Lahat ng Kabanata ng GARA-GARA AEROBIK, ISTRIKU BERBADAN DUA: Kabanata 51 - Kabanata 60
136 Kabanata
Ditembak Gadis
PoV AuthorSatu bulan berlalu.Kini Raffa sudah kembali fokus pada karirnya yang sempat terbengkalai oleh sebab permasalahan rumah tangganya. Lelaki itu nyaris terdepak dari jabatannya sebagai direktur personalia, karena sudah sering mangkir dalam pertemuan-pertemuan penting yang seharusnya menjadi kemajuan bagi perusahaan tersebut.Ketika Raffa berada di kampung halaman selama satu minggu, sang pemilik perusahaan mengancam akan menggantikan posisinya oleh orang lain yang lebih berkompeten, jika tidak segera fokus bekerja dan profesional.Raffa tidak ingin kehilangan segalanya. Jika ia tetap bekerja, setidaknya ada banyak senyuman yang akan tetap terjaga menanti uluran tangannya. Para malaikat kecil yang selalu menjadi motivasi Raffa untuk terus berbuat kebaikan.**"Raffa kembali ke kota ya, Bu. Ibu jaga diri di sini. Jika Bi Sri sedang tidak datang, Ibu beli saja untuk makannya. Jangan kerjakan pekerjaan rumah," pesan Raffa sebelum kembali ke kota.Bi Sri adalah orang yang bekerja d
Magbasa pa
Jawaban Raffa Atas Ungkapan Cinta Khayra
"Khayra sangat mengagumi Mas Raffa, sejak dulu, sejak Mas Raffa memutuskan untuk mencari pekerjaan di kota.""Oh, ya? Kenapa?""Entah. Rasanya sangat berat melepas kepergian Mas Raffa. Apa itu artinya cinta?" tanya Khayra tak yakin."Saat itu kamu masih remaja. Jikapun memang cinta, hanya sekadar cinta monyet." Raffa melemparkan tawa ke arah gadis yang sudah ia anggap seperti adik kandung sendiri. Ia pun merasa tidak mungkin dengan apa yang Khayra katakanan. Usia mereka terpaut 11 tahun, masih terlalu kecil jika Khayra mengaguminya sejak ia hendak merantau."Kalau memang cinta monyet, mengapa rasa itu masih tetap ada hingga sekarang?""Mungkin, apa yang kamu rasakan padaku itu sama seperti dengan rasamu terhadap Zidan. Cinta seorang adik terhadap kakaknya." Raffa mengusap puncak kepala Khayra sejenak malam itu, lalu pergi berbaur dengan para lelaki.Sejak kejadian malam itu, Raffa menjadi canggung setiap kali bertemu dengan Khayra.Dan pagi itu saat berpamitan, Raffa tidak mengatakan
Magbasa pa
Tawa Riang Usai Badai yang Menerpa
PoV AuthorSiang yang mendung dengan awan kelabu bergelayut memayungi langit ibukota. Raffa yang semula tengah menelepon, kembali duduk di hadapan gadis yang baru saja mendatanginya karena ada sesuatu yang ingin ia bicarakan. Pria itu tersenyum kagum pada sang gadis yang sudah tak segan-segan memakan makanannya.Memang sudah Raffa tawarkan, tapi si gadis menolak. Namun pada akhirnya, gadis itu memakannya juga ketika Raffa sedang menelepon.Raffa menggoda gadis itu yang tak berhenti mengunyah, mangatakan jika gadis itu sudah makan. Sang gadis tak peduli, ia tergoda melihat makanan itu."Rakus," tukas Raffa seraya terkekeh."Enak saja! Aku memang sudah makan, Mas. Tapi baru dua suap sudah keburu ditubruk sama Sinta. Tumpah, deh, tuh bakso semangkuk," jelas gadis itu yang tak lain adalah Embun."Waduh! Enggak kena, tapi, 'kan?" tanya Raffa, menelisik gadis di hadapannya."Untungnya enggak. Makanya aku bete banget. Mana banyak kerjaan," keluhnya, namun tetap melanjutkan makan."Ya sudah,
Magbasa pa
Tatapan Kosong Wanita Hamil itu
Pelaku tersebut adalah Evano. Ia sempat ditangkap dua minggu lalu, namun berhasil lari dan membuat polisi mengejarnya.Tulang paha yang tengah dipasang gips tersebut tak mungkin untuk berlari, berjalan pun sulit. Hingga pada akhirnya Evano terjatuh ke sebuah parit dan mengakibatkan tulang pahanya semakin parah. Ia dilarikan kembali ke rumah sakit karena tak berhenti menangis kesakitan, hingga jatuh pingsan.Agus dan pengacara Raffa mengambil keputusan ketika dokter meminta persetujuan untuk meng-amputasi satu kaki dan satu tangan Evano demi menyelamatkan nyawanya.Dua hari yang lalu, dokter menyatakan bahwa Evano hanya perlu melakukan satu kali pemeriksaan lagi untuk memastikan hasil operasinya, lalu diperbolehkan untuk ditangkap. Dan hari ini adalah waktu yang sudah Agus tunggu-tunggu."Gimana, Dok, hasilnya?" tanya Agus ketika dokter yang memeriksa Evano sudah keluar dari ruang rawat Evano."Hasilnya bagus. Semuanya sudah oke sampai ke bekas jahitannya pun sudah bagus. Pak Evano sud
Magbasa pa
Isi Hati Raffa
PoV RaffaEntah sudah berapa hari tak kulihat sinar mentari yang biasanya selalu menyoroti bumi ini. Rindu dengan hangatnya pagi di bawah sorot sang arunika, namun bukan berarti aku tak menyukai mendung apalagi hujan. Hanya saja, terkadang hujan membawaku pada kenangan beragam di masa silam. Dimulai dari kenangan seru di masa kecil, kenangan manis di masa pencarian jati diri yang mana kala itu aku mulai jatuh cinta, hingga pada kenangan indah masa-masa menikah.Dan hujan pagi ini telah menghanyutkanku pada masa di mana aku mulai merasa ingin selalu dekat dengan seseorang. Ingin selalu tahu tentangnya, kabar terbaru hingga masalah hidupnya.Kenangan di kala aku menyebutnya adalah cinta pertama. Bukan wanita sempurna yang kucinta, melainkan hanya seorang anak tukang becak. Gadis periang yang memiliki lesung pipi hingga membuatku selalu terbuai oleh senyumannya.Gadis yang selama masa kuliah selalu membuatku bersemangat, selalu membuatku ingin menjadi laki-laki yang mapan agar mampu memb
Magbasa pa
Masih Tentang Embun
PoV RaffaUsia Embun hanya dua tahun lebih muda dariku, namun ia belum terpikir untuk menikah. Bukan tanpa alasan, sang ibu lah yang selalu ia pikirkan. Justeru kini adik gadisnya telah menikah satu tahun yang lalu.Meski begitu, Embun tetap energik terutama saat bekerja. Aku tidak menyangka dia mampu membangun sebuah usaha, meski kecil. Aku yang sudah melanglang buana ke sana ke mari pun, belum terpikir untuk membuka usaha sendiri.Siang ini, aku tak sengaja mengaguminya lagi. Ya Allah, maafkan hatiku yang telah menatap gadis lain dengan kekaguman ini. Aku membatin, meski pesona tak pernah lekang dalam senyumannya.**Pagi hari ini masih tampak mendung. Agaknya musim telah bergeser ke musim penghujan. Kulalui jalanan toll yang amat panjang demi sampai ke sebuah kampung yang dulu sering kusambangi setiap bulannya. Kampung halaman yang menjadi tempat bermain seorang wanita yang pernah singgah di hatiku.Kulihat dirinya dengan perut membuncit di balik jendela, tengah melambai seolah me
Magbasa pa
Semakin Dekat
PoV RaffaTiga bulan berlalu sudah ...Aku masih tetap sama dalam kesenderianku. Hanya mementingkan kebahagiaan orang-orang yang kusayangi. Aku pun masih tetap menyalurkan sedikit bantuan pada keluarga Yulia, setidaknya untuk pengobatan Yulia yang hingga kini masih berjalan.Sejak kedatanganku tiga bulan yang lalu, aku tak pernah lagi mendatangi mereka. Bagiku cukup sudah bujuk rayu segala daya dan upaya keluarga mereka untuk memintaku kembali.Bukan. Bukan aku teramat membencinya, namun hati ini amat sulit menerimanya kembali setelah apa yang telah ia perbuat. Terlalu sakit jika harus mengulang kebersamaan yang telah dirusaknya.Namun meski begitu, aku tetap menanyakan kabarnya pada Satya, sekadar untuk memantau perkembangannya saja. Kabarnya, kondisi kejiwaan Yulia semakin hari semakin membaik, semenjak kukerahkan satu tim dokter psikolog serta perawatnya untuk merawat Yulia tiga hari sekali, di rumahnya.Aku tak berkeberatan jika harus menguras sejumlah uang untuk kesembuhan jiwany
Magbasa pa
Kesuksesan Embun Berkat Raffa
"Aku gak marah, Mas. Cuma ..." gadis itu menggantung ucapannya, membuatku semakin penasaran."Aku sadar diri, siapa aku, Mas. Tidak pantas rasanya jika aku harus dijodohkan denganmu yang seorang bos besar di perusahaan besar ini. Apalagi ... aku juga bukan gadis muda lagi," jelasnya. Senyuman di bibirnya yang biasanya tampak begitu tulus, kali ini terlihat segan.Alih-alih ingin mencairkan suasana, situasi saat ini malah menambah ketegangan bagi kami berdua."Alasan macam apa, itu?" tanyaku, berusaha tetap santai. Padahal nyatanya, aku tak nyaman dengan anggapan berlebihan Embun."Ya ... tahu diri saja, Mas. Aku tidak mau sampai ada harapan yang tumbuh dari ledekan-ledekan itu. Aku tidak mau hatiku sampai kecewa karena harapan semu itu ternyata berbanding terbalik dengan kenyataannya."Embun menunduk, entah apa yang ia lihat."Maksudmu? Apa kamu takut kecewa hanya karena sebuah ledekan perjodohan kita?" tebakku."Aku ini seorang wanita, Mas. Di dalam sini ada sebongkah hati yang betap
Magbasa pa
Ghibahi Raffa di Rumah Bidan
PoV AuthorPantang menyerah Raffa mengemudikan mobilnya, meski lelah nyaris meremukkan seluruh tulangnya. Ia harus bertolak ke kampung halaman Yulia sebab Satya baru saja mengabari bahwa, Yulia sudah mulai merasakan kontraksi.Mendengar penuturan Satya di telepon, Raffa melupakan tentang tanya yang sempat memenuhi isi kepalanya. Sebuah tanya yang muncul dari pertemuan Embun dengan seorang pria yang tidak Raffa kenali."Ayolah!" gumamnya, resah melihat kendaraan di depannya nyaris tak bergerak.Sesekali pria itu melirik ke arah ponsel yang ditaruhnya di atas jok sebelah, berharap Satya segera memberi kabar terbaru tentang perkembangan kelahiran Yulia."Jalan, dong, Ya Allah ... ada apa ini, macet sekali?" Raffa bertanya seorang diri. Ia benar-benar khawatir pada Yulia yang tengah merasakan sakitnya kontraksi tanpa seorang suami.Meski sudah tak lagi peduli, Raffa tetap saja panik mendengar kabar tersebut. Pasalnya, hal ini adalah yang pertama baginya, meski kini sudah bukan lagi suami
Magbasa pa
Kelahiran Bayi Yulia
"Segera tangani, Bu Bidan. Kasihan, anak saya sepertinya mulai lemas menahan sakit," usul Pak Sujita, sekaligus ingin membungkam mulut bidan tersebut."Iya, Pak. Ini tidak sedang saya tonton saja, kok. Tapi pembukaannya belum lengkap," jelas bidan kepala itu."Lakukan sesuatu, Bu, supaya bayinya cepat lahir," mohon Pak Sujita lagi."Dari jam berapa mulai merasakan kontraksi?" tanya Bidan satunya dengan ramah."Sekitar jam dua siang, Bu Bidan. Dan sudah lama sekali, bayinya belum lahir juga," jawab Pak Sujita.Bidan tersebut menghitung jam dengan jarinya. "Ini wajar, kok, Pak. Baru tiga jam kontraksi, ada yang sampai dua hari dua malam. Bapak tenang saja. Jika dalam dua jam kedepan pembukaannya tidak bertambah, baru kita lakukan tindakan.""Tindakan, maksudnya?" Pak Sujita menatap penuh tanya pada bidan itu."Operasi caesar, Pak. Itu pun jika disertai masalah medis lainnya. Tidak sembarangan.""Ya Allah ... saya gak tega liatnya, Bu." "Maaf Bapak, jika memang Bapak gak sanggup, sebaik
Magbasa pa
PREV
1
...
45678
...
14
DMCA.com Protection Status