Semua Bab AKU TAKKAN MENYERAH, MAS!: Bab 31 - Bab 40
52 Bab
Bab 22 A.
Aku tak tahu apa yang mereka sedang bicarakan. Ada Mas Bayu, ada orang tua yang kuduga mama dan papa Sinta. Sepertinya mereka membicarakan masalah yang serius. Kak Hasan hanya mengambil gambar dari balik jendela kamar itu. “Sudah, Kak,” ujarku. Aku tak tahan. Aku ingin segera mematikan sambungan telepon ini. Aku ingin menenangkan hatiku yang teramat nyeri. “Anita dengar, aku janji. Ini terakhir kalinya Bayu menemui Anita. Setelah ini, Bayu akan menjadi milikmu,” ujar Kak Hasan penuh percaya diri. Aku tak mengerti maksudnya. Tapi, hatiku terlanjur sakit. Andai tadi aku tak menyalakan video itu, mungkin aku tak sesakit ini rasanya. Aku hanya terduduk di lantai hingga beberapa saat lamanya, hingga tak sadar suara deru motor Mas Bayu berhenti di depan rumah. Saat pintu dibuka, aku menoleh ke arahnya, tanpa ada keinginan untuk bangkit dari posisiku. Aku ingin melihat reaksi Mas Bayu saat melihatku terpuruk seperti ini. Terpuruk karena kebohongannya. “Dik, kamu kenapa?” Mas Ba
Baca selengkapnya
Bab 22 B
“Dik, nanti pulang kerja, kamu mau nemeni ke notaris?” tanya Mas Bayu sambil mengikat tali sepatunya. “Notaris? Ada apa?” Aku menggernyitkan kening. Kenapa mendadak Mas Bayu mengajak ke notaris. Ada masalah apa? “Rumah yang akan aku lepas, mau dibeli sama papanya Sinta. Aku sudah bicara sama papanya Sinta, agar urusanku dan Sinta segera selesai.” Aku menatap Mas Bayu tak percaya. Dia mengangguk. “Sinta mau menempatinya?” tanyaku lagi. Bukankah itu hanya akan menggores luka lama? “Mana aku tahu. Bukan urusanku. Yang penting aku segera terbebas dari cicilan itu. Setelah ini, kita bisa beli rumah dimana kamu mau,” tukasnya. Mas Bayu sudah selesai mengenakan sepatu dan jaketnya, sementara aku masih terdiam mematung dengan ucapannya. “Kalau aku sudah tak punya tanggungan utang, aku bisa resign kapan saja, seperti harapanmu,” ujarnya tanpa beban. Mataku membulat. “Benarkah?” Senyum Mas Bayu seketika mengembang. Pria itu lalu mendekat padaku dan merangkul pundakku. “Aku t
Baca selengkapnya
Bab 23 A
“Kamu tahu Sinta sedang sakit,” ujar Mbak Dania setelah kami duduk. Dia sudah memesan dua minuman untuk kami, meski sebenarnya aku menolak. “Hubungannya denganku apa?” kini aku berubah ketus menanggapinya. Tidak seperti dulu. Mungkin aku sudah berubah dari Anita yang ramah dan lembut menjadi Anita yang keras. Keadaanlah yang mengubahku. Sikap Mas Bayu lah yang mengubahku. Bolehkan? “Sejak Bayu memutuskan menikah denganmu, dia mengalami luka batin. Lahirnya biasa saja. Tapi, batinnya tersiksa,” jelas Mbak Dania. “Lantas, kaitannya denganku apa? Aku harus bertanggung jawab? Bahkan aku tak pernah memaksa Mas Bayu menikah denganku,” sahutku dengan nada sengaja aku buat ketus. Wanita di depanku ini kurasa bukan siapa-siapaku. Tapi dia terus menerus memojokkan dan menerorku. Persahabatan dengan Mas Bayu dan Sinta membuatnya tak dapat berlaku adil padaku. Sejahat apa aku di depan mata mereka. Bahkan, aku sama sekali tak pernah mengusik hidup mereka. Mengapa mereka yang merasa terluka den
Baca selengkapnya
Bab 23 B
Dengan telaten dia mengeringkan badanku. Aku seperti orang gila. Pikiranku kosong. Aku hanya menurut saat Mas Bayu memakaikan pakaianku. Lalu ia menidurkanku di kasur. Sejenak Mas Bayu memelukku erat. Hangat badannya mengalir ke badanku membuatku merasa sedikit nyaman. “Aku buatkan jahe panas dulu, ya,” ujar Mas Bayu sambil mengurai pelukannya. Tak lupa ia mengecup keningku lembut sebelum meninggalkanku. Pandanganku memindai kamar. Bahkan, aku tak tahu kapan baju-bajuku yang tadi berserakan sudah dibereskan. Meski baju-baju itu hanya di singkirkan ke dalam koper yang masih terbuka di pojok ruangan. Tak lama, Mas Bayu sudah kembali sambil membawa secangkir jahe panas. “Minum dulu. Badanmu bisa demam karena kedinginan. Kamu terlalu lama mandi di shower dengan air dingin,” tukasnya lagi sambil duduk di sebelahku. Tangannya memegang mug berisi air jahe yang masih mengepulkan asap. Tak kusangka, dia dapat membuat jahe hangat yang panasnya pas untuk segera disesap. “Pegang badan ca
Baca selengkapnya
Bab 24 A
Pagi-pagi Bayu merapikan koper yang masih berantakan. Hati kecilnya bertanya, apalagi yang terjadi pada Anita? Sebenarnya, setelah memutuskan menikah dengan Anita, Bayu menyadari kalau kedekatannya dengan Sinta adalah salah. Namun, apa daya, ternyata sulit baginya untuk menjauh. Belenggu itu membelitnya begitu kuat. Di kantor, hubungan keduanya tak lagi canggung sebagaimana awal-awal menikah. Meski semua orang tahu kalau Bayu sudah menikah dengan wanita pilihan orang tuanya, namun rekan kerjanya tak pernah membuat hubungan mereka menjadi renggang. Justru terkesan masih sama dengan sebelumnya. Bagaimana pun di kantor mereka diakui sebagai pasangan ideal. Bayu sadar itu salah. Bayu sadar itu harus segera diputuskan. Tapi, mengapa ada saja hal yang membuatnya lagi-lagi harus kembali pada Sinta. Bayu selalu merasa nyaman jika ngobrol dan berdiskusi dengan mantan kekasihnya itu. Bahkan, tanpa sadar ia habiskan waktu berjam-jam. Tak pernah sedikitpun Bayu ingin membohongi Anita.
Baca selengkapnya
Bab 24 B
Hari masih sangat pagi, saat Anita terbangun. Sebenarnya tidurnya tak terlalu nyenyak karena banyak pikiran yang menghantui. Tapi, karena dia teringat dengan barang-barang yang mestinya segera dirapikannya, Anita memaksa diri membuka mata. Pertama yang terlihat olehnya adalah Bayu yang sedang berjongkok di sudut kamar membelakanginya. Pria itu sedang merapikan koper yang kemarin berantakan akibat kekesalan Anita kemarin.Anita tahu, Bayu melakukannya sambil melamun. Beberapa kali lelaki itu menggelangkan kepala.Bayu sedang menerka-nerka, apa yang dilakukan istrinya itu pasti ada hubungannya dengan Sinta, tapi apa? Bukankah akhir-akhir ini sudah semakin membaik hubungannya dengan Anita? Dan Anita juga menyambut usulannya untuk liburan? Rencananya, selain liburan, Bayu juga ingin mengajak istrinya itu membezuk Sinta. Dia benar-benar tak ingin menyembunyikan apapun dari istrinya. Tekadnya sudah bulat untuk meninggalkan Sinta. “Kamu sudah bangun, Dik?” tanya Bayu saat menyadari istrin
Baca selengkapnya
Bab 24 C
Pukul sembilan pagi, Bayu dan Anita sudah keluar dari Bandara Hang Nadim. Dengan diantar taksi, mereka menuju hotel tempat mereka akan menginap. Bayu memilih hotel yang terletak di pusat kota. Bahkan, satu kawasan dengan salah satu shopping mall di kota itu. “Mahal ya Mas hotelnya?” tanya Anita saat mereka tiba di kamar. Anita langsung menghempaskan badannya ke ranjang. “Eit, hati-hati. Ibu hamil kok ceroboh begitu!” seru Bayu tanpa menjawab pertanyaan Anita, tatkala melihat istrinya yang menjatuhkan dirinya ke ranjang. Wajah Anita bersemu merah. Ada rasa membuncah mendengar perkataan Bayu. Lelaki itu kini seolah tanpa beban, sangat berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Apakah ini pertanda baik? Atau hanya sandiwara setelah kejadian dengan mamanya tempo hari? Pria itu hanya sekedar tak ingin menyakiti mamanya karena tertangkap basah sedang berdua dengan wanita lain. Kepala Anita masih saja dipenuhi dengan prasangka. Bagaimana tidak, kalau dia belum menemukan bukti yang meyakinkan
Baca selengkapnya
Bab 25 A
Hati Anita yang halus dapat merasakan wajah Bayu yang tiba-tiba murung, meski lelaki itu berusaha menutupinya. Mendengar pertanyaan Anita, buru-buru Bayu mengalihkan pembicaraan, “Mana baju barunya?” “Dicoba dong,” Bayu berujar, meski ada kegelisahan di benaknya. Ia berjalan menghampiri Anita. Lelaki itu lalu melingkarkan tangannya di pinggang Anita. Dagunya diletakkan di atas bahu Anita. Sesekali menciumi wangi rambut Anita yang tergerai. “Kalau bagus, nanti kita beli lagi,” ujar Bayu. Dia ingin menebus kesalahannya selama ini dengan menyenangkan hati istrinya. Di kota itu, banyak barang-barang import. Ini adalah kesempatan Bayu memanjakan istrinya dengan berbelanja. Sebelumnya, dia hanya membelanjakan Anita barang keperluan rumah tangga. Bukan barang pribadi. “Nggak usah. Satu sudah cukup.” Anita membalikkan badannya, hingga keduanya berdiri berhadapan. Kedua tangannya segera dikalungkan ke leher Bayu. Jarak yang cukup dekat membuat keduanya lalu hanyut dalam suasana romant
Baca selengkapnya
Bab 25 B
Andai saja Anita tak mendengar igauan itu, tentu saja perlakuan Bayu ini sungguh menyanjung hatinya. Tentu saja, cintanya akan makin bersemi dan berbunga untuknya. Sayangnya, semua yang dikatakan Bayu hanya berhenti di mulut. Apa yang dilakukan Bayu padanya, bisa jadi dilakukan untuk wanita di luar sana. Kalau tidak, bagaimana Bayu bisa sejelas itu menyebut namanya, bahkan setelah mereka bercinta? “Mas mandi dulu, ya. Habis ini kita jalan-jalan.”Bagi Anita, ucapan Bayu itu lagi-lagi hanya untuk menghiburnya. Itu hanya usaha Bayu menutupi sandiriwaranya. Apakah ia selama ini hanya seperti anak kecil yang cukup dibohongi lalu bersorak kegirangan? Bayu mempercepat mandinya. Otaknya dipenuhi rasa bersalah pada Anita. Dia takut terjadi apa-apa jika meninggalkan Anita terlalu lama sendiri di kamar tanpa pengawasan. “Astaghfirulloh, kenapa Anita kini menjadi rapuh.” Bayu bergumam dalam hati. Anita yang dikenalnya dulu adalah Anita yang mandiri dan ceria. Bukan Anita yang sedikit-sedikit
Baca selengkapnya
Bab 26 A
Kuakui Mas Bayu sangat baik padaku. Meski aku tahu, banyak sandiwara yang diperankan olehnya. Selama di Batam, dia menawariku banyak hal. Dari berbelanja, hingga kuliner. Dia juga memanjakanku. Entah sampai kapan perasaanku ke Mas Bayu masih terganggu oleh mantan kekasihnya itu. Sementara aku tak bisa memaksakan hati Mas Bayu untuk mencintaiku. “Kamu nggak papa pulang sendiri?” tanya Mas Bayu saat dia mengantarkanku ke Bandara. Liburan sudah usai karena aku tak mendapatkan izin cuti. Besok aku harus kembali masuk kantor. Kami kini sedang duduk berdua di salah satu café di luar area bandara itu. Masih ada beberapa menit untuk masuk ke dalam. Kami memang berangkat lebih awal dari jadwal penerbangan, karena memang tak ada yang lain yang aku kerjakan. Aku sudah bosan kalau hanya di kamar hotel atau hanya berputar-putar di mall karena aku memang tak mau pergi ke mana-mana. “Apaan sih, Mas. Aku kan sudah sering dinas ke luar kota,” jawabku sambil memukul lengannya. Suasana santai berdu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status