Semua Bab Kupu-Kupu Malang: Bab 21 - Bab 30
137 Bab
Bab 21
"Apa adikmu ganti jenis kelamin?"Yuna terkejut setengah mati mendengar suara Eric. Ia langsung menjauhkan diri dari Edward."Aku pergi dulu, Yun. Mari, Tuan.""Siapa yang bilang kamu boleh pergi?" hardik Eric."Ada perlu apa, Tuan?""Apa yang kamu lakukan di sini?""Saya menjenguk adik kenalan saya.""Maksudmu adik dia?" Eric menunjuk Yuna dengan matanya."Benar.""Ayo, Tuan. Kita pulang." Yuna menyeret lengan Eric."Kamu..." 'Siapa yang bolehin kamu pegang-pegang aku.' Awalnya Eric akan mengatakan itu. Tapi segera diurungkan. Tidak ada gunanya bersikap kasar lagi di depan Yuna karena ia adalah yang pertama. Mengingat hal itu saja membuat wajah Eric merona.Meskipun ia tidak akan sudi mengakui hatinya sendiri yang mulai tertarik kepada Yuna. Ia lalu membuang muka dan mengikuti Yuna yang membimbingnya pergi."Di mana Pak Hendri, Tuan?""Belum datang.""Lalu Tuan naik apa ke sini?""Sepupu.""Oh... Tuan sudah m
Baca selengkapnya
Bab 22
"Kakak Yuna!"Riana mendorong kursi roda yang dinaiki Yuni masuk ke dalam ruangan tanpa permisi. Eric langsung membuang tangan Yuna dengan kasar.Riana melepaskan senyuman menggoda pada Yuna. Dari malam di pesta menjijikkan itu, Riana tahu si tuan muda tertarik kepada Yuna. Tebakannya dibenarkan oleh apa yang baru saja dilihatnya "Kakak kok jadi ikut-ikutan sakit?" Yuni melihat kaki Yuna lalu menutup mulut dengan tangan. "Kakak juga kecelakaan? Atau jangan-jangan disiksa majikan Kakak?"Jantung Eric serasa berhenti berdetak. Ucapan Yuni dengan suara nyaring itu tepat sasaran. Seolah-olah sengaja menusuk rasa bersalahnya sekali lagi."Nggak, Yuni. Kakak cuma diserempet orang kok. Nggak apa-apa sekarang. Cuma lecet-lecet."Eric menatap Yuna lekat-lekat. Tidak tahu mengapa, ia justru kagum dengan kata-kata Yuna.Yuna sengaja berbohong agar adiknya tidak cemas. Demi adiknya juga Yuna sampai menjual perawannya. Dan dengan jahatnya Eric merusak itu semua!
Baca selengkapnya
Bab 23
Wajah Eric yang biasanya kaku seperti sapu ijuk berubah menjadi lebih lembut. Seharian ini, Eric memperlakukan Yuna bak tuan putri.Tidak hanya membelikan makanan favorit Yuna, pria itu juga menyuapinya. Padahal yang sakit hanya kaki Yuna. Sedangkan tangan Yuna baik-baik saja.Namun, itu semua hanya terjadi dalam sekejap mata. Tepatnya, ketika Eric melihat pesan di ponselnya. Raut wajahnya kembali mengeras, cara bicaranya pun kembali seperti kemarin-kemarin.Yuna bingung dengan sikap Eric. Apa yang dipikirkan pria itu? Tetapi Yuna mulai menyadari sesuatu.'Eric bersikap baik padaku saat ingin menikmati tubuhku. Dia sama saja dengan para lelaki hidung belang pada umumnya.'Kejadian pesta malam itu pun kembali terlintas dalam ingatan Yuna. Mungkin Eric memang baru sekali menghadiri pesta gila itu, tapi tidak menutup kemungkinan Eric pernah bercinta dengan wanita lainnya.'Tampan dan kaya raya. Apa yang nggak bisa dimilikinya?'Hati Yuna memanas. Bukan karen
Baca selengkapnya
Bab 24
Yuna tertatih-tatih meninggalkan rumah sakit. Seharusnya ia masih harus diopname sampai besok. Biaya rawat inap pun telah dibayar. Tapi Eric tiba-tiba menyuruhnya pulang.Di parkiran rumah sakit, Yuna mencari-cari mobil yang biasa digunakan Pak Hendri untuk menjemputnya. Tapi mobil mewah itu tidak tampak di mana pun.[Tuan, aku udah di parkiran. Pak Hendri belum datang.][Tidak ada yang menjemput. Pulang sendiri.]Jawaban kejam itu berasal dari Emilia yang membalas pesan Yuna.Yuna menuju ATM untuk mencairkan uang dari kartu hitam milik Eric. Niatnya hanya meminjam seratus ribu untuk membayar taksi. Tapi permintaannya ditolak mesin."Diblokir?" Yuna mengerutkan kening. "Terus gimana caranya aku pulang?"[Tuan, kartunya diblokir. Aku nggak bawa apa-apa waktu ke mari.][Pulang sendiri pakai uangmu. Jangan manja! Kalau nggak ada uang, jalan pakai kaki!]Yuna tidak merasa ada keanehan dalam pesan yang dibalas Emilia. Memang Eric sebelumnya selalu keja
Baca selengkapnya
Bab 25
"Tuan, aku udah pulang."Yuna menemukan Eric di ruang tamu. Jarang sekali sang tuan muda itu duduk-duduk di depan.'Apa dia menungguku?'"Siapa yang mengantarmu?""Teman. Aku nggak bawa dompet. Kartu Tuan juga nggak bisa dipakai.""Berikan padaku.""Apanya?""Kartu."Yuna mengeluarkan kartu hitam dari kantong celana. Ia menyerahkan kartu itu kepada Eric."Tuan, apa aku boleh langsung istirahat sekarang?""Masuk ke kamar sekarang," kata Eric dengan nada yang sangat dingin.Ketika Yuna sampai di depan pintu kamar, Emilia tiba-tiba muncul dari samping. Yuna tersenyum senang bertemu dengan Emilia."Apa kabar, Kak? Kenapa belum tidur?"Emilia mengerutkan kening tidak suka. Namun Emilia bersikap seolah tidak ada apa-apa."Dari mana kamu malam-malam?" tanya Emilia."Dari rumah sakit, Kak. Aku permisi dulu mau istirahat. Badanku sakit semua.""Yuna, mulai hari ini kamu tidur di kamar belakang. Papa dan mamaku sudah tahu kalau k
Baca selengkapnya
Bab 26
Hari berganti, Yuna masih tertidur pulas. Seseorang mengetuk pintu gudang dengan keras.Yuna terkejut dan melompat dari tempat tidur. Ketukan pintu lebih mirip gebrakan seperti orang marah.Masih setengah sadar Yuna membuka pintu. "Siapa?"Perempuan muda berseragam rapi berkacak pinggang di ambang pintu. Ia melipat tangan di depan dada setelah kemunculan Yuna. Kepalanya sedikit mendongak dan ekspresinya mengintimidasi."Aku Sandra. Kamu pelayan baru di sini, bukan? Kenapa belum siap-siap jam segini?""Maaf?" Yuna tidak begitu memperhatikan. Matanya belum terbuka sepenuhnya dan masih mengantuk.Sandra mendorong kepala Yuna dengan telunjuk. "Cepat siap-siap! Ganti baju yang rapi dan segera ke tempat cuci."Yuna datang ke tempat yang dimaksud Sandra. Tiga pelayan wanita termasuk Sandra menghentikan aktivitas dan menatap Yuna dengan pandangan tidak suka."Kamu pikir ini rumahmu, satu jam baru datang? Cepat selesaikan ini semua!" bentak Sandra.Ketiga
Baca selengkapnya
Bab 27
Eric menarik belakang kepala Yuna lalu mengecup bibirnya. Mereka saling berpandangan sesaat kemudian mulai berciuman dengan hebat.Yuna lebih berani melingkarkan tangan di leher Eric. Dan tangan Eric telah menjelajah seluruh isi baju Yuna.Yuna melepas ciuman itu, sedangkan Eric masih maju dan berusaha mendapatkan bibirnya. Ibu jari Yuna menghentikan usaha bibir Eric."Tuan, aku baru dari dapur dan berkeringat.""Aku suka aroma tubuhmu, Sayang." Suara Eric serak dan napasnya tidak beraturan.Yuna membuka kedua kaki yang masih duduk di pangkuan Eric agar dapat melihat pria itu lebih dekat. Tangan kanannya mengusap dada berotot Eric dengan gerakan erotis.Entah mengapa, Yuna ingin mencium Eric lebih dulu. Namun, ketika ia memajukan wajahnya, pintu kamar Eric terbuka kencang sampai membentur dinding."Astaga! Apa yang kamu lakukan, Yuna?! Aku nggak nyangka kamu serendah ini menggoda adikku!" bentak Emilia."Kakak jangan seenaknya masuk ka-""Diam kam
Baca selengkapnya
Bab 28
"Di negara mana kamu belajar memasak?" tanya Yudha."Saya?""Ya, kamu! Siapa lagi?!" bentak Yudha."Saya dulu sekolah di jurusan tata boga, Tuan.""Nggak belajar di luar negeri?" Yudha mengerutkan kening keheranan."Tidak, Tuan. Mana mampu saya sekolah ke luar negeri.""Siapa namamu?""Yuna, Tuan.""Yuna, apa kamu tahu kalau Bi Minah dan Rini dulu pernah menimba ilmu di Prancis untuk belajar masak?"Kedua alis Yuna terangkat. "Sungguh?""Ya, Thomas Volker, ayah mertuaku yang membiayai pendidikan para asisten rumah tangga pilihan. Karena itu, mereka bisa bekerja sebagai koki di rumah ini. Kami tidak bisa makan sembarangan."Yuna mengangguk-angguk. Tidak tahu arah pembicaraan sang tuan besar."Masakanmu jauh lebih nikmat dari masakan buatan mereka berdua, Yuna. Aku saja sampai kaget," sambung Diana."Aku belum pernah makan masakan ini," ucap Yudha seraya menyuap makanan."Itu saya sendiri yang mengombinasikan beberapa jenis masak
Baca selengkapnya
Bab 29
Yuna berlari ke ruang perawatan di belakang pria tadi yang bernama Dedi. Setelah bertanya nomor kamar Eric, mereka bergegas menuju kamar VVIP.Eric terbaring di tempat tidur dengan selang infus dan kanula hidung. Wajahnya pucat pasi dan belum sadarkan diri.Dua dokter muncul setelah kedatangan mereka. Profesor Darian mengenalkan diri kepada Dedi kemudian mulai menjelaskan keadaan Eric."Kenapa bisa keracunan, Dok?" tanya Dedi."Saya juga tidak tahu. Nanti bisa kami tanyakan setelah tuan muda sadar. Saya sendiri yang akan merawatnya. Jadi Anda tidak perlu khawatir.""Baik. Terima kasih banyak."Yuna kehilangan keseimbangan. Ia jatuh terduduk di atas sofa.Bayangan-bayangan mengerikan terlintas dalam benaknya. Dari sikap Emilia yang tiba-tiba berubah pada Yuna. Bahkan berbohong dengan menggunakan nama kedua orang tuanya. Sampai menyuruh Yuna memberikan makan siang untuk Eric.'Nggak mungkin kalau masakanku yang membuat Eric jadi seperti ini. Jelas-jelas
Baca selengkapnya
Bab 30
Eric membuka mata lalu bersandar di kepala tempat tidur sambil memegang perut. Mendapati Yuna yang berbaring tidak nyaman di kursi dengan kepala menempel di tepi ranjang. Eric pun mengerang keras agar Yuna terbangun.Yuna yang beberapa jam terlelap itu akhirnya terbangun setelah Eric sengaja menyenggol bahunya. Setelah melihat Eric kesakitan, Yuna memanggil perawat dengan mata setengah terbuka."Kak, pasien di kamar VVIP 1 barusan bangun kesakitan," kata Yuna kepada perawat jaga."Baik, saya ke sana. Dokternya tiga puluh menit lagi baru sampai."Yuna melihat jam di ponsel. Banyak panggilan tak terjawab dari Emilia. Kemudian memasukkan lagi ke saku celana tanpa membalas atau balik menghubungi.Sebenarnya Yuna sedikit kesal pada Emilia. Meskipun Yuna masih ragu jika Emilia merupakan pelaku yang meracuni Eric. Tetap saja, yang tahu Yuna membawa makan siang dan yang menyuruhnya hanya Emilia. Tidak ada tersangka lain."Sudah selesai, Kak. Silakan masuk," kata salah satu perawat."Gimana k
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
14
DMCA.com Protection Status