All Chapters of ARABELLA: Chapter 51 - Chapter 60
97 Chapters
Part 50
"Bell. Gue mau nanya sesuatu sama lo.""Nanya apa?""Lo sebenarnya suka gak sama Vian?"Bella masih diam."Sorry kalau gue nanya kayak gitu. Lo kan tahu kalau gue suka sama Vian, tapi Vian suka sama lo. Kalau emang lo suka sama Vian lo boleh jujur biar gue mundur. Tapi kalau lo gak suka sama Vian gue mau perjuangin Vian. Karena gue udah lama suka sama dia." Sani mengutarakan isi hatinya."Gue gak suka sama dia kok."Sani seketika langsung tersenyum. "Serius?"Bella mengangguk."Jadi gak papa ya kalau gue dekatin Vian. Lo gak marah kan?""Gue kan cuma ngajarin dia. Gak lebih dari itu." Bella menjawabnya sesuai isi pikirannya, tapi entah kenapa hatinya merasa tidak enak.***"Lo serius biarin Sani dekatin Vian?" Bella menatap Sita terkejut.Sita tadi memang tidak sengaja mendengar percakapan mereka saat sedang mencari Bella."Lo ....""Sorry, gue tadi gak sengaja dengar omongan lo sama Sani. Tapi lo beneran gak suka sama Vian?" Sita menyela.Bella menggeleng."Sedikit pun? Setelah kalia
Read more
Part 51
"Enak ya, baksonya," ucap Vian.Bella hanya mengangguk. Kebetulan saat mereka mengobrol di depan ada abang tukang bakso yang lewat. Dan Vian pun memutuskan untuk membeli karena lapar. Bella tidak mau, tapi Vian memaksa."Abang udah berapa lama jualan?" Vian tiba-tiba bertanya pada penjual bakso tersebut."Belum terlalu lama, mas. Baru setahun.""Sering jualan di kompleks sini?""Baru seminggu ini sih, mas."Bella hanya menatap keduanya yang sibuk bertanya jawab. Bella hanya seperti penonton."Enak banget nih makan bakso." Baron menghampiri mereka."Bang Baron mau?" Vian menawari."Boleh deh.""Bang, baksonya tambah satu, ya.""Kenapa lo liatin gue kayak gitu? Kesel karena gue ganggu?" Baron tersenyum jahil.Bella memutar bola matanya malas. "Gak jelas.""Emang ya, ngedate itu bukan diliat dari tempatnya, tapi sama siapa orangnya. Iya gak, Yan?"Vian hanya tersenyum."Bawel lo," ketus Bella.***Vian tersenyum menatap Bella yang sedang berada di lapangan. Karena guru tidak masuk, dia
Read more
Part 52
“Alan?” Bella terdiam sesaat. Yang dia takutkan terjadi. Cowok yang sangat ingin Bella hindari tiba-tiba muncul di hadapannya dengan senyuman yang lebar. Seolah melupakan apa yang telah dia lakukan terhadap Bella. “Bell, aku niat ke sini mau minta maaf sama kamu. Aku benar-benar nyesal udah buat kamu sakit hati. Aku pengin perbaiki semua itu dan aku berharap kamu mau terima aku lagi.” Bella menggelengkan kepalanya menatap Alan tidak percaya. Setelah menghancurkan hatinya, dengan seenaknya muncul lalu memintanya untuk memberikan kesempatan kedua? “Jangan pernah muncul lagi di hadapan gue,” ucap Bella dingin. Terlihat jelas mata Bella yang menaruh rasa benci pada Alan. “Please, maafin aku. Aku nyesal. Aku janji gak bakal kayak gitu lagi.” Alan meraih tangan Bella. “Lepasin.” Bella berontak agar Alan melepas tangannya. Alan menggeleng. “Aku gak bakal lepasin sebelum kamu mau maafin aku. Aku jauh-jauh ke sini nyusulin kamu biar bisa kembali sama kamu. Aku gak mau sia-siakan kamu.”
Read more
Part 53
Vian menatap Bella yang sedang membaca buku. Vian diam-diam mengikuti Bella yang pergi ke taman sekolah. Dia tidak ingin ketahuan Bella, karena pasti Bella akan marah dan mengusirnya pergi."Gue tahu lo di sana. Gak usah sembunyi," ucap Bella dengan tatapan masih fokus pada bukunya.Karena sudah ketahuan mau tidak mau Vian keluar dari tempat persembunyiannya."Hai." Vian menyapa, namun karena tidak dibalas oleh Bella membuat suasana malah canggung."Gue boleh duduk?" Vian bertanya meminta izin.Bella masih tidak menjawab. Akhirnya Vian pun duduk."Sorry, ya soal pertanyaan gue kemarin. Gue gak bermaksud kepo kok." Vian meminta maaf."Lupain aja." Lagipula Bella sudah tidak mau mengingatnya. Apalagi berhubungan dengan Alan."Makasih ya, Bell. Gue kira lo bakal marah. Jadi lega gue.""Vian." Bella menutup bukunya.Vian menoleh. "Iya?""Jadi pacar gue mau gak?"Vian cukup tercengang dengan pertanyaan Bella. Apa ini serius? Bella menembaknya? Mungkinkah dia sedang bermimpi?"Pacar bohonga
Read more
Part 54
"Yan, Bell." Sani yang hendak ke kelas Vian bertemu mereka.Vian menepuk pundak Sani. "Gue duluan, ya.""Loh? Yan!" Sani segera menghampiri Regan dan Beno."Vian mau ke mana? Bukannya dia bakal ke rumah gue bareng kalian?" Sani bertanya karena dia bingung Vian yang pergi begitu saja tanpa bilang apapun padanya."Tadi Vian suruh kita ngomong sama lo kalau hari ini dia gak bisa ke rumah lo dulu. Karena dia ada urusan penting. Kayaknya sih berhubungan sama Bella. Soalnya waktu Bella ke sini dan ngomong sama Vian mereka langsung buru-buru pergi." Regan menjelaskan."Tapi dia udah janji kalau dia bakal ke rumah gue hari ini," lirih Sani."Gak papa, San. Mungkin Vian benar-benar gak bisa. Dia gak bermaksud ingkar janji kok. Lagian kan masih bisa hari lain. Kita berdua tetap ikut kok. Jadi lo jangan marah, ya."Sani tidak terima. Padahal Vian sudah berjanji padanya. Kenapa Vian selalu mementingkan Bella dibanding dirinya? ***"Ngapain lo ke sini lagi? Gue kan udah bilang jangan pernah ke si
Read more
Part 55
"Tante."Vian segera menyalim tangan Lani diikuti Alan.Lani menatap Alan lama. Tentunya Lani terkejut karena Alan tiba-tiba datang ke Jakarta bahkan bisa sampai di sini. "Darimana kamu tahu rumah saya?" Lani bertanya."Alan tanya sama orang-orang, tan.""Kalau kamu ke sini mencari Bella, tante mohon maaf tapi tidak bisa.""Alan janji gak bakal lama kok, tan. Alan cuma mau minta maaf sama Bella.""Tidak bisa. Bella lagi belajar dan dia gak mau diganggu. Tante harap ini kali terakhir kamu datang ke sini." Lani lalu beralih menatap Vian. "Vian, ayo masuk."Vian tersenyum miring pada Alan merasa menang. "Makasih tan." Pintu pun tertutup. Alan berdecak kesal. "Gue gak akan nyerah."***"Ma, tadi ada yang ketuk pintu siapa yang datang?" Baron bertanya."Vian, katanya mau ketemu Bella. ""Ngapain dia mau ketemu aku?"Lani mengendikan bahu. "Udah sana samperin. Kasihan nunggu lama.""Cie, yang diapelin cowok." Baron menggoda Bella.Bella menatapnya tajam. "Apaan sih lo?! Gak jelas."Bella b
Read more
Part 56
Bella berdecak pelan. "Kak Baron di mana, sih? Katanya mau nyusul kok gak sampe-sampe?"Semalam Baron mengajak Bella untuk jogging dan Bella menyetujuinya. Tadi pagi sebelum Bella pergi, dia sudah sempat membangunkan Baron, tapi Bella malah disuruh pergi duluan karena nanti dia akan menyusul. Sudah setengah jam menunggu, belum juga ada tanda-tanda kemunculan Baron. Bella jadi curiga kalau Baron sebenarnya masih tidur. Kalau sampai dugaannya benar, Bella akan marah besar pada Baron. Karena sudah mengingkari janjinya."Kak Bell." Bella menoleh kemudian tersenyum."Tata.""Kak Bella mau jogging juga, ya?" "Iya nih, tapi masih nunggu kak Baron. Belum nyampe daritadi.""Ya udah, sambil nunggu kak Baron jogging sama aku aja dulu.""Boleh deh."Mereka pun memutuskan untuk jogging berdua sembari menunggu Baron.***Bella dan Tata sudah sampai di taman kompleks perumahan mereka, namun Baron belum juga kelihatan. Bella tidak membawa ponsel jadi tidak bisa menghubunginya."Kak Bell, aku beli m
Read more
Part 57
"Bagus ya lo gue tungguin daritadi gak datang-datang. Lain kali kalau mau ngajak yang niat." Bella mengomel."Sorry, gue ngantuk banget. Begadang soalnya. Oh iya, tadi Vian telfon gue. Katanya lo ketemu Alan di taman, ya?"Bella mengernyitkan keningnya. "Dia tahu darimana?" Karena tadi Vian tidak ada di sana."Katanya tadi Tata liat lo sama cowok terus dia bilang sama Vian. Makanya Vian mikirnya cowok itu Alan."Bella terdiam sejenak. Benar juga tadi dia pergi bersama Tata. Bisa-bisanya dia melupakan Tata. Bella merasa jadi tidak enak."Dia bilang apa sama lo?" Baron bertanya."Seperti biasa dia minta balikan, tapi gue nolak. Gue udah capek hadapin dia.""Makanya lo harusnya lebih mesra lagi sama Vian biar dia percaya kalau lo beneran sama Vian dan dia gak ganggu lo lagi.""Saran lo gak pernah benar.""Sayang banget gue gak ke sana. Kalau aja gue ketemu dia tadi, gue gebukin lagi sampe kapok.""Percuma kak. Mau lo gebukin dia kayak gimana pun kalau dia nekat ya dia gak bakal berhenti.
Read more
Part 58
Bella menatap heran kerumunan murid cewek yang berdiri di depan kelasnya. Ada kejadian apa pagi-pagi begini yang membuat kelasnya ramai? Tumben sekali."Bell, gawat." Bella menoleh pada Sita dengan kening mengerut. "Gawat kenapa? Ini kenapa kelas kita jadi banyak orang?""Mantan lo.""Alan? Kenapa?""Dia pindah ke sekolah kita."Bella terkejut. Alan pindah ke sekolahnya? Apa yang harus dia lakukan sekarang?"Dan lebih parahnya lagi dia pindah ke kelas kita."Kaki Bella seketika lemas. Bella tahu kalau Alan memang nekat, tapi Bella tidak tahu kalau Bella senekat ini hingga harus pindah ke sekolahnya, bahkan sekelas dengannya. "Gue udah duga dia pasti bakal rencanain sesuatu, tapi gue gak nyangka sama rencananya."Sita mengusap pundak Bella. "Lo tenang dulu, ya, Bell. Pokoknya kita harus cari cara biar dia gak betah di sekolah ini."***"Yan, kayaknya lo bakal ada saingan."Vian mengernyitkan keningnya. "Saingan? Saingan apa?""Saingan cowok ganteng. Ada murid pindahan cowok. Pindah k
Read more
Part 59
Baron mengepalkan tangannya. "Jadi dia pindah ke sekolah lo?"Bella mengangguk.Sepulang sekolah tadi Bella langsung memberitahu Baron. Karena dia tidak bisa menyimpan hal tersebut dari Baron. Kecuali dari kedua orangtuanya karena Bella tidak mau mereka ikut khawatir padanya. "Apa gue harus ke sekolah lo tiap hari buat ngawasin dia?"Bella menggeleng. "Gak usah, kak. Urus aja kuliah lo. Gue bisa urus dia sendiri.""Kalian lagi ngobrolin apa sih? Kok keliatannya serius banget?" Lani menghampiri mereka."Ini ma, masa kak Baron minta aku buat kenalin dia sama teman sekolah aku.""Kuliah aja belum benar udah ngurus cewek."Baron menatap Bella tidak terima. Baron tahu Bella berbohong agar mama mereka tidak curiga, tapi jangan menjatuhkan dia juga."Oh iya, Bell, Alan ada hubungi kamu gak?" Lani bertanya."Enggak kok, ma. Emangnya kenapa?" Bella berbohong."Cuma nanya doang. Mama gak mau dia ganggu kamu lagi.""Mama tenang aja. Dia gak bakal hubungi aku kok. Aku kan udah ganti nomor.""Syu
Read more
PREV
1
...
45678
...
10
DMCA.com Protection Status