
Bab 2 - Muak.
"Berhenti Nurma! Atau aku lempar bayimu!" teriak Ibu yang sudah ada didekat Arya. Secepat kilat dia menggendong anakku dan mengangkatnya tinggi-tinggi.Bayi Arya bergeliat, tak lama suara tangisnya terdengar. Ibu melototkan mata, menatap bengis kearahku."Lepas!" teriaknya sambil mengangkat lebih tinggi tubuh anakku.Aku membeku ditempat, nyaliku mencuit melihat Arya menjadi sasaran kemarahan Nenek licik itu. Maya menepuk-nepuk tanganku yang masih menjerat dilehernya."Le-pas, siaal. Mau mati anak lo," ucapnya dengan suara tersendat-sendat.Hatiku gerimis, meradang mendengar ocehannya. Bola mataku mengarah pada Maya, bukan melonggarkan tangan, aku malah semakin erat mencengkram lehernya."A-aa ..." Maya mengerang, wajahnya sudah memerah menandakan oksigen mulai melambat masuk ke dalam pernafasannya."Lepas, Nurma!" jerit Ibu lagi. Aku menoleh sinis, menantang sorot mata tajamnya."Lepas dulu anakku, aku akan melepas orang pemalas ini," ucapku dengan wajah datar. Aku sengaja tak meliha
Baca selengkapnya
Bab 3 - Maya Terkejut.
Mas Andri menghentikan langkah, nampak terkejut mendengar ucapanku."Kamu bicara apa sih, Dek. Jangan bikin pusing!" Mas Andri menatap lekat. Tatapannya sangat tajam, seolah menembus jantungku.Biasanya aku akan takut, dan gentar melihat tatapan itu."Aku sudah terlalu lelah, menghadapi Ibu dan Adik-Adikmu," jawabku sambil mengalihkan pandang, menatap wajah Arya yang mulai tenang.Mas Andri mencebik, menjatuhkan tubuh disampingku."Mas ... tidak perlu lagi mengancamku, aku akan pergi sendiri kerumah, Bapak." ucapku. Mas Andri menghela nafas, memandang lurus kearahku."Omongan mereka jangan diambil hati," sahut Mas Andri."Ck!" Aku mendengkus, menatapnya lurus-lurus. "Ibumu hampir membunuh anakku, terlalu lama disini bukan hanya aku yang mati tapi juga anakmu!" desisku dengan tatapan menyalang.Mas Andri tersentak mendengar bentakkanku, karna baru kali ini aku berani melawan kata-katanya.Huh ... betapa dungunya aku selama ini, selalu menerima kegilaan mereka."Ibu ... mungkin hanya em
Baca selengkapnya
Bab 4 - Babak Belur.
"Mana si Maya!" perempuan bertubuh gendut menatap murka kearahku, kedua tangannya berkacak pinggang dengan mata melotot dan nafas yang memburu.Aku menoleh kebelakang, aku lihat tubuh Maya menggigil bersembunyi dibelakang tubuh Ibunya."Lu pasti bocah ingusan itu kan!" perempuan gendut melangkah maju, mendekati Mila."Bu-kan ..." Mila menggeleng cepat."Dasar pelakor, ga punya adab! Bukan sekolah yang bener malah obral sel*ngkangan sama suami orang!" sembur perempuan itu dengan nafas memburu, kedua tangannya langsung melayang dan mendarat dikepala Mila."Aduhhh ... sakiiiittt!" Mila memekik keras, memegangi rambut yang dijambak kencang oleh perempuan gendut itu. Aku mematung ditempat, jantungku berdetak dengan kencang.Mengerikan sekali. Bagaimana ini?"Mbak Nurma, toloong ..." Mila mengulurkan tangan kearahku.Aku yang masih kaget dengan kejadian ini, hanya bisa terdiam. Tak tahu harus berbuat apa. Jujur saja aku sendiri takut melihat perempuan gendut itu yang mengamuk membabi buta.
Baca selengkapnya
Bab 5 - Baku Hantam.
"To--long ... panggil RT. Kasihan Maya," Ibu menatap iba kearahku. Aku hanya bergeming, berpura tak melihat tatapan menyedihkan itu. Dari pada memisahkan Maya dan Yayah lebih baik aku menikmati tontonan ini.Karna ... entah mengapa hatiku sangat puas melihatnya."Huhu, tolong siapa saja lapor RT," Ibu meratap keluar pintu, dimana tetangga sudah padat menyaksikan pertikaian ini."Itu si Maya beneran pacaran sama laki orang? Ya ampun. Malu-maluin ya, ga nyangka!" cibir suara sumbang dari kerumunan."Idih najis ya ... sampai dilabrak sama istri sah nya. Gelayy!" sahut entah suara siapa."Pantes selalu modis, selingkuhan Om-Om kali ya. Apa Aki-Aki? Haha ..." Gelak tawa meremehkan terdengar riuh. Ibu semakin merunduk, tak punya muka untuk membantah ucapan mereka.Aishh ... kidmat sekali mendengarnya.Bibirku tersungging dengan sendirinya, kutatap wajah Arya yang sudah membuka mata dengan rasa haru.Lihatlah, sayang. Bahkan Bunda tak perlu repot, membalas mereka semua. Nenek dan Bibimu suda
Baca selengkapnya
Bab 6 - Miris.
"Lo liat dan pelototin tuh kelakuan Adek lo. Hebat, kalau lo ga jijik!" cibir Yayah dengan senyum menyerigai.Gusar, Mas Andri meraih gawai dari tangan Yayah. Tak begitu lama mata itu terbelalak, dengan wajah memerah dan nafas yang memburu. Aku sampai menegakkan badan, mencuri pandang kearah gawai yang ada ditangan Mas Andri.Gambar apa sih?"Gila lu, May! Bener-bener ga beradab, murahan!" Geram Mas Andri sambil menoleh kearah Maya.Ibu yang panik langsung merampas gawai yang tergenggam ditangan Mas Andri, matanya pun ikut membesar saat melihat sesuatu yang ada didalam layar."Jangan percaya, Mas. Ini pasti editan!" bantah Ibu. "Kau pasti ingin menjatuhkan anakku kan, dasar penipu. Kurang ajar!" maki Ibu menunjuk-nunjuk wajah Yayah."Ck! Ga usah nunjuk-nunjuk muka saya, Bu!" Yayah menepis tangan Ibu dengan kasar."Sebagai orang tua, Ibu harusnya sadar diri, malu melihat tingkah menjijikan anak Ibu. Saya sudah sabar selama ini, saya sudah baik-baik menegur agar jalang cilik itu menjauh
Baca selengkapnya
Bab 7 - Babak Belur, lagi?
"Ibu fikir Bapak tidak punya telinga? Aib keluarga ini sudah pasti menyebar dengan cepat. Siap-siap saja, anak kesayangan Ibu mati ditangan Bapak." Sahut Mas Andri dengan senyum mengejek.Hatiku bersorak, tak sabar menunggu Bapak pulang dari tempat kerja.Sepertinya Mas Andri sudah sangat muak melihat Ibu yang terus-terusan membela Maya.Ibu semakin cemas, berkali dia memijat kening dengan gusar."Huh ... bagaimana ini," gumam Ibu sambil menjatuhkan tubuh disofa tunggal. Ibu menyenderkan tubuh dipunggung sofa sambil memijit pelipis dengan mata terpejam. Ketara sekali dia sedang sangat gelisah."Kenapa Ibu terus membela Maya, jangan-jangan Ibu sudah tahu kalau si Maya pacaran sama suami orang," Mas Andri mengamati Ibu dengan tajam. Ibu yang sedang bersandar langsung menegakkan badan, terkejut mendengar ucapan Mas Andri."Ka-mu bicara apa sih. Ibu ga tau apa-apa," bantah Ibu sedikit gelagapan."Kemarin si Maya dapet hape baru dari pacarnya. Ibu juga dibeliin gamis dan kerudung mahal. Ba
Baca selengkapnya
Bab 8 - Bapak Murka.
"Ada apa, Mas?" tanyaku."Bapak ..." jawab Mas Andri dengan wajah tegang.Tubuhku ikut menegang, dengan langkah pelan aku melebarkan pintu keluar dari kamar. Sengaja aku berdiri didepan pintu dan menutupnya, takut suara bising mereka mengganggu tidur Arya."Anak s*tan. Malu-maluin keluarga, buka pintunya si*l!!" Teriak Bapak begitu lantang, membuat tubuhku bergetar hebat. Selama tinggal dirumah ini, Bapak orang yang paling bijak. Dia tak banyak bicara, dan tak pernah menyusahkan aku sebagai menantunya.Brakk braaakk!!Bapak menendang pintu dengan keras, karna Maya tak juga membuka pintu, Bapak langsung beranjak menuju dapur. Ibu yang sejak tadi mengekori Bapak mencoba menahan, tapi sepertinya usaha Ibu sia-sia."Diem kamu, Bu. Jadi orangtua harusnya malu, anak salah jangan dibela. Matiin aja dari pada lempar kotoran kemuka orangtua!" sentak Bapak sambil menghempas tubuh Ibu dengan kasar."Bapak mau ngapain, Pak. Sudah kasihan Maya dari tadi dipukulin orang. Huhu," Ibu merengek, menang
Baca selengkapnya
Bab 9 - Curiga.
Hai Kakak, jangan lupa subcribe dulu ya sebelum membaca. Jika sudah, trimakasih banyak. 🥰🥰------ofd------"Tespack siapa nih," gumamku sambil membuka isi didalam kotak tersebut."Haah ..."Mataku membulat saat melihat garis dua yang terlihat didalam benda tersebut.Tubuhku membeku, fikiran langsung tertuju pada satu nama.Mungkinkah ... tapi masa iya sampai sejauh ini? Kembali aku mengamati dengan teliti, benda ini benar-benar menunjukan garis dua meski garis yang satu masih terlihat samar.Dengan hati-hati aku menaruh benda itu diatas laci tempat penyimpanan sampho lalu melanjutkan aktifitas.Aku simpan benda itu didalam lemari pakaian, Mas Andri bergeliat saat mendengar suara Arya yang mulai menangis."Dek, siapkan aku makan, bawa kedalam ya. Aku malas makan diluar," ucap Mas Andri sambil bangkit dari tidurannya, lalu menimang Arya."Iya," sahutku singkat lalu keluar kamar menuju dapur.Eh, rujak nanas siapa nih?Langkahku terhenti dimeja makan, saat melihat irisan nanas segar le
Baca selengkapnya
Bab 10 - Terusir.
Alisku menaut saat melihat bak mandi dan ember tidak berada ditempatnya. Seperti ada orang yang menggeser-geser letak bak dan mencari sesuatu."Minggir!" Aku tersentak saat Maya menarik kasar tubuhku keluar dari toilet. Tatapannya begitu bengis, seakan ingin menerkamku.Brakk!!Pintu dibanting keras dari dalam, jantungku hampir saja copot mendengar bantingan pintu itu."Dasar valak!" rutukku sambil meninju pintu toilet. Tuman!"Heh. Sial lu ya!" Geram Maya. Aku melipat tangan, menunggu Maya keluar dari pintu. Sesekali harus diremes mulutnya. Aku Kakak iparnya, secuil pun dia tidak pernah menghormatiku.Pintu terbuka kasar, Maya sedikit terkejut melihat wujudku yang berdiri tepat didepannya."Awas lu, ngalangin pandangan gua aja!" Lagi dia mendorong tubuhku. Aku menarik nafas dalam-dalam, menguatkan hati dan fikiran. Tangan sudah terkepal kuat, masa iya aku harus nonjok muka Maya yang sudah babak belur?Sabar ... sabar. Biarkan orang lain aja yang hajar itu bocah tengik.Aku menghibur
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status