All Chapters of Mau Dimadu Demi Membalas Suami Peselingkuh: Chapter 61 - Chapter 70
116 Chapters
61 | Jambak-jambakan
Zoya yang kembali ke rumah sang mertua dengan sekantong besar barang belanjaan dibuat terheran-heran oleh tatapan merendahkan beberapa tetangga di sekitar rumah mertuanya.Namun, karena mereka tidak pernah cukup dekat, Zoya sedikit segan untuk bertanya mengenai arti tatapan itu. "Jadi itu yang namanya Zoya?""Ya ampun memalukan banget sih!""Ck ck ck. Gak habis pikir,""Kok bisa ada orang yang tidak tahu diri kayak dia?"Rangkaian percakapan ibu-ibu itu membuat Zoya meremas kantung belanjaannya dengan lebih erat. Tadinya dia hendak menghibur diri dengan menganggap tatapan meremehkan itu ditujukan pada ibunya yang berjalan sedikit di belakang. Tetapi mendengar namanya disebut membuat jantung Zoya berdegup khawatir. 'Ada apa lagi ini?' batinnya frustrasi. Tidak menunggu waktu lama, dia akhirnya menemukan jawabanya. Tepat setelah satu langkah dia memasuki pintu gerbang rumah mertuanya, raungan marah Mbak Arum menyambutnya. "Dasar wanita j*l*ng!""P*la*ur!" Seuntai julukan kasar yang
Read more
62 | Kemarahan Jaya
Sepanjang siang hari ini, Jaya diliputi oleh perasaan tak menentu. Hatinya tercampur aduk oleh perasaan marah, kecewa, dan sesal. Dia ingin segera menemui sang istri untuk menuntut penjelasan. Namun, dia tidak bisa lantaran masih jam kerja. Dia memiliki klien yang harus ditangani, sehingga dia tidak bisa meminta izin untuk pulang. Tetapi, akibat suasana hati yang tak karuan, Jaya masih tidak bisa menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Sehingga dia bahkan mendapat SP 1 karena kinerjanya mulai menurun bulan ini. Tidak hanya sering terlambat datang setelah waktu makan siang berakhir, dia juga sering menghilang tiba-tiba. Tidak heran jika wajahnya menghitam menahan gejolak emosi sepulangnya dari kantor. "Nak~"Jaya yang baru saja keluar dari mobilnya merajut kening hingga kusut ketika melihat seseorang dengan pakaian lusuh yang terlihat seperti pengemis ini ada di rumahnya. "Pengemis tidak diizinkan masuk ke sini. Pergi!" hardiknya pada wanita paruh baya yang terlihat seusia ibunya i
Read more
63 | Kemarahan Jaya (2)
Kepala Zoya jatuh terkulai kala mendengar ucapan sinis sang ibu mertua. Untuk saat ini, dia tidak tahu bagaimana harus membalas kata-kata ini. Dari sudut matanya, dia menyempatkan diri untuk melirik pada Mas Jaya. Namun, wajah suaminya itu terlihat begitu keras seolah tanpa emosi. Bahkan meski dia berkali-kali mengelus perutnya untuk mengingatkan Mas Jaya bahwa ada bayi mereka di dalam rahimnya, pria itu tampak sama sekali tidak terketuk hatinya. "Sayang, ada apa? Kenapa kamu awut-awutan begini?" tanya Mas Fadli saat melihat penampilan berantakan istrinya. " ... " Tidak ada yang langsung menjawab pertanyaan ini. Setiap pasang mata sibuk saling mengamati tindak-tanduk satu sama lain dengan seksama. "Mas, ini apa?" tanya Mbak Arum memecah keheningan yang sempat tercipta. Dia lantas memberikan selebaran yang memperlihatkan bahwa sang suami sedang berpelukan dengan iparnya. Seperti reaksi kebanyakan orang hari ini, sepasang mata Mas Fadli juga terbuka lebar karena terkejut. "Darima
Read more
64 | Semua Tidak Lagi Sama
Seperti biasa, matahari masih terbit dari ufuk timur. Zoya dan ibunya yang sedang tidur di kamar belakang yang diperuntukkan untuk pembantu terlonjak bangun karena terkejut. "Keterlaluan!""Semua keterlaluan!""Begini saja saya harus membangunkan kalian!"Suara marah-marah ibu mertua yang menelusup masuk ke dalam indera pendengarannya membuat Zoya hanya bisa mendesah pelan. Kehidupan yang tidak ada habisnya ini membuatnya benar-benar jengkel! Sambil mengikat rambutnya yang acak-acakan, Zoya mengambil langkah sedikit menghentak untuk membuka pintu kamar. "Kamu gak lihat matahari sudah tinggi?!" hardik ibu mertuanya sambil menunjuk ke arah langit yang jelas-jelas masih gelap. "Ada apa, Bu?" tanya Zoya dengan nada masih mengantuk. "Ada apa?!" pekik ibu Marni sembari berkacak pinggang. Matanya juga melotot lebar karena tak habis pikir. "Anak-anak harus berangkat sekolah. Jaya juga harus berangkat kerja. Sebagai seorang ibu dan istri, kamu pikir apa yang harusnya kamu lakukan?!" Zoy
Read more
65 | Semua Tidak Sama Lagi (2)
"Pagi, Buk!" sapa Jaya pada ibu yang dia temui di meja makan. "Hm," gumam ibu membalas sapaan putra kesayangannya. "Mbok Tum mana, kok gak kelihatan?" tanya Jaya sambil menyendok sendiri nasi ke atas piringnya. Dia benar-benar mengabaikan Zoya yang masih ingin berperan sebagai istri yang berbakti. "Resign tadi pagi-pagi sekali," jawab ibu Marni. "Kok Ibu izinin? Nyari pembantu sekarang susah loh," tukas Aruna sembari menyuap roti tawar berbalur selai coklatnya. "Kan sudah ada pembantu baru. Lumayan tidak perlu keluar uang lebih untuk menggaji pembantu. Uangnya bisa dipakai untuk keperluan lain," ujar ibu Marni sambil terus menyuap nasi di atas piringnya. "Oh," balas Jaya dan Aruna dengan serentak. Zoya yang mendengar kalimat menyesakkan ini meremas ujung daster yang dia kenakan dengan sekuat tenaga. Posisinya sebagai menantu tidak lagi dianggap. Kini semuanya tidak lagi sama. Tidak ada pula yang mengajaknya bergabung untuk sarapan di meja makan ini. Zoya yang masih berdiri di
Read more
66 | Omongan Pedas Tetangga
Kurang sedikit lagi, jarum jam akan menunjukkan tepat pukul 8 pagi. Sekarang ini, Adam dan Janu sudah hampir terlambat ke sekolah. Namun, Ibu Marni selaku nenek tampak tidak memiliki pengertian sama sekali. Tatkala dia melihat Zoya yang sedang buru-buru mempersiapkan keperluan sekolah kedua putranya, wanita paruh baya itu masih menyuruh menantunya untuk membersihkan meja makan sebelum berangkat. Karena tidak memiliki celah untuk berargumen, Zoya mengerjakan semuanya dengan kecepatan seribu tangan. Untungnya Adam dan Janu tidak rewel, dan banyak tingkah. Namun, justru inilah yang membuat hati Zoya teriris ngilu. Tatkala melihat anak-anaknya yang berubah menjadi lebih dan lebih pendiam. Tiba-tiba bayangan penuh kasih sayang Mas Agung menelusup dalam benak Zoya tanpa bisa dihindari. Dia entah bagaimana merindukan mendiang suaminya itu. Sekalipun gaji Mas Agung tidak banyak, dan meskipun saat itu dia juga menjalani hidup layaknya pembantu di rumah ini, tetapi hidupnya masih lebih ba
Read more
67 | Viral Lagi (1)
Byur, Zoya dibuat gelagapan oleh hantaman di wajah dari jus jeruk dalam gelas yang ada di atas mejanya. Dia baru saja akan membuka mulutnya untuk memaki siapapun orang yang bertindak kurang ajar padanya. Namun, semua kata yang hampir terlempar dari tenggorokannya langsung kembali tertelan ke perut. "M ... Mbak Arum?" lirih Zoya dengan suara tercekat. Spontan dia bangkit dari kursi yang sedang diduduki. Jantungnya tak terelakkan menghentak dengan keras. 'Ah, sial!" makinya dalam hati. "Sayang!" sapa Fadli yang juga turut bangkit dari kursinya. "Ini semua salah paham!" pungkasnya sembari berusaha meraih lengan wanita bernama lengkap Arumi Adiguna itu. Akan tetapi, tangannya langsung ditepis dengan kasar oleh sang istri. Arum sendiri terus menatap nyalang pada Zoya yang hanya bisa tertunduk, tidak berani memandang tepat ke arahnya. Dia yang sejak tadi berusaha menahan amarah yang menggelegak dalam dada dibuat kesal oleh penampakan sok polos wanita di depannya. Bagi Arum saat ini,
Read more
68 | Viral Lagi (2)
"Mas, apa sih istimewanya wanita ini?" tanya Arum dengan gamang. Pertanyaan lirihnya menggema di antara suara bisik-bisik pelanggan yang sedang menunjuk ke arah mereka. "Sayang ... " Fadli mulai menggeram dengan tidak puas. Kenapa hari ini istrinya begitu susah diatur? "Mas Agung, terus Jaya, sekarang kamu. Tiga orang pria dalam keluargaku diincar oleh wanita ini. Apa sih yang sudah diberikan wanita ini sama kalian. Kok bisa-bisanya kalian semua kepincut begini?" tanya Arum dengan serius. Dia benar-benar penasaran ingin mengetahui jawabannya. "Sayang, ini semua gak seperti yang kamu pikir!" desis Fadli dari balik gigi yang terkatup rapat. Dia mulai merasa geram dengan semua ini.Arum mendengus keras. "Lalu menurutmu, melihat kamu sama wanita murahan ini bertemu diam-diam di tempat yang begitu jauh dari rumah begini. Bagaimana seharusnya aku berpikir?" tantang Arum pada sang suami yang tampak begitu keras menahan diri agar bisa tetap sabar. "Sayang ... " lidah Fadli kelu. Dia ti
Read more
69 | Keputusan Jaya
Jaya duduk melamun di pojok cafe sembari menunggu pesanannya datang. Hari ini dia tidak langsung kembali ke rumah begitu pulang dari kantor. Dia terlebih dahulu mampir di salah satu cafe yang tak jauh dari perusahaan tempatnya bekerja. Melalui jendela besar di samping kirinya, Jaya menatap lalu-lalang kendaraan yang melintas di jalan yang berada tepat di depan cafe ini. Kepalanya sibuk menerawang memikirkan hari-hari yang telah lalu. Sejak menikah dengan wanita yang sudah begitu dia idam-idamkan sejak lama, kehidupan yang dia jalani justru kian kacau. Tidak ada lagi ketenangan batin yang bisa dia rasakan, yang ada kepalanya terasa ingin pecah dari hari ke hari. Belum reda euforia orang-orang yang senang menikmati gosip liar tentang dia dan keluarganya, kini kabar bahwa sang istri kembali bertemu diam-diam dengan iparnya kembali merebak. Sebuah video viral di sosial media yang sedang menyorot sang kakak sedang menampar istrinya di tengah keramaian cafe kembali menjadi topik panas
Read more
70 | Keputusan Jaya (2)
Jaya menanggapi dengan kepala mengangguk pelan. "Kamu sudah punya bukti?" tanyanya dengan santai. "Hah?""Apa Mas Fadli sudah mengantongi bukti kalau Fiona adalah dalang dibalik perampokan itu?" tanya Jaya mengalihkan fokusnya pada kakak iparnya itu. " ... ""Lalu bagaimana dengan debt collector itu juga? Apa itu juga ulah mbak Fiona?" tanya Aruna akhirnya ikut angkat suara. Dia juga mulai turut kesal dengan semua masalah yang telah menimpa keluarganya akhir-akhir ini. Masalah terbaru yang terjadi siang tadi antara kakak dan iparnya di tengah cafe yang banyak pengunjungnya itu telah membuatnya turut dirong-rong serangkaian tanya oleh orang-orang yang mengenal dia dan keluarganya." ... "Ibu Marni yang duduk di sofa tunggal ruang keluarga itu hanya menonton obrolan yang terjadi antara anak-anak dan menantunya sembari memijit kepalanya yang rasanya ingin pecah. Belakangan ini, dia belum juga sempat mencecap hari-hari damai seperti sebelumnya."Kalau Mbak Fiona pelakunya, untuk apa s
Read more
PREV
1
...
56789
...
12
DMCA.com Protection Status