All Chapters of Hamil anak siapa?: Chapter 51 - Chapter 60
98 Chapters
Kegelisahan
Arkana tampak bahagia menjalani hari-harinya, bahkan satu minggu setelah momen romantis mereka di hotel, kini Arkana hobi pulang lebih awal. Bukan untuk segera ke rumah, tapi menjemput Risa kuliah. Nadia naik jemputan sekolah saat berangkat dan pulang, di rumah kini ada bibi yang bekerja beberes rumah juga melayani Nadia jika butuh sesuatu. Risa ngotot tidak mau memanjakan putrinya walau keadaan mereka sudah hidup sangat nyaman. Arkana paham, ia tak memaksa Risa menuruti keinginannya untuk memberikan fasilitas mewah kepada Nadia. “Hai,” sapa Risa setelah duduk di dalam mobil suaminya saat Arkana sudah lebih dulu datang. Ia menyalim tangan kanan Arkana, lalu mencium kedua pipi. Arkana merasa senang dan harga dirinya terjaga sebagai suami karena begitu dihormati Risa. “Langsung pulang, ‘kan?” tanya Risa lagi. Arkana terus menatap tak suka ke Risa. “Ada apa?” Arkana menarik ikat rambut Risa hingga rambutnya terurai. “Kebiasaan, kamu pikir cowok-cowok lain nggak ada yang naksir kamu? K
Read more
Yang tersembunyi
Devinta terduduk lemah, benar-benar tidak ada kesempatan baginya untuk lepas dari Raka. Sayup terdengar, Raka sedang menelpon beberapa orang guna mempersiapkan hari pernikahan keduanya. Tangan Devinta meraih jemari Deva yang kembali melemah, sakit yang diderita Deva bukan penyakit lama yang sempat diidap, kini mengarah pada jantung yang tidak baik. Raka akan membawa Deva berobat ke negara lain setelah kondisi bocah itu stabil. Jemari tangan Deva diciumi lembut Devinta, ia begitu menyesal atas semua yang terjadi. Pandangannya berubah nanar dengan air mata terkumpul di pelupuk mata. Rasanya sedih jika harus mengorbankan putranya, bagaimanapun juga, Deva harus sehat dan stabil. Ia tak punya siapa-siapa selain Raka, kedua orang tuanya sudah membuangnya karena membuat malu. “Lusa kita menikah,” ujar Raka sambil menyeret kursi, duduk tetap di sisi kanan Devinta. “Kita akan menetap di mana?” toleh Devinta dengan tatapan wajah penasaran. “Lihat saja nanti,” seringai Raka membuat Devinta t
Read more
Semu
Devinta sudah sangat tenang, ia masih duduk di samping Rama sambil terus memegang jemari tangan lelaki yang terbujur lemah tak sadarkan diri. “Ram …,” bisik Devinta pelan. Kedua mata Devinta begitu sedih, terasa jika bagaimana ia menjadi sedih juga terkejut. Raka sendiri tidak di kamar itu, ia bersama Deva yang diberitahu jika mamanya sedang pulang dahulu, nanti kembali lagi. Raka duduk, menatap Deva yang memejamkan mata begitu pulas. Ia lelah setelah menjalani banyak pemeriksaan kesehatannya. Rama menoleh ke belakang, saat pintu terbuka. “Ada apa,” tanya ke Devinta yang berdiri diambang pintu. “Belikan aku alat cukur janggut,” pinta Devinta. “Untuk?” Raka bersedekap. “Rama. Aku nggak suka lihat dia penuh bulu-bulu wajah. Bisa?” Raka mengangguk. Devinta mengucapkan terima kasih lalu berjalan masuk ke dalam kamar, mendekat ke Deva, mencium kening juga kedua pipi putranya. “Kamu tidak mau dengar cerita lebih lengkap tentang semuanya?” tawar Raka. Devinta menggelengkan kepala deng
Read more
Kemungkinan lain
Mereka merapikan diri masing-masing setelah pergulatan panas di dalam mobil. Raka mencium lama kening Devinta setelah keduanya berdiri di luar mobil sedan mewah itu. “Aku akan ke Hokaido, kamu bebas mau di sini atau bolak balik ke apartemen lebih dulu sebelum ke sini.” “Iya.” Hanya itu respon Devinta, selanjutnya mereka pisah arah tujuan. Setibanya Devinta di lantai tempat Deva di rawat, ia segera masuk ke toilet yang ada di dalam kamar rawat. Segera membersihkan diri dari kegiatan yang tadi dilakukan. Air mata pun luruh, ia sesenggukan, ada apa dengan Raka? Mengapa lelaki itu bersikap berbeda tidak seperti biasanya. Tak tau, jika Raka bisa membuat hatinya menjadi kacau balau, pikirannya juga terselimuti dengan apa yang Raka lakukan kepadanya.Di dalam kereta cepat Shinkansen Hokkaido, Raka beberapa kali mendengkus, ia menatap pemandangan di sisi kiri tempatnya duduk tapi pikirannya justru tertuju ke Devinta. “Jangan terbawa perasaan, Raka, jangan,” gumamnya dengan rahang mengatup r
Read more
Hadiah baru
“Aku … mengikhlaskan kamu pergi, Rama. Maafkan aku karena membuatmu terluka, tapi aku juga berterima kasih karena kamu memberikan Deva sebagai pengganti dirimu,” bisik Devinta di telinga kiri Rama. Ia juga memberikan ciuman lama pada kedua bibi dan berakhir pada bibir lelaki yang sudah tampak lemah. Raka memalingkan wajah saat melihat Devinta melakukan ciuman tadi, rasanya ada yang mengganjal. Raka mendekat, ia berbisik di telinga kanan Rama saat Devinta menggenggam jemari tangan Rama begitu erat. “Rama, Kakak gue satu-satunya … terima kasih selama ini, sejak dulu sudah banyak berkorban untuk gue –” Rasanya kalimat yang akan diucapkan Raka tersangkut di kerongkongan, ia menangis, memeluk erat Rama yang terus berbaring. “Maafin gue, atas semua yang terjadi, Ram. Gue akan jaga dua orang yang gue yakin lo cinta. Deva akan jadi anak gue, gue akan didik dia menjadi laki-laki pemberani dan bertanggung jawab.” Raka semakin sesenggukan, ia memeluk kepala Rama erat. “Ram …,” bisik Raka lagi.
Read more
Kimono
Rezeki kehamilan belum mendatangi Risa, satu hari setelah tiba di Tokyo, ia dibawa ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan. Ternyata Risa tidak hamil, ia kelelahan jadi terlambat datang bulan. Guratan wajah kesedihan menerpa Risa, ia berjalan menyusuri trotoar di sepanjang area menuju ke hotel dengan begitu murung. “Kita bukannya sudah ada Nadia, kenapa kamu kepingin hamil lagi, Sa?” tanya Arkana yang kala itu memakai pakaian yang terlihat santai. Kaos lengan panjang, blue jeans, sepatu kets dan tak lupa kacamata baca yang kini sering ia kenakan. Menambah kesan mature pada suami Risa. “Ya … aku mau merasakan punya anak lagi. Bisa hamil dengan dikelilingi keluarga, suami juga hal-hal baik. Tidak seperti Nadia yang semua serba prihatin.” Risa tersenyum masam, Arkana mengecup puncak kepala Risa. Tak ada sanggahan, yang dikatakan istrinya memang benar. Arkana sendiri merasa memiliki hutang untuk hal itu. Namun, jika memang Risa belum diberikan kehamilan benih darinya, Arkana akan mem
Read more
Bukan anak kecil
Nadia memastikan tampilan dirinya sesuai dengan yang diinginkan di depan cermin. Ia tersenyum kemudian menyambar sweater warna peach yang akan dikenakan. Langkahnya tampak riang menuju ke ruang makan kamar hotel mewah yang ditempati keluarganya. “Nadia nggak akan lama, Bunda … Ayah,” selorohnya sambil mencium pipi Risa juga Arkana. “Ck. Yakin? Ayah nggak percaya,” sindir Arkana sambil melirik dari balik kacamata baca yang ia kenakan. “Bunda minta kamu jangan aneh-aneh, Nad,” sambung Risa yang tengah mengupas buah apel untuk suaminya makan. “Nadia sama Kak Rana, semua aman,” jawab gadis tujuh belas tahun yang tumbuh menjadi sosok gadis cantik nan anggun. Ya … Nadia sudah besar dan akan duduk di bangku perkuliahan. Mereka ada sedang berada di Tokyo lagi, selain untuk liburan merayakan kelulusan sekolah Nadia, juga karena Arkana ada urusan pekerjaan yang tidak bisa dilepas ke anak buahnya. “Di sini lagi musim panas, kamu pakai sweater apa nggak kepanasan?” sindir Risa sambil melirik
Read more
Permintaan Rahasia
“Sendirian? Maksudnya?” Nadia mengernyit, ia urung menikmati makanan pesanannya. “Kamu bisa jaga rahasia, Nad?” Deva meremas kedua tangannya, Nadia bisa melihat urat-urat menonjol di tangan berkulit putih pemuda itu. Nadia mengulum senyum, ia menoleh, menatap Deva lagi. “Sebentar, aku mau tanya. Ehem ….” Nadia berdeham. “Kita,” tunjuknya dengan jari ke arah Deva juga dirinya. “Sudah lama tidak bertemu, kenapa kamu bisa tau ini aku? Nadia? Yang aku ingat, kamu itu dulu benci sekali sama aku, ‘kan?” Deva menunduk, tersenyum lalu melirik Nadia. “Aku bodoh saat itu, kenapa juga harus marah sama kamu kalau nyatanya memang Mamaku yang salah. Seharusnya kamu yang mendapatkan semua kebahagian, kekayaan, kenyamanan Papa Arkana, bukan aku yang ternyata aku–” Deva diam. “Apa yang kamu ingat dari aku. Maksudku, kita sudah terlalu lama tidak berkomunikasi, dengan sekali lihat kamu tau itu aku?” Nadia menegakkan duduknya, ia meletakkan bungkusan makanan di sisi kirinya. “Apa aku sama sekali tid
Read more
Tidak terduga
“Aku cuma mau jalan-jalan sendiri, Kak, mau nikmati suasana aja,” ujar Nadia beralasan.“Hmmh … yaudah, nanti aku bilang Ayah dan Bunda kamu kalau kamu pergi sama aku, ya. Besok rencana mau kemana? Kita samain dulu sebelum aku bantu kamu berbohong.” “Bilang aja kita mau nonton, sama ke pusat belanja, gimana?!” Nadia begitu tampak bersemangat. Rana mengangguk, ia lalu mengajak Nadia naik ke lantai atas menuju kamar masing-masing. Setibanya di kamar hotel, Nadia di sambut Calvin yang sedang bercanda dengan Arkana yang juga sudah pulang bekerja. “Dari mana kamu? Terlambat lima belas menit,” tegur Arkana. “Pergi sama Kak Rana, Yah. Ayah curiga aja.” Lalu Nadia mengambil alih Calvin dari pangkuan ayahnya. “Calvin main sama Kakak, yuk!” ajaknya. Ia menciumi pipi bayi gembul itu. “Bunda mana, Yah?” Nadia celingukan. “Pergi beli makanan, malas masak katanya, mau beli aja. Kamu makan di mana tadi?” tanya Arkana sambil berjalan ke arah Nadia. Ia menjawab seingatnya, alias tempat yang tadi
Read more
First kiss
Nadia pergi dari apartemen kecil tempat tinggal Deva dengan isi pikiran terus kepada lelaki itu yang ia rasakan memiliki masalah besar tapi disembunyikan. “Deva kenapa? Mendadak cium kening aku, baru juga bertemu lagi.” Ia bergumam sendiri. “Aduh!” teriak Nadia saat seseorang berlari dari arah belakang dan menabrak dirinya hingga terjatuh. Nadia beranjak cepat, kedua matanya menyipit melihat lelaki yang sedang berlari dikejar dua orang laki-laki juga. Nadia membekap mulutnya lalu ikut berlari. Saking cepatnya tiga lelaki itu berlari, Nadia sampai kelelahan sendiri. Ia mencari jalan lebih cepat tapi tidak tau kemana, ia juga takut nyasar. Akhirnya Nadia kembali mengejar semampunya dan berhenti di dekat satu gang kecil yang tidak terlihat banyak orang lalu lalang. “Deva!” pekiknya seraya menghampiri. Deva tengah duduk bersandar dengan kepala menunduk juga sedikit terbatuk-batuk. Nadia mendongakkan wajah Deva hingga menatap ke arahnya. “Ya ampun! Kamu kenapa!” pekiknya lalu membersihkan
Read more
PREV
1
...
45678
...
10
DMCA.com Protection Status