All Chapters of Akibat Mertua Gila Harta: Chapter 31 - Chapter 40
100 Chapters
Bab 31. Gosip yang Makin Menjadi
Malam pun tiba. Edwin pulang dari kantor. Terdengar keramaian di rumah sebelah, apalagi kalau bukan syukuran yang diadakan Zofia."Assalaamu'alaikum," salamnya, lalu masuk rumah.Dia menuju ruang tengah, melihat Audrey sedang membaca Alquran, sementara Ratmi di dalam kamar anak untuk menemani Dianti bermain.Edwin duduk di samping istrinya, tanpa sepatah kata pun karena tak mau mengganggu ibadahnya.Audrey mengakhiri kegiatan mengajinya, lalu menutup Alquran. "Wa'alaikumussalaam." Dia mengulas senyum, menaruh kitab suci di atas meja, lalu menjabat dan mencium tangan suaminya."Ada acara apa, sih, di rumah Mama?" tanya Edwin penasaran."Kamu nggak tahu, atau pura-pura nggak tahu?" Audrey balik bertanya.Edwin menggeleng. "Aku benar-benar nggak tahu."Perempuan di sampingnya mengembuskan napas panjang. "Ada acara syukuran, katanya karena kamu udah balik ke rumah ini lagi.""Hah?" Suami Audrey terperanjat. "Syukuran kedatanganku, kenapa nggak kasih tahu kita, ya? Kamu nggak diundang?""Ya
Read more
Bab 32. Pembelaan Edwin
Edwin melongok ke arah istrinya yang sudah terlelap di samping Dianti. Dia tersenyum melihat dua bidadari yang selalu dicintainya."Alhamdulillaah, ya Allah. Aku memiliki dua harta yang tak ternilai harganya dalam hidupku. Semoga mereka bahagia selalu dan aku bisa mengupayakan hal itu untuk keluarga kecil kami ini." Pria itu berdoa dengan suara lirih.Dia bangun perlahan supaya tidak menimbulkan suara, lalu mengendap-ngendap ke luar kamar. 'Aku harus memastikan apa benar Mama memfitnah Audrey lagi?' batinnya, lalu menuju teras rumah dan mengunci pintu.Tak butuh waktu lama, Edwin sampai di depan pintu rumah Zofia yang terbuka. Mamanya itu masih memfitnah Audrey habis-habisan. Para tetangga masih mengeluarkan caci-maki.Dia menguping sebentar untuk memastikan dugaannya. Setelah yakin, baru melangkah masuk, membuat semua orang menoleh ke arahnya."Stop, Ma! Kenapa Mama selalu memfitnah menantu sendiri? Apa salah Audrey?" tanyanya, tak terima.Zofia geram, lalu tiba-tiba tersenyum kecil
Read more
Bab 33. Serangan dari Warga
Audrey mencium pucuk kepala anaknya agar tenang, lalu mengembuskan napas panjang. Dia segera melangkah keluar."Maaf, Bapak-bapak, Ibu-ibu. Ada apa ini?" tanyanya, bingung."Sekarang juga kamu pergi dari rumah ini, komplek kami! Kamu durhaka, nanti jadi maling kundang!" bentak salah seorang pria paruh baya.Audrey menutupi kedua telinga Dianti untuk meminimalisir rasa kaget karena bentakan itu. "Maaf, sebelumnya. Saya selama ini hanya diam. Bapak-Ibu tak menegur pun saya ikhlas menjalaninya. Namun, kenapa masih disalahkan?"Seorang ibu maju lalu berkata dengan nada keras, "Nggak usah pura-pura nggak tahu! Kamu sudah tidak menganggap mertuamu lagi. Kami takut dengan azab yang akan datang, kalau di komplek ini ada menantu durhaka sepertimu!""Ya, betul!" Semua kompak menyahut.Dianti menangis semakin kencang.Audrey kewalahan, hanya bisa menitikkan air mata, lalu menghapusnya cepat, karena merasa rapuh. "Maaf, sebelumnya. Ini rumah suami saya. Kami berhak tinggal di sini. Sebenarnya, bu
Read more
Bab 34. Permintaan Maaf kepada Audrey
Seperti biasa, Dianti sudah terlelap usai Salat Isya' dan ditemani oleh Ratmi. Edwin sedang membuat kopi di dapur. Diam-diam, Audrey sudah berada di belakang suaminya, lalu melingkarkan tangan di pinggang pria itu."Sayang? Tumben, ikut ke belakang?" tanya CEO itu, lalu membalikkan badan.Audrey tersenyum lebar, lalu kembali menghambur memeluk suaminya. "Alhamdulillaah, Mas. Aku senang banget hari ini."Edwin mengerutkan kening. "O ya? Ada apa?""Tadi, kan, aku lagi belajar dari wirausahawan muslim yang share materi marketing lewat YouTu*e sama I*. Jadi pengen buka usaha sendiri, deh!" ujarnya, tanpa melepaskan pelukan."Bagus itu! Lakukan apa yang kamu mau, asal membuatmu bahagia dan nggak melanggar aturan Islam," sahut Edwin.Audrey pun menceritakan semua kejadian tadi, serta bersyukur karena kebenaran telah terungkap."Alhamdulillaah." Edwin mencium pucuk kepala istrinya. "Kesabaran memang akan selalu memetik hasil, meskipun kita harus berjuang untuk mendapatkan keadilan. Namun, sem
Read more
Bab 35. Dinner yang Tak Seharusnya
Audrey yang masih memakai mukena langsung menggendong dan memeluk Dianti. Dia menitikkan air mata, tak habis pikir dengan apa yang diperbuat mertuanya."Ada apa, Nyonya?" tanya Ratmi yang tergopoh-gopoh dari dapur."Mas Edwin diajak sama Mama secara paksa, entah ke mana. Sampai membiarkan Dianti menangis sendirian," jawab Audrey, dengan suara parau.Ratmi langsung paham, hati majikannya sedang tidak baik-baik saja. Dia mengambil alih putri kecil berusia dua tahun yang masih menangis itu, lalu menenangkannya. Terdengar notifikasi pesan masuk di ponsel istri Edwin.Audrey berjalan cepat menuju ruang salat, melepas dan melipat mukena, lalu mengambil ponselnya yang ada di atas meja makan.[Aku masih di dalam mobil Mama, di depan rumah Papa. Entah beliau akan membawaku ke mana. Kata beliau, sedang siap-siap. Maaf, aku tak mau menjadi anak yang durhaka.] "Ya Allah," keluh Audrey, dengan air mata yang mengalir semakin deras.Ratmi menidurkan Dianti dalam gendongannya, lalu menghampiri majik
Read more
Bab 36. Kemenangan Istri Sah
"Hai, Edwin! Ketemu lagi kita, setelah sekian lama aku pergi dari kehidupanmu. Rasanya, memang aku sudah jatuh cinta pada CEO di hadapanku ini, hingga tak bisa berpindah ke hati lainnya," kata Athena sok puitis, sepeninggal Zofia ke luar ruangan.Edwin masih diam. Athena berdiri, melangkah ke belakang kursi Edwin, lalu melingkarkan kedua lengan di pundak suami Audrey. "Lepas!" teriak Edwin, merasa jijik.Orang-orang kembali memandangi mereka."Tenang saja! Malam ini aku nggak akan berbuat aneh-aneh, asalkan kamu mau bicara dengan lembut dan sopan padaku. Kita nikmati makan malam bersama," bisik Athena di telinga Edwin, membuat pria itu sedikit merinding.Audrey menghentakkan kakinya, ingin sekali melabrak pelakor itu, tetapi dia harus menyusun rencana agar terlihat elegan dan tidak memalukan."Ya udah, kalau mau makan duduk di depanku! Jangan bikin gue teriak sampai dilihat orang kayak gini!" Edwin bicara dengan berbisik.Perempuan berpakaian seksi itu membelai pipi Edwin, membuat le
Read more
Bab 37. Lembaran Baru
Setelah mengambil ponsel di meja nomor 10 dan menghentikan fitur live FB, Audrey kembali ke kursi yang tadi diduduki Edwin. Dia sangat bersyukur dengan rencana Allah untuk mereka, malam ini. Suasana restoran kembali kondusif dan para tamu melanjutkan kegiatan dinner.Edwin senyam-senyum ke arah istrinya. Mereka menikmati dinner romantis, yang sudah Audrey idamkan selama ini. Ternyata hasil penyelidikan tadi membuahkan hasil hingga Audrey merasa seperti pengantin baru."Makasih, ya, Dek. Kamu sudah menyelamatkan Mas dari perempuan itu. Aku deg-degan tadi, takut terjerumus dalam dosa," ujat Edwin dengan wajah teduh.Audrey mengembangkan senyum di pipi. "Iya, Mas. Tadi, perasaanku nggak enak. Jadi, ikutin aja. Untung kamu udah kasih nomor HP Pak sopir. Eh, maksudnya deg-degan apa, Mas?"Suaminya terlihat gugup. "Mmm, anu ... itu. Ya, Athena belai-belai pipiku tadi. Astagfirullaah.""Oh, kamu hampir tergoda sama kemolekan badannya? Aku juga bisa kayak dia, kalau mau diet terus rajin peraw
Read more
Bab 38. Rencana Evan
"Ini tidak bisa dibiarkan!" teriak Zofia, sambil menggebrak meja di ruang tengah, yang berhadapan dengan sebuah televisi.Jam menunjukkan pukul delapan malam. Evan, Natasha, Joe dan Sinta duduk di sofa, karena dipanggil oleh Mama mereka."Kenapa, ya, Edwin mau bertahan sama Audrey? Terus ada gitu, perempuan sesabar dia?" keluh Evan.Natasha menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Lagian, Edwin bisa kuat banget imannya, nggak tergoda sama Athena!""Gue juga nggak, masih cantikan Sinta!" celetuk Joe, yang sedari tadi diam saja. Sinta senyum-senyum, sementara Evan dan Natasha cuma nyengir kuda.Zofia membantah perkataan Joe. "Athena juga cantik, wanita karir dan cerdas! Mama sangat ingin Edwin nikah sama dia dan meninggalkan Audrey. Lagian, si Audrey kenapa masih betah mempertahankan rumah tangganya, sih? Udah didiamkan selama bertahun-tahun juga!" Evan menjentikkan jarinya. "Aku tahu, Ma! Kalau cara jahat nggak mempan, kita pakai cara yang munafik!"Zofia mengerutkan dahinya. "Maksud ka
Read more
Bab 39. Sandiwara
Sejak saat itu, Juna dan Zofia selalu menyapa Audrey, meski hanya sesekali. Keduanya juga sering mengajak Dianti untuk makan bersama di rumah mereka yang sebelumnya belum pernah diinjak oleh gadis kecil itu sama sekali.Namun, Zofia sudah tidak pernah mengadakan acara syukuran atau arisan lagi, karena malas mengundang Audrey. Sementara itu, Sinta kadang main ke rumah Edwin untuk sekadar mengajak bermain Dianti, yang disambut baik oleh istri Edwin. Kalau Evan, Natasha dan Joe belum sempat bersandiwara, karena sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Kadang kalau pulang dari kantor lebih awal, Edwin membelikan kue ataupun pizza untuk putrinya, Syifa--putri Evan, dan juga Sean--putra Joe dan Sinta. Anak-anak itu makan bersama di rumah Joe.Tak hanya itu, Audrey juga sering memasak sup ayam cukup banyak, lalu mengundang Sinta, Natasha, Syifa dan Sean untuk makan malam bersama. Zofia tidak mau diajak, dengan alasan sedang menghindari hidangan yang dapat meningkatkan kadar kolesterol. Mereka
Read more
Bab 40. Mengambil Hati Dianti
"Ayo beli mainan!" teriak Sean sambil berlari, setelah turun dari mobil.Syifa dan Dianti mengejar lelaki kecil itu, sementara Juna dan Zofia mengawasi dari belakang. Mereka sampai di sebuah mall dan suasananya cukup ramai.Sean berhenti di pintu masuk, lalu menoleh ke belakang. Anak-anak yang lain ikut terdiam di sampingnya."Kenapa berdiri di sini, Sayang?" tanya Zofia."Tempat mainan di mana, Oma? Aku nggak hafal letaknya," jawab Sean.Juna mengembangkan senyum. "Ayo ikut Opa! Dianti sudah ada rencana mau beli apa?"Putri Edwin itu tampak berpikir, lalu menyahut, "Sudah. Aku pengen banget, mainan yang iklannya ada di TV. Dulu pas minta sama Papa dan Mama, katanya baru boleh beli itu setelah masuk SD nanti, karena sekarang aku belum membutuhkannya.""Mainan apa, sih? Ayo Oma belikan untuk kalian semua!" ajak Zofia, dengan wajah ceria."Asyik!" seru ketiga anak itu.Juna dan Zofia berjalan di depan, diikuti cucu mereka. Semua mainan yang sangat diinginkan Dianti mereka beli. Masing-m
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status