Semua Bab Lelaki Dua Wajah: Bab 241 - Bab 250
259 Bab
Bab 241
'Mari bermain-main, Xela!'Karel, dengan pendengarannya yang tajam, tentu saja mengetahui gerak-gerik Xela di belakangnya.Ia pun semakin intens menunjukkan perhatiannya pada Hannie."Satu tidak akan cukup, ayo ambil dua!" kata Karel seraya mengambil lagi satu pak daging segar dengan bobot satu kilo. "Kau sangat menyukai daging, 'kan? Malam ini, aku akan memasakkan menu spesial untukmu."Hannie tentu saja merasa senang dengan janji Karel. Dalam urusan dapur, Karel memang lebih jago darinya."Benarkah? Awas saja kalau bohong!" balas Hannie, dengan nada merajuk.Karel menowel hidung Hannie. "Apa sih yang tidak buatmu? Kau tinggal bilang mau makan apa, akan kubuatkan dengan senang hati!""Ah, kamu memang yang terbaik!" seru Hannie riang sembari melayangkan ciuman jarak jauh.Karel terkekeh, mengelus gemas rambut pirang Hannie.Awalnya Karel risi dengan kelakuan Hannie yang seperti itu, tapi lama-lama ia jadi terbiasa dan justru gemas dengan tingkah Hannie.Kasih sayangnya terhadap Hannie
Baca selengkapnya
Bab 242
"Kamu merasa manusia? Coba jelaskan ini!" geram Xela setelah mengotak-atik ponselnya.Ia menyodorkan ponsel itu kepada Karel sambil mengoceh jengkel, "Apa pantas seorang manusia yang memiliki hati nurani meninggalkan istrinya di malam pertama dan memilih menghabiskan malam bersama wanita lain? Jawab, J!"Karel melirik sekilas pada rekaman video yang sedang berputar. Tampak adegan dirinya sedang merangkul pinggang Hannie dengan posisi saling berhadapan."Aku lelah. Aku sedang tidak ingin berdebat," kata Karel, berusaha menghindari Xela dengan balik badan untuk membuka pintu kamar.Xela jadi murka. "Dia selingkuhanmu, kan? Cih! Jangan-jangan kamu menolak untuk menemaniku hari ini juga karena kamu sibuk bersenang-senang dengan perempuan murahan itu!"Karel mengurungkan niatnya untuk masuk ke kamar. Mukanya menegang. Tatapannya terlihat garang."Jaga bicaramu, Xela! Dia wanita terhormat!" sangkal Karel, tak terima Xela menghina Hannie."Cih, mana ada wanita terhormat yang rela merendahkan
Baca selengkapnya
Bab 243
"S–saya hanya kurang hati-hati dan terjatuh. Tidak perlu melibatkan polisi.""Nona, apakah menurut Anda saya dokter yang mudah ditipu? Saya sangat mengenali luka robek yang Anda alami. Anda terlihat seperti korban rudapaksa. Betul, 'kan?"Xela menggigit bibir bawahnya, tersenyum kecut. Haruskah ia berterus terang mengatakan bahwa semua itu adalah perbuatan suaminya?Seakan dapat membaca isi pikiran Xela, dokter itu mengangguk pelan."Baiklah. Jika itu pilihan Anda," kata sang dokter. "Tapi, tolong ingatkan suami Anda untuk bermain dengan lembut."Keengganan yang memancar dari sorot mata sayu Xela membuat dokter itu menebak dengan benar.Ia menjahit luka Xela tanpa berbicara lebih banyak.Xela menolak dan bersikeras untuk tetap pulang ketika dokter menyarankannya menjalani rawat inap selama beberapa hari hingga lukanya sembuh.Namun, Xela tidak kembali ke apartemen Karel. Ia memutuskan untuk beristirahat di tokonya hingga sembuh. Beruntung salah satu karyawannya tanggap menyiapkan kama
Baca selengkapnya
Bab 244
Plok! Plok! Plok!Karel bertepuk tangan. Tatapan dinginnya menusuk tepat ke sepasang netra sendu Xela."Hebat! Berhari-hari meninggalkan rumah suami tanpa kabar," sindir Karel.Xela yang tak menyangka Karel masih berada di rumah pukul sembilan pagi sontak menghentikan langkah.Ia membalas tatapan dingin Karel dengan wajah tanpa ekspresi."Apa pedulimu? Bahkan aku mati pun, itu bukan urusanmu," jawab Xela dengan nada datar. "Kamu sendiri kan yang memintaku untuk mengurus diri sendiri? Lalu, kenapa kamu merasa kebakaran jenggot saat aku bersikap patuh?"Xela menyembunyikan jemarinya yang tremor dalam saku coat panjang yang dikenakannya. Jujur, semenjak kebengisan Karel malam itu, ia merasa takut bertemu dengan suaminya. Ia hanya mencoba terlihat tegar dan kuat.Karel bengong mendapatkan serangan balik dari Xela. Terlebih saat Xela langsung berbelok ke kamar setelah menimpali perkataannya.Grep!Karel mengejar Xela dan menyambar lengannya. Namun, pemberontakan Xela membuat cekalannya ter
Baca selengkapnya
Bab 245
"Sekali lagi kau meninggalkan rumah tanpa pamit, kau akan menerima konsekuensinya!" tegas Karel, menatap lekat pada Xela. "Sekarang bersihkan seluruh ruangan. Jangan ada setitik debu pun yang tersisa!"Sungguh, bukan itu yang sebenarnya ingin Karel katakan pada Xela. Kata maaf yang bergema dalam hatinya terpendam begitu saja. Ego menuntun Karel untuk tetap bersikap angkuh, walaupun jiwanya digerogoti rasa bersalah."Aku berangkat kerja. Ingat, aku mau ... saat pulang nanti, rumah ini sudah bersih."Xela membisu, menatap punggung Karel nan kian menjauh.Waktu seakan berjalan lambat. Setiap jengkal lantai apartemen Karel terasa bagai serpihan kaca yang sengaja dipasang untuk melukai kakinya.Xela menyelesaikan tugas dari Karel tanpa menghiraukan rasa nyeri yang dideritanya. Setelah itu ia bertandang ke rumah ayahnya."Ada apa lagi kau kemari?" sambut Tuan De Groot dengan raut tidak senang.Bukannya mempersilakan Xela masuk dan menyambutnya dengan pelukan hangat, Tuan De Groot malah menc
Baca selengkapnya
Bab 246
"Tuan! Gawat, Tuan! Gawat!"Lewis memasuki ruang kerja Tuan De Groot dengan tergopoh-gopoh. Kemampuan lelaki itu mengontrol gejolak emosinya jauh lebih rendah dari Clark.Tuan De Groot menatap dingin pada Lewis. "Apa kau telah kehilangan sopan santunmu, hah?""Maaf, Tuan. Ini darurat!" Kening Lewis dibanjiri keringat. "Anda akan mengetahuinya setelah membaca ini."Lewis menyodorkan berkas yang dibawanya.Semenjak menggantikan posisi Clark, kini Lewis yang menjadi jembatan penghubung antara Tuan De Groot dan manajer operasional perusahaannya.Perlahan Tuan De Groot membuka berkas tersebut dan membacanya dengan saksama."Bedebah!" umpat Tuan De Groot sembari menggebrak meja. Mukanya merah padam.Selang beberapa detik, ia menghubungi sang manajer operasional lewat ponselnya."Katakan bahwa laporan yang kau kirim tidak benar," sentak Tuan De Groot."M–maaf, Tuan. Produksi kita gagal. Uang kita telah dibawa kabur."Jedar!Pengakuan dari seberang telepon bagai gelegar halilintar menyambar g
Baca selengkapnya
Bab 247
Tap! Tap!Langkah kaki Karel terdengar berat dan menakutkan di telinga Xela.Gadis itu menunduk. Jari-jarinya mencengkeram pakaian yang dipegangnya dengan kuat, seakan sedang berusaha memindahkan rasa takutnya pada kain bermotif bunga itu."Kau ingin kabur di saat ayahmu sedang terkapar di rumah sakit?" ulang Karel."A–apa?"Karel mendecih. "Cih! Kau bahkan tidak tahu apa yang terjadi pada ayahmu," ejeknya. "Pantas saja ayahmu lebih percaya padaku."Karel terkekeh. Namun, kekehan tawa itu terdengar menyeramkan bagi Xela."Kamu licik!" maki Xela, melawan rasa takutnya. "Kamu sengaja kan mengadu domba aku dan ayahku?"Binar ketakutan di mata Xela beralih rupa menjadi benci."Kalau iya, kenapa?" sinis Karel.Xela mengepalkan tinju, lalu menyemburkan kata-kata penuh cacian, "Kamu ... lelaki dengan dua wajah. Kamu tidak pantas disebut lelaki. Kamu bahkan tidak layak bekerja sebagai dokter. Kamu manipulatif! Psikopat!"Lagi, Karel terkekeh dengan kedua tangan bersembunyi dalam saku celana.
Baca selengkapnya
Bab 248
"A—""A—"Karel dan Clara sama-sama kikuk. Keduanya mengawali pembicaraan secara bersamaan. Sementara Jason pamit ke toilet."Kau dulu!""Kamu dulu!"Kembali keduanya bicara serentak, kemudian terkekeh pelan. Merasa lucu karena tingkah mereka seperti ABG yang baru berkenalan.Akhirnya Karel mengode dengan tangan agar Clara membuka percakapan."Terima kasih," ujar Clara. "Sejak melihatmu, aku penasaran. Kamu ... Karel Jaffan, bukan? Suami Xela?"Karel terperangah. Dia mengamati wajah Clara lebih detail. Seketika ingatannya berhasil mengenali sosok wanita itu."God! Kau salah satu teman Xela, yang waktu itu datang ke Terrariant?" tanya Karel, untuk memastikan bahwa tebakannya benar."Iya. Kamu juga masih ingat?" Clara tersenyum semringah. "Bagaimana kabar Xela? Kamu ke sini bersama dia, 'kan? Mana? Kok tidak kelihatan?"Clara belum berubah. Di antara rombongan Xela waktu itu, Clara paling cerewet dan cenderung ceplas-ceplos.Karel menggeleng. "Tidak. Aku ke sini bersama seorang teman. K
Baca selengkapnya
Bab 249
"Batalkan eksekusi rumah itu!""Tapi, Bos—""Batalkan!"Suara Karel meninggi, memotong sanggahan lawan bicaranya dari seberang telepon."B–baik, Bos."Tut!Karel menutup panggilan telepon dengan ekspresi wajah yang tak terbaca. Beragam emosi berebut tempat untuk menguasai hatinya.Kata-kata Clara tentang perasaan cinta Xela yang begitu tulus untuknya terus terngiang-ngiang di telinganya.Sungguh tak ia sangka bila wanita yang dibencinya karena dendam pada sang mertua justru telah jatuh cinta berkali-kali padanya, walaupun ia tampil dalam wujud yang berbeda.Denyut perih mencengkeram hati Karel. Ribuan ton rasa bersalah mengimpit dadanya.Berdiri di balik jendela kamarnya, Karel merasa gumpalan mega yang berarak lamat seakan menertawakan kebodohannya, yang tak mengenali perasaan Xela.Benarkah dia membenci Xela? Atau dendam telah membutakan nuraninya?Satu hal yang pasti, Karel sangat menyadari bahwa pusaka sakti yang dibawanya sejak lahir hanya bereaksi saat bersama Xela. Bahkan, hany
Baca selengkapnya
Bab 250
"Kamu serius tidak mau rujuk lagi sama Karel?" tanya Clara sambil mengaduk-aduk minumannya.Kafe itu tidak terlalu ramai sehingga dia tidak perlu berbicara dengan berbisik-bisik.Ekspresi muka Xela sarat dengan beragam emosi yang saling tumpang tindih. Tatapannya tak bergairah."Aku bisa apa, Cla? Dia sudah menalakku," lirih Xela, tertunduk lesu. "Aku tidak tahu kenapa dia sangat membenciku.""Itu hanya perasaanmu saja, Xela. Aku sempat bertemu dengan mantan suamimu di acara pameran seni. Dia masih sendiri lo ...."Xela mendongak. Seberkas cahaya terang berkelebat pada mata sayunya."Percuma, Cla. Toh dia juga tak akan kembali padaku," gumam Xela, kembali tertunduk lesu."Tapi, kamu masih mencintainya, 'kan?""Sudah tak ada gunanya lagi.""Heeei ... ini bukan dirimu, Xela! Xela yang kukenal tidak pernah menyerah memperjuangkan keinginannya."Clara menggenggam jemari Xela, seakan menyalurkan kekuatan pada sang sahabat yang terlihat telah kehilangan gairah hidup."Kalau kamu masih menci
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
212223242526
DMCA.com Protection Status