All Chapters of Bukan Teman Tapi Sekamar?: Chapter 21 - Chapter 30
95 Chapters
Lepas Kendali
Tidak seperti yang Amanda bayangkan, rupanya hari ini hanya acara pembukaan. Bahkan saat hari mulai menjelang petang, tepatnya saat matahari terbenam, hanya ada beberapa hal penting yang bisa disimpulkan.Pertama, acara perkemahan pesisir pantai ini diubah menjadi tiga hari. Kedua, acara dimulai tepat saat api unggun malam nanti. Dan yang terakhir, ia harus menelan fakta jika setiap pasangan tidur dalam satu tenda yang sama. Hal yang terakhir ini, sebenarnya Amanda sudah menduga. Namun ia tetap berharap ada sedikit jarak. Ia bukan tidak percaya pada Senja, hanya saja Amanda takut tidak bisa mengendalikan dirinya.Bagaimana jika tubuhnya bereaksi abnormal saat berada di dekat pria yang ia sukai? Memikirkannya, Manda langsung membuang napas kasar.Karena terlalu sibuk dengan pemikirannya sendiri, Amanda tersentak saat tubuhnya sedikit terhuyung ke belakang. Laki-laki dengan pakaian serba hitam lengkap dengan masker yang menutupi wajahnya baru saja melintas. Amanda mengerutkan dahi, meng
Read more
Sebuah Alasan
Perpotongan lehernya terasa basah, Amanda tertegun saat menyadari Senja sedang menumpahkan tangis. Dalam jarak sedekat ini, ia bisa merasakan tubuh dingin milik Senja yang jelas tidak sedang dalam keadaan baik-baik saja.“Kau berada dalam pengaruh obat,” ujar Amanda membalas. Senja tak langsung menanggapi. Amanda mematung saat merasakan embusan napas milik Senja pada perpotongan lehernya. Ini memang tidak benar, tetapi sensasi tubuhnya tidak bisa berbohong. Amanda tidak mempermasalahkan apa yang sebelumnya dilakukan Senja. Toh, pada ujungnya ia turut serta menikmatinya.“K-kau sudah sadar?” tanyanya. Amanda bertanya dengan nada terbata, ia tetap merasa gugup saat merasakan embusan napas Senja untuk kesekian kalinya.“Tidak, obatnya malah semakin bereaksi,” jawab Senja dengan nada rendah, terdengar tertekan. Amanda tahu itu, lagipula sangat tidak mungkin reaksi obat perangsang akan menghilang dengan cepat. Paling tidak, Senja harus mendapatkan puncak kenikmatan.Yang paling membuatnya
Read more
Membentang Jarak
Dengan wajah bersemu, Amanda memilih untuk segera keluar dari tenda. Wajahnya bahkan memanas hanya karena mendengar alasan yang beberapa detik lalu baru saja Senja udarakan. Ia merutuki diri dalam hati, mengapa ia harus melupakan hal sebesar ini? Apalagi Senja yang mengingatkannya, mau Manda letakkan dimana wajahnya?“Aish, benar-benar memalukkan,” rutuk Amnanda. Gadis itu berdiri di sisi tenda, lalu memukul pelan kepala sembari mengumpat pelan. Merutuki dirinya sendiri yang sama sekali tidak peka dengan kondisi. Jika permainan panas mereka terus berlanjut, rasa malunya pasti berlipat-lipat. Sepertinya ia harus bersyukur karena Senja memberitahukan hal ini lebih cepat.Amanda mengipasi wajahnya yang terasa panas, sensasi menggairahkan itu masih bisa dirinya rasakan.Ia mengedarkan pandangan sebentar, lantas memilih untuk berjalan menjauhi kawasan tenda. Kerongkongannya terasa kering, jadi ia memilih meraih gelas satu kali pakai untuk meneguk air dingin yang tersedia pada pos berbentuk
Read more
Keterdiaman Senja
Rupanya, keterdiaman Senja berlangsung hingga malam semakin larut. Amanda tak bisa mengalihkan pandang dari pria itu semenjak api unggun menyala. Bahkan saat ia memiliki kesempatan untuk mengajak pria itu berbicara, Senja memilih untuk menghindarinya. Manda tidak mengerti mengapa segalanya berakhir serumit ini. Apa tingkahnya saat berada di dalam tenda kelewat berlebihan? Mungkinkah itu yang Senja merasa kesal? Untuk kesekian kalinya, embusan napas Manda mengudara. Senja benar-benar membentangkan jarak, sama seperti yang Marsha katakan."Manda, kamu tidak berniat masuk ke dalam tenda?" Marsha mendekati gadis itu, kini Manda masih terduduk di depan api unggun yang mulai padam. Kerumunan manusia sudah sirna, mereka sudah kembali pada kesibukan masing-masing. Para kru dan tim sibuk mempersiapkan agenda besok pagi.Amanda menoleh sebentar, ia menatap Marsha sembari memberikan senyuman simpul."Senja sudah di dalam tenda, dia mendiamiku. Rasanya canggung jika aku ikut masuk," ujar Manda
Read more
Tidak Jelas
Sesuai dengan jadwal yang sebelumnya sudah disepakati bersama, agenda pagi pukul enam tepat adalah olahraga bersama. Instruksi Brilian sebagai penanggung jawab terdengar, Amanda yang baru saja keluar dari tenda mendengus tidak senang. Ia bangun terlambat dan tidak menemukan Senja di dalam tenda. Pria itu bangun tanpa berniat membantunya bangun seperti hari-hari sebelumnya.Brilian berseru dengan sebuah speaker dalam genggaman tangan, meminta semua orang segera berkumpul agar kegiatan tidak berakhir terlalu siang.Amanda kembali mengedarkan pandangannya, ia berharap menemukan Senja di antara banyaknya orang yang mulai berbaris rapi. Harapannya terkabul, ia melihat Senja. Keduanya bersitatap sebentar, tetapi Senja dengan cepat memutuskan kontak mata. Suasana hati Amanda sedang tidak baik-baik saja pagi ini, mungkin faktor datang bulan yang tak kunjung usai. Begitu melihat Senja memutuskan kontak mata, ia tertawa sumbang dengan wajah kesal. “Menyebalkan sekali, dia masih berniat mengab
Read more
Possesif
Senja menatap gadis di depannya dengan pandangan dalam, terbesit rasa gundah tiada tara yang membuatnya merasa serba salah. Amanda tampak kesal dengan bahu yang naik turun, napasnya juga tidak beraturan. Senja terus menatapnya tanpa berniat mengudarakan suara, sepertinya Amanda belum menyelesaikan ucapannya. Namun tak berselang lama. Laki-laki itu terperangah saat mendapati air mata tergenang pada pelupuk kedua mata milik Amanda. Gadis itu berniat menangis.“Amanda, don’t cry please,” pinta Senja. Pria itu mengudarakan tangan untuk menangkup wajah gadis di depannya, tetapi Amanda sudah lebih dulu menghindar. Gadis itu mundur dua langkah untuk menciptakan jarak, setelahnya menatap balik Senja sembari mengusap kasar kedua matanya. Usapan kasar itu meninggalkan jejak kemerahan pada mata hazel miliknya.“Kamu tidak bisa berlaku seperti ini,” ujar Amanda.Senja mengerutkan dahi, merasa tidak mengerti dengan arah pembicaraan mereka saat ini. “Aku tidak mengerti,” balasnya.Amanda sudah t
Read more
Hari Pertama
Amanda tidak bisa berbuat apapun saat Senja membawanya pergi dari hadapan Dion. Laki-laki itu menggenggam satu tangannya dengan kuat, berjalan dengan tergesa menuju lokasi dimana mereka akan memulai permainan pertama.“Sudah jelas sekali jika pria itu menyukaimu,” ketus Senja memberitahu. Amanda yang sebelumya sibuk mengerucutkan bibir dengan raut wajah masamnya langsung menengadahkan wajah. Ia menatap Senja sembari mengangkat kedua alisnya. Mengapa pria itu membicarakan Dion tiba-tiba.“Pria itu? Siapa?” tanya Amanda pura-pura tidak mengerti. Senja langsung menghentikan kedua langkah kakinya, pria itu menatap manda dengan raut wajah geram, lalu menghembuskan napas panjang saat mendapati raut wajah polos yang kini tengah Amanda perlihatkan. Gadis itu terlihat menggemaskan.“Laki-laki yang tadi menghadang jalanku,” jelas Senja. Rupanya pria itu percaya jika Amanda tidak memahami ucapan sebelumnya. Amanda langsung mengangguk-anggukan kepala sembari mengulum senyum. Mengapa pria itu haru
Read more
Panah Pesona
“Mengapa permainan pertamanya harus berat seperti ini?” Amanda bertanya dengan nada kesal pada Marsha yang berdiri di sampingnya. Merasa diajak berbicara, wanita itu lantas menolehkan pandang sembari terkekeh pelan. Terhitung empat kali ini Manda mengudarakan pertanyaan yang sama dengan arah pandang tertuju pada senja.Kini keduanya, ralat, bersama Bianca juga, sedang berdiri di sisi lokasi permainan.“Jangan terlalu berlebihan, Manda. Ini tidak masuk ke dalam kategori permainan berat,” balas Marsha sebelum menggeleng-gelengkan kepalanya.Manda menoleh ke arah wanita itu sebentar, lalu mengembuskan napas panjang. Sepertinya memang begitu, ia yang terlalu berlebihan. Permainannya hanya memanah dengan buah sebagai bidikkan, tetapi bagi ia yang tidak pernah melakukannya, tetap terasa berat bukan?“Senja!” Gadis itu berteriak tanpa mengindahkan banyak pasang mata yang langsung tertuju ke arahnya. Senyuman merekah pada bingkaian wajah gadis itu begitu pria yang dipanggilnya menolehkan pand
Read more
Peraih Poin Tertinggi
“Tetap saja, jangan melihatnya terlalu lama!” balas Manda dengan nada tidak rela. Jelas gadis itu merasa tidak senang karena pesona tak terbantahkan milik pasangannya menjadi fokus atensinya banyak gadis di area ini.Mendengar nada tidak rela itu, Marsha langsung terkekeh. Ia hanya bercanda saat berkata sebelumnya. Walau Senja memang memiliki pesona luar biasa, bagi Marsha hanya Michel yang berhasil membuatnya jatuh hati.“Oh, meleset?” Manda bertanya saat panah pertama milik Senja tidak mengenai buah apel sama sekali. Sementara sorakkan tepuk tangan terdengar saat Brillian berhasil menancapkan panahnya pada sasaran walau tak berhasil membuatnya terjatuh.Amanda mengangkat kedua alisnya sendiri, sepertinya Senja tidak terlalu menyukai permainan ini. Itu hanya persepsinya, ia tidak tahu pada kenyataanya seperti apa. Namun dilihat dari raut wajah serius pria itu, Manda langsung merasa jika Senja ingin memimpin permainannya.“Senja! Kau harus menjatuhkan apel jika tidak ingin tidur di lu
Read more
Tentang Poin
“Aku sudah tidak datang bulan.” Amanda mengatakannya sembari merekahkan senyuman.Senja menaikan kedua alis begitu mendengar ucapan Amanda. Mengapa gadis itu membeberkan informasi sensitif seperti ini? Dimana urat malunya? Senja benar-benar tidak mengerti.“Untuk apa kamu memberitahukan hal seperti ini?” Senja bertanya dengan nada ketus. Mendengarnya, Liona langsung mengerjapkan kedua mata. Benar juga, mengapa ia harus mengatakannya?Gadis itu langsung tergagap sembari memalingkan wajah ke arah lain, “Oh, maaf. Aku hanya merasa saat aku menstruasi, suasana hatiku selalu berubah-ubah. Sepertinya itu sedikit mengganggumu,” jelas Liona mencoba memberikan alasan yang logis. Namun yang jelas, bukan itu alasan yang sebenarnya. Senja menyembunyikan senyuman dengan cara memalingkan wajah sebentar, ekspresi gadis di hadapannya begitu menggemaskan. Senja memang tidak mengerti apa yang sedang Amanda pikirkan, ia hanya fokus pada ekspresi wajah gadis itu detik ini.“Benar bukan? Marsha dan Michel
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status