All Chapters of Kejutan di Rumah Majikan: Chapter 21 - Chapter 30
127 Chapters
Rumah Sakit
Ibu Siti tak bisa melawan rasa takutnya hingga dia jatuh ke lantai dan tak sadarkan diri. Hani menahan tawanya dan merasa berhasil mengerjai ibu mertua nyonya majikannya itu. Kemudian dia memilih kembali menuju ke kamar belakang miliknya dengan santai.Saat melewati ruang tengah, suara dengkuran Nita memenuhi ruangan ini. Hani hanya menggelengkan kepalanya melihat Nita yang tertidur pulas. Bahkan jika terjadi sesuatu pada ibu Siti di kamar tamu, dia takkan menyadarinya. Bagaimana tidak, Hani tertawa lecil, tadi saat selesai makan malam Hani membubuhkan obat tidur di gelas teh milik Nita. Semua itu demi melancarkan rencananya.Kring kring Bunyi telpon di meja kecil mengagetkan Hani.Hani mendekati meja, lalu memberanikan diri mengangkat telponnya."Halo.""Hani," panggil suara di seberang telpon."Iya nyonya, saya disini.""Saya bisa minta tolong sama kamu, katakan pada ibu mertua dan Nita, kalau aku sama mas Bram belum bisa pulang malam ini. Masih banyak urusan yang belum dilakukan d
Read more
Jus seledri
Bram masuk ke ruangan ibu Siti. Dia tak tega melihat ibunya yang kini terbaring lemah. Sedang Nita, dia hanya menangis di samping ibunya. Teringat lagi kata dokter barusan pada mereka."Ibu anda jangan dibuat stres dahulu. Agar darah tingginya bisa dengan cepat distabilkan kembali."Bram mengusap wajahnya dengan kasar. Greta mendekati suaminya yang masih duduk di bangku panjang depan ruangan ibu Siti. Dia menggenggam tangan suaminya itu dengan erat."Sabar sayang, kita pasti bisa melewati semua ini."Bram menganggukkan kepala. Tiga hari bu Siti mendapatkan perawatan di rumah sakit. Membuat Bram dan Greta bolak balik menuju ke Rumah Sakit.Hingga siang ini ibu Siti dipulangkan. Di depan pintu rumah mewah dia turun, dipapah oleh putranya.Para pelayan menyambut mereka menyiapkan semua kebutuhan ibu Siti. Setelah ibu Siti dibaringkan di atas tempat tidur, mereka membiarkannya beristirahat."Eh pelayan," panggil Nita pada seorang pelayan di dapur."Iya, nyonya," jawab pelayan itu patuh.
Read more
Perhiasan
Ternyata reaksi obat diet Winda sungguh sangat cepat terlihat. Baru saja diminum beberapa teguk, ibu Siti sudah keluar masuk toilet. Tanpa melihat Hani sudah sangat puas dengan hasil kerja obat buatannya. Sedang Nita masih belum mendapatkan kesempatan mengajak ibunya berbicara."Ibu kamu lama-lama sudah sangat keterlaluan mas.""Sayang, kamu kan tahu ibu itu sudah tua. Dia hanya perlu banyak perhatian dari anak-anaknya.""Tapi bukan begitu juga caranya. Selalu saja berbicara tanpa memikirkan perasan orang lain. Kalau aku memang jahat dari awal juga aku tak mau mengijinkan mereka kemari. Mereka berada di sini sudah aku sambut dengan baik, memberikan semua fasilitas terbagus dalam rumah ini. Bahkan saat makan pun kiya bersama-sama.""Iya sayang, mas mengerti dengan perasan kamu. Mas minta maaf yah, kalau ibu selalu buat kamu tersinggung."Bram lalu memeluk istrinya dalam dekapannya."Kalian sedang membicarakan ibu ya?"Tiba-tiba suara ibu Siti mengagetkan mereka. Ibu Siti berdiri di pi
Read more
Sembuh
"Permintaan ibu tak banyak nak, pasti kamu bisa mengabulkannya kan. Ibu yakin istri kamu punya uang yang banyak dan bisa untuk membelikan perhiasan untuk ibu," ucap ibu Siti Bram hanya mengangguk, buat hati ibu Siti semakin bahagia."Kalau kamu membelikannya dengan segera, mungkin ibu bisa lebih cepat sembuh." Ucapnya lagi memohon dengan suara yang dibuat selemah mungkin.Bram hanya menunduk dan terdiam, dalam pikirannya bagaimana caranya dia membujuk istrinya untuk bisa membelikan perhiasan untuk ibunya ini."Bram, kok kamu diam aja?""Bu--kan begitu bu."Bram tergagap dengan pertanyaan ibunya."Kamu diam, berarti tak mau membelikan ibu perhiasan mahal ya?"Rajuk ibu Siti pada putranya."Iya bu, nanti Bram belikan untuk ibu."Bram memilih menenangkan hati ibunya."Begitu dong nak, ibu merasa paling beruntung di dunia, mempunyai putra yang sangat menyayangi ibu," puji ibu Siti.Bram menggaruk tengkuknya yang tak gatal.Tanpa sengaja Hani mendengar pembicaraan Bram dan ibunya. Semua it
Read more
Belanja
Permintaan ibu mertua yang begitu tak masuk akal membuat Greta semakin tak suka. Tapi dia lebih memilih mendiamkannya, apalagi pernikahannya dengan Bram masih seumur jagung. Bukannya apa, hanya saja malas untuk mempermasalahkannya.Sudahlah dengan masalah perhiasan, kelakuan ibu mertua dan iparnya semakin membuat nyonya Greta tak suka. Saat memerintah pelayan dengan kasar. Memperlakukan mereka seenaknya saja. Pada hal selama ini nyonya Greta tak pernah membuat batasan antara dia dan para pelayannya.Semua pelayan di rumah ini dianggap sebagai saudaranya sendiri. Bahkan jika dia ingin meminta bantuan pada pelayannya, nyonya Greta meminta tolong dengan kata yang halus tanpa berteriak. Karena dia yakin pelayannya pasti sudah mengerti apa yang harus mereka lakukan.Nyonya Greta memilih pergi ke perusahaannya. Mungkin di sana akan lebih baik. Dari pada berdiam di dalam rumah dan melihat kelakuan sang ibu mertua yang begitu kasar. Berulang kali dia meminta suaminya untuk menegur sang ibu, a
Read more
Tamu
Seharian penuh nyonya Greta tak bermain dengan ponselnya. Saat mengambil ponsel di dalam tas hitam miliknya, setelah kerja dia langsung menyimpan tas di dalam kamarnya. Seingatnya sejak pagi tadi dia sibuk, dan tak sempat untuk membuka tasnya.Kaget dan shock tak mampu mengeluarkan kata-kata. Notifikasi pemakaian kartu kredit atas nama suaminya banyak sekali. Transaksi dengan angka jutaan hingga puluhan juta untuk barang-barang yang penuh di ruang tengah milik ibu mertua dan iparnya."Mas, apa yang sudah ibu kamu lakukan. Lihat begitu banyak transaksi hari ini akibat ulah mereka. Apa kamu sengaja memberikan kartu kredit milikmu untuk digunakan seenaknya oleh ibu dan adikmu itu. Belum cukupkah baru kemarin kita membelikan ibu kamu set perhiasan emas yang tak murah harganya. Dan lihat sekarang apa yang sudah mereka lakukan. Aku tak mengerti jalan pikiran ibu dan adikmu, bisakah mereka menghargai aku di dalam rumah ini?"Emosi Greta sudah mencapai ubun-ubun. Dia melampiaskan kemarahann
Read more
Kesal
"Bu, pria itu tampan sekali," bisik Nita pada ibu Siti.Penampilan pria yang berada di hadapan mereka sungguh menggoda. Tak ada satu pun cela di wajahnya yang tampan rupawan.Hani meletakkan dua cangkir teh dihadapan nyonya Greta dan tamunya."Lho Hani, kok tehnya cuma dua. Buatkan juga untuk kami bertiga," bentak ibu Siti dengan kasar."Babu kok tak punya kesadaran, teh hanya dibuat untuk mereka. Apa kamu lupa kami juga tamu di dalam rumah ini?" Tanya ibu Siti dengan kasar, membuat Nita mencubit lengan ibunya, meminta ibunya menjaga sikap yang baik di hadapan tamu yang sangat tampan ini."Baik nyonya, akan saya buatkan lagi," ucap Hani sopan.Yang sebenarnya hatinya sangat dongkol diperintah seenaknya oleh ibu Siti dan putrinya itu.Hani bergegas kembali menuju ke dapur. Matanya sempat bertatapan dengan tamu nyonya Greta. Jantungnya tak berhenti berdegup kencang. Sambil memegang dadanya, Hani mengatur hembusan napasnya dan menarik dalam-dalam."Kamu kenapa Hani, kayak baru melihat han
Read more
Masih Berteman
"Kenapa kamu kecewa, apa yang sudah saya lakukan. Hingga membuat kamu begitu kecewa pada saya?" Tanya Niko melihat raut kekecewaan Hani di wajahnya. Membuat dadanya terasa sesak sekali, entah kenapa."Iya jujur saya kecewa, selama ini saya benar mempercayai tuan adalah teman saya. Nyatanya anda sudah menipu."Niko mengangkat dagu Hani dan bertanya, "Kata siapa orang kaya tak boleh berteman dengan pelayan. Kamu ini ada-ada aja. Terus siapa bilang saya penipu, saya pria baik-baik Hani.""Tadi, saat nyonya bertanya kapan tuan tiba di Indonesia, tuan menjawab baru tiba kemarin. Nyatanya selama ini tuan berada di sini, berkunjung ke rumah ini.""Jadi, tuan datang menyelinap kemari tanpa sepengetahuan nyonya Greta, untuk apa? Apa tuan berniat mencuri di rumah kakak tuan sendiri?" Cecar Hani pada Niko.Niko menggelengkan kepalanya, wanita di hadapannya ini sungguh banyak sekali bicaranya malam ini."Sudah jangan menangis, aku masih tetap teman kamu kok. Dan sekarang sebagai teman aku ingin m
Read more
Gaun
"Saya permisi kembali ke dapur tuan.""Duduk di sini."Niko menunjukkan kursi di sebelahnya."Tapi,""Duduk!" Pintanya tegas.Sungguh Hani tak kuasa untuk menolak lagi.Niko mengeluarkan sebuah benda seperti pena dari dalam sakunya.Lalu dia menekan tombol kecil di ujung pena itu."Sudahlah Nit, mana mau pria adik orang kaya itu sama kamu. Walau pun pakaian kamu mahal. Penampilan kamu sudah memakai riasan tebal begitu, tentu saja si tuan Niko itu tetap tak suka sama kamu.""Tapi bu, aku kan udah pakai pakaian mahal, bedak mahal juga di mana kurangnya coba?"Suara Nita terus menggerutu terdengar jelas dari pena di tangan Niko.Hani memandang wajah Niko dengan penuh tanya."Apa ini dari benda kecil kemarin yang aku letakkan di kamar ibu Siti?"Niko mengangguk, lalu menaruh telunjuknya di bibir meminta Hani diam dan terus mendengarkan."Jadi, kita bisa mendengar semua perbincangan mereka di dalam kamar?""Ya," jawab Niko."Menurut ibu Bram akan cepat kembali nggak ya?" Suara itu kembali t
Read more
Susu
Hani tak berniat untuk menjawab ibu Siti dan Nita. Tangannya sibuk mengambil semua gaun milik nyonya Greta di atas ranjang. Tak habis pikir dia akan kelakuan ibu Siti dan Nita. Tak puas berbelanja dengan kartu kredit, sekarang malah semakin berani melakukan tindakan di luar dugaan.Gaun mahal milik nyonya Greta mereka keluarkan semuanya. Tanpa sopan santun mereka mengambil saat nyonya Greta tak berada di dalam kamarnya."Apaan sih mbak Greta itu bu, cuma beberapa gaunnya saja di ambil kembali. Apa salahnya jika dia memberikan pada kita beberapa dari gaun itu. Tak ada ruginya juga kan, buat dia."Nita mengomel karena apa yang diinginkannya lebih baik.Ibu Siti mendengus kesal karena tak bisa berbuat apa-apa."Tunggu saja kamu Greta, saat Bram sudah menyelesaikan rencananya," gumam ibu Siti dalam hatinya.Walau terlihat kesal, dia membiarkan Hani melakukan suruhan menantunya itu.Sebisa mungkin terlihat biasa saja.Hani menggelengkan kepalanya tak mengerti jalan pikiran ibu Siti dan Nita
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status