All Chapters of Lelaki Dua Wajah: Chapter 201 - Chapter 210
259 Chapters
Bab 201
"Lakukan apa pun untuk menyelamatkan ayah saya, Dokter!"Suara tegas seorang wanita membuat kerumunan orang itu menoleh ke belakang punggung Dokter Smith.Karel dan Dokter Smith berbalik.Bertolak belakang dengan wajah Dokter Smith yang tersenyum ramah, Karel justru menatap tanpa ekspresi pada perempuan yang baru tiba.Sekelebat kilatan kaget sempat membias di matanya. Namun, itu hanya sepersekian detik.Karel berpaling ke brankar pasien, tapi ia tak dapat melihat wajah sosok yang berbaring di sana, lantaran teradang oleh tubuh wanita yang mengaku sebagai adik sang pasien."Tentu, Nona De Groot. Kami akan melakukan yang terbaik," janji Dokter Smith."Nyawa kakakku bukan mainan! Kalau rumah sakit ini tidak mampu mendatangkan Dokter J, aku akan membawa kakakku ke rumah sakit lain!""Nyonya, ini bukan saatnya berdebat. Keselamatan pasien lebih utama. Terlambat sedikit, bisa berakibat fatal untuk pasien.""Silakan, Dok! Selamat ayahku! Jangan hiraukan cuitan dari pengacau itu," sela Xela.
Read more
Bab 202
Jleb!Pertanyaan Xela seperti anak panah yang menancap, tepat pada pusat nurani Karel.Setiap detik sangat berharga dalam upaya penyelamatan nyawa seorang pasien. Karena dendam, sesaat ia melenceng dari rel sumpah seorang dokter."Cek kesiapan ruang operasi!" titah Karel, setelah berhasil memenangkan pertarungan batin, mengalahkan kubu dendam.Saat lampu indikator di atas pintu ruang operasi menyala, Xela dan kerabat Tuan De Groot menunggu dengan gelisah.Sebagian tegak duduk atau berjalan mondar-mandir dengan bibir komat-kamit melafal doa.Tiga jam telah berlalu.Xela menjadi orang pertama yang menyongsong kemunculan seorang perawat begitu pintu ruang operasi terbuka."Bagaimana operasi ayah saya, Nurse? Berhasil?" tanya Xela dengan suara bergetar."Operasi Tuan De Groot berjalan dengan lancar dan sukses, Nona. Ayah Anda akan segera pulih," jawab sang perawat, tersenyum hangat, menutupi rasa lelahnya. "Ayah Anda akan segera dipindahkan ke ruang pemulihan selama masa observasi pascaop
Read more
Bab 203
"Ini rumahmu?" tanya Tuan Jaffan, berdiri takjub memandangi bangunan megah di depannya.Setelah mendengar cerita Karel tentang sosok pemuda dalam foto itu, ia memutuskan untuk menerima ajakan Karel."Iya, Ayah. Alhamdulillah," sahut Karel. "Ayo, masuk!"Karel menggandeng lengan ayahnya. Sementara sebelah tangan lainnya menenteng tas pakaian Tuan Jaffan."Tolong buatkan minuman hangat untuk ayahku ya, Nyonya!" pinta Karel pada Nyonya Harioth setelah memperkenalkan ayahnya."Baik, Tuan."Karel menuntun ayahnya ke lantai atas, menuju sebuah ruangan yang bersebelahan dengan kamar tidurnya."Kamar ini milik Ayah. Aku telah mempersiapkannya jauh-jauh hari," kata Karel, membuka pintu kamar untuk Tuan Jaffan."Aku tidak menyangka hidupmu lebih sukses setelah jauh dariku, Nak."Di balik nada lirih Tuan Jaffan, dia tak mampu menyembunyikan kekagumannya atas keberhasilan Karel.Kamar yang disediakan Karel untuknya menyamai luas junior suite sebuah hotel bintang lima."Ini semua berkat doa Ayah,"
Read more
Bab 204
Waktu begitu cepat berlalu. Tak terasa, seminggu sudah Karel menekan dendamnya semenjak Tuan De Groot siuman.Selama itu pula Karel bersikap manipulatif dengan menunjukkan keramahan seorang dokter.Sikap Karel yang tampak santun dan sabar dalam melayaninya menimbulkan perasaan kagum dalam diri Tuan De Groot. Terlebih setelah dia mengetahui kejeniusan dan nama besar Dokter J."Maaf, Dokter! Saya tidak bermaksud untuk bersikap lancang, tapi sungguh ... saya sangat penasaran. Apa boleh saya menanyakan sesuatu yang bersifat pribadi?" tanya Tuan De Groot, mengamati Karel yang menuliskan sesuatu pada rekam medisnya.Karel menghentikan sejenak tarian penanya. Mengalihkan pandangan pada Tuan De Groot. Heran. Sejak kapan Tuan De Groot memanusiakan manusia?"Di kota ini, siapa yang berani menentang permintaan Anda, Tuan," sahut Karel. "Silakan!"Tuan De Groot merasa tersanjung mendengar kalimat bernada pujian dari Karel. Rasa kagumnya pada Karel naik berlipat ganda."Berapa umur Anda, Dok? Dari
Read more
Bab 205
"Keviiin!" teriak Karel, memanggil sang sahabat."Ini rumah, Bro! Bukan hutan," balas Kevin, keluar dari kamarnya dengan memakai kaus polo dan celana selutut. "Lagian, tumben teriak-teriak. Kesambet?"Karel mengempaskan bokong di atas sofa ruang tengah."Duduk!" titah Karel, mengode Kevin dengan lirikan mata pada ruang kosong di samping kanannya.Kevin mengikuti arahan Karel. "Ada apa sih? Kelihatannya serius banget.""Kapan aku memerintahkanmu untuk merenovasi rumahku?" cecar Karel tanpa basa-basi.Kevin berpikir sejenak, terlihat bingung. "Renovasi? Belum pernah deh kayaknya.""Nah, itu kau tahu. Kenapa kau lakukan juga?""Lakukan apa?" Kevin tambah bingung."Ya merenovasi rumahku, Keviiin! Sudahlah, tidak usah pura-pura bego begitu!""Sebentar! Sebentar! Benaran deh, aku belum mempekerjakan orang untuk membangun kembali rumahmu. Sumpah!" Kevin mengangkat dua jari. "Kau sendiri yang melarangku untuk merenovasi sebelum kau sendiri yang memberi perintah."Karel menyelami kedalaman man
Read more
Bab 206
"Bagaimana, Dokter J? Sudah Anda pikirkan, bukan? Setuju?""Untuk sementara, aku masih ingin fokus ke pekerjaan, Dokter Smith. Terima kasih!"Helaan napas kecewa menghapus senyum di wajah Dokter Smith."Kalau Anda berubah pikiran, jangan sungkan untuk berterus terang. Tawaran dari saya berlaku tanpa batas waktu," tukas Dokter Smith, pasrah lantaran tak bisa memaksakan kehendaknya kepada Karel."Hem!"Karel hanya mendeham sambil terus mengayun langkah, menyusuri koridor rumah sakit menuju ruangan Tuan De Groot.Di persimpangan koridor, Karel dan Dokter Smith berpisah. Arah dan tujuan mereka berbeda.Karel berbelok ke kanan. Sesaat ia berdiri ragu di depan ruangan Tuan De Groot. Memikirkan bagaimana cara dia menginterogasi Xela tanpa gadis itu curiga."Pasien sudah siap, Dok!" lapor seorang perawat, keluar dari ruangan Tuan De Groot.Biasanya Karel melakukan visit terhadap pasien bersama dengan dua orang perawat. Kali ini, dia sengaja meminta mereka mengecek kondisi pasien terlebih dahu
Read more
Bab 207
"Kau terlalu sering menonton opera sabun, Kevin!""Tidak perlu berpura-pura di hadapanku, Karel. Tak perlu malu juga. Aku tahu, jauh di lubuk hatimu, kau masih menyimpan nama Xela dengan rapi," oceh Kevin, tak menggubris kedongkolan Karel. "Akui saja! Jika memang masih cinta, kejar dan perjuangkan dia! Jangan sampai kau menyesal!""Keviiin, apa perlu aku menyumpal mulutmu dengan kaus kaki busuk?"Kevin kehabisan kata.Menasihati seseorang yang hatinya telah diselimuti kabut dendam tak ubahnya seperti mencampurkan minyak dengan air. Selamanya tak akan menyatu."Oke. Terserah kau saja. Andai suatu hari kau menyesal, jangan bilang aku tidak pernah memperingatkanmu."Karel mendengkus. "Tidak akan!"Kevin menatap sayu pada punggung Karel yang beranjak keluar rumah.'Dia bahkan tak menyadari perasaan sendiri,' batin Kevin.Karel memacu langkahnya menuju rumah sederhana yang baru selesai direnovasi. Entah kenapa kali ini ia lebih memilih untuk melewati pintu depan.Matanya menyipit melihat s
Read more
Bab 208
"Wow! Ternyata kacung juga berani makan malam di sini. Bawa cewek lagi. Yakin bisa bayar?" ejek seorang pria dengan suara cukup keras.Karel tak memedulikan tatapan aneh dari para pengunjung yang tertarik dengan perkataan lelaki itu.Ia terus saja menikmati makanannya, seolah-olah hinaan lelaki itu hanyalah dengungan seekor lalat.Brak!Lelaki itu menggebrak meja, menyebabkan peralatan makan di atas meja itu terangkat. Air minum Karel bahkan sampai tumpah.Karel terdiam sesaat. Setelah kembali tenang, ia melanjutkan lagi makannya.Hal itu membuat si lelaki pengacau murka. Ia meraih gelas milik Elina. Perlahan ia menuangkan minuman dalam gelas itu ke kepala Karel.Kali ini Karel menghentikan aktivitasnya. Selera makannya hilang total. Ia melirik sinis pada lelaki pengganggu itu.'Kenapa dunia begitu sempit?' rutuk Karel dalam hati.Lelaki yang berdiri di sampingnya itu adalah orang yang paling tidak ingin dilihatnya. Dia tidak mengerti mengapa Lewis selalu mencari gara-gara dengannya.
Read more
Bab 209
"Tetaplah di dalam mobil!" titah Karel. "Jika situasi terlihat tidak memungkinkan bagimu untuk menungguku, pergilah! Selamatkan dirimu!""T–tapi, Tuan—""Dengarkan kata-kataku dan lakukan!"Karel turun dari mobil setelah mengode Elina untuk menggantikan posisinya, duduk di belakang roda kemudi.Lima lelaki berbadan kekar dengan sorot mata setajam belati mengayun langkah pelan, mendekati Karel.'Mereka pasti anak buah Lewis,' pikir Karel, mengukur kekuatan lima lelaki itu melalui postur tubuh mereka."Kenapa bukan Lewis langsung yang datang menemuiku? Apa dia takut?" tanya Karel, dengan nada mengejek."Jaga ucapanmu, Gembel!" hardik lelaki yang diperkirakan berusia paling tua di antara mereka. "Jangan sebut nama bos kami dengan mulut kotormu itu. Najis! Gara-gara melihatmu di restoran itu, bos kami jadi batal makan.""Cih! Najis teriak najis!"Bantahan Karel berhasil memprovokasi lima lelaki bertampang preman itu. Mereka serentak memasang kuda-kuda."Pengecut! Beraninya keroyokan!" led
Read more
Bab 210
Ckiit!Decit rem melengking tinggi ketika Kevin terpaksa mengikuti keinginan Karel."Jalan!" titah Karel, dengan nada datar."Apa?! Kau mempermainkan aku?" keki Kevin.Dia baru saja berhasil menghentikan laju kendaraan secara mendadak, tetapi hanya dalam hitungan detik Karel memintanya untuk menginjak gas kembali."Responsmu terlalu lamban!" sungut Karel."Kau melindur sebelum tertidur?"Rasanya ingin sekali Kevin menggampar kepala Karel. Kesal lantaran menghadirkan candaan yang membahayakan nyawa.Karel cuma diam. Ia juga jengkel karena Kevin tidak langsung berhenti saat ia memberi perintah. Alhasil, ia jadi kehilangan jejak seseorang.'Siapa dia?' Karel bertanya-tanya dalam hati.Hampir pukul sepuluh malam ketika Karel menjejakkan kaki di kamarnya. Ia melepas jaket, lalu membersihkan diri di kamar mandi. Kepalanya terasa lengket akibat minuman jus buah milik Elina, yang diguyurkan oleh Lewis.Sekarang target dendam Karel bertambah satu, yaitu Lewis. Dia harus memberi pelajaran kepad
Read more
PREV
1
...
1920212223
...
26
DMCA.com Protection Status