All Chapters of KUKIRA MISKIN, RUPANYA CEO: Chapter 71 - Chapter 80
149 Chapters
BAB 70_RINDU PAPA
"Kenapa sama Papa?" tanya Dareen makin kesal karena sedari tadi, ibunya menyebalkan lalu sekarang menyebut nama ayahnya.  "Dia ... dia ... bukan ayah kandungmu, Dareen. Ayah biologismu yang sesungguhnya itu adalah Bram. Yang di depanmu inilah Papamu yang sebenarnya. Darah kalian sama karena kamu berasal dari benihnya." Seketika Dareen merunduk, nafasnya tersenggal. Jika ada lorong, meski gelap gempita, ia memilih akan memasukinya dan menghilang. Bagaimana rahasia sebesar itu disembunyikan ibunya sampai dia sedewasa itu?  "Ma-maafkan Mama. Dulu, saat masih gadis, Mama pacaran sama Papa kandungmu ini. Kami melakukannya hingga kamu ada. Mama merahasiakannya dan minta menikah. Kakekmu tak setuju karena Bram saat itu hanya honerer di sebuah kantor pemerintah." "Oh ... itu yang membuat Mama sampai tega meracuni Mama Sarah dan me
Read more
BAB 71_ISTRI YANG BERKHIANAT
Parjo dan Romlah kali ini saling cubit. Pertama kalinya Den Muda mereka seperti itu. Romlah menarik tangan suaminya, menjauh. Kompak, mereka menatap sosok ayah yang sedang menenangkan anak lelakinya yang sudah dewasa. "Bang, takut aku jangan-jangan ini firasat," ujar Romlah dengan wajah serius. "Sama. Apa jangan-jangan, Den Muda lagi kesambet hantu jepun di depan kah?" "Issh ngawur. Aku takut, ini firasat mereka berpisah. Tuan Besar bentar lagi nyusulin Nyonya Sarah," bisik Romlah hampir tak terdengar. Kepluuuk! Parjo memukul bahu istrinya. "Kamu yang lebih ngawur! Jangan sampe Tuan Besar mangkat. Kita akan kehilangan pegangan hidup. Kamu mau kerja terus sama Nyonya Nenek Gayung ha? Aku sih mikir seribu kali!" Parjo menekan suaranya agar tak terdengar. Namun wajahnya tegang dengan liurnya menyembur-nyembur karena semangatnya. Romlah hanya mengangguk setuju dengan ucapan suaminya. Bisa langsung kurus dia kalau hanya Indri yang menguasai rumah ini. Segini saja, dia sering di
Read more
BAB 72_CANTIKA
Hadi Pratama sedang membaca laporan utama perkembangan kantor Central Glori. Ia senang, Aditya mampu membawa CG menjadi perusahaan yang disegani. Banyak investor menawarkan diri tanpa harus mereka memasukkan proposal.  "Ini luar biasa, Aditya! Papa senang dengan kinerjamu," ujar Hadi membuka lembaran laporan bulanan.  "Dareen juga ikut membantuku, Pa. Dahlia juga, dia sering live sambil mempromosikan snack produksi kita. Sok ngartis, sok okelah dia. Sekarang nama akunnya bukan Bunga Dahlia lagi tapi Princess Dahlia. Ccch, mau jadi selebgram dia. Padahal ...," omel Aditya yang tiba-tiba langsung diam membisu karena Dahlia datang membawa sop kesukaan mertua laki-lakinya.  Hanya senyuman bahagia yang tersungging dari bibir Hadi melihat tingkah anaknya. Persis seperti dia yang selalu mati kutu dengan Sarah dulu. Kehadiran Dahlia kerap kali mengingatkan pada istrinya yang sudah lama tiada.  
Read more
BAB 73_BRAMASTA
Indri menyerahkan dua koper uang pada Baramasta yang sedang duduk di kasur empuk hotel yang mewah.  "Sayang, ini yang aku janjikan. Kamu gak perlu nanya kepastianku. Aku gak pernah main-main," ujar Indri tersenyum.  "Itu yang membuat kamu tak bisa digantikan siapapun, Bidadariku. Berapa jumlah semuanya?" Bram bertanya dengan wajah berbinar. Matanya seperti akan melompat kegirangan ketika tangan Indri membuka koper itu. Seumur hidup, dia tak pernah melihat uang sebanyak itu.  "Yang cash ini hanya 2 milyar, hasil aku menjual semua perhiasanku, Sayang. Seperti yang kamu anjurkan, aku menurutinya karena aku sangat percaya sama kamu." "Terus?" "Sisanya aku transfer bertahap. Total semuanya uang yang akan masuk di perusahaanmu nanti itu lima milyar, Sayang." Makin melebar telinga Bramasta. Namun keserakahannya membuatnya tak saba
Read more
BAB 74_BUKAN AYAH
Terlalu kaget hatinya hingga nafasnya ngos-ngosan. Susah payah dia menghirup udara. Seorang satpam mendekatinya.  "Mbak baik-baik saja?" "I-iiya, Mas. Terimakasih ya." Meski berat, Dahlia melangkah kembali ke restoran. Sudah hilang rasa ingin ke toiletnya karena jantungnya sedang berdebar-debar hebat.  "Kamu kenapa?!" Aditya menyentuh dahi istrinya yang nampak berkeringat. Hati Dahlia tak ingin membohongi suaminya tapi bagaimana kalau sampai Aditya mencari kebenarannya lalu ayah mertuanya tahu? Dahlia terus diam namun wajahnya merah.  "Kalau kamu beneran cinta sama aku, pasti kamu gakkan sembunyikan apapun dariku, Dahlia." Kedua bola mata Dahlia membuka. Ia menegak salivanya. Bukankah sebuah kejujuran lebih menenangkan dari kebohongan? Wanita itu mengangguk pelan.  "Mas ... aku lihat Mama Indri di
Read more
BAB 75_KEPUTUSAN BESAR
Seketika pelukan Aditya merenggang. Ia langsung menatap mata Dareen yang layu. Tanpa ragu ia menggoyangkan rahang adiknya, kiri kanan berkali-kali. "Kamu pasti sedang mabuk. Habis minum apa kamu ha?!!" Aditya bahkan memukul perlahan pipi Dareen. Yang barusan dia dengar itu adalah omong kosong. Meskipun seringkali dia iri dengan Dareen karena begitu dimanjakan ayahnya, ia tak sampai berharap pemuda itu bukan adiknya. "Aku berkata jujur, Bang. Dia ... ayah kandungku. Itu yang mereka katakan padaku kemarin. Katanya ... katanya ...." Merah wajah Dareen. Sempurna ia menangis di depan abangnya. Aditya menggeleng berkali-kali. Ia masih belum bisa mempercayainya. "Tidak, Dareen. Meskipun kamu sering membuatku kesal tapi kamu adikku. Kita satu ayah. Walau ibumu itu wewe gombel dedemit sekalipun, kamu tetaplah adikku. Bahkan Papa sangat menyayangimu mungkin lebih dariku." "Tapi katanya aku darah daging laki-laki itu, Bang. Bukan Papa. Mereka bilang aku bukan anak Hadi Pratama. Aku bukan
Read more
BAB 76_PEMBALASAN TELAK
"Sayang, bahkan saat kamu bangun tidur seperti ini kamu sangat cantik," puji Bram pada Indri yang terlihat masih malas membuka matanya.  "Apa kita tidak bisa lanjut lagi nambah harinya, Sayang?" tanya Indri merasa enggan.  Bahkan sedari tadi ia terus merangkul lengan Bramasta seolah takut berpisah.  "Kan aku harus ke kantor, Sayang. Harus cepat urus impor barang baru biar cepat didistribusikan. Kamu mau kan kita cepat lebih kaya lagi dan menikah?" Indri meleyot dan berat. Ia menggeleng tak mau ditinggalkan. Ia justru kembali menyentuh area sensitif Bram.  'Dasar nenek-nenek, ogah banget main lagi. Bisa kempes lato-latoku kalau lebih lama lagi di sini. Meskipun aku sudah tua tapi selera dan jiwaku masih suka daun muda' "Kok begong sih, Sayan
Read more
BAB 77_DENDAM INDRI
"A-aapaa maksudmu?!" "Mungkin Nyonya bisa menemui Pak Aditya selaku CEO di sini. Beliau yang mengendalikan semuanya karena Pak Hadi sudah menyerahkan segala keputusan pada Pak Aditya," jawab Nyoman dengan suara pelan.  "Bukannya statusnya di sini sebagai admin? Suamiku sudah menurunkan jabatannya sampai bulan Juni mendatang?! Keputusan belum final!"  Nyoman Abirama hanya menarik nafasnya perlahan. Jangan sampai salah bicara yang membuatnya dalam masalah.  "Jadi sebenarnya Nyonya, Pak Hadi sudah menyerahkan kepemimpinan sepenuhnya pada Pak Aditya semenjak kasus vidio pernikahannya mereda. Pak Aditya resmi menjabat sebagai direktur utama sekaligus CEO di sini." "Kurang ajar, mereka ternyata telah bermain banyak di belakangku. Awas kau Pa, aku akan membuat kamu menyesal telah curang. Dasar tua bangka," gerutu Indri hampir tak terdengar.  "Tun
Read more
BAB 79_PATUH PADA IBU
"Aa-aaku berjanji akan meninggalkan laki-laki itu. Tolong simpan baik-baik rahasia ini, Aditya. Itu hanya kesilapanku saja." Aditya seolah tak mendengar ucapan ibu tirinya itu. Ia sibuk menghentak-hentak flashdisk kuning di atas mejanya. Suara benda itu membawa ketakutan tersendiri bagi Indriami.  "Ya sudah, pulanglah dan jangan berharap mendapatkan sepersen pun bagianmu." "Kapan kau akan memberikan kembali sahamku?" tanya Indri berharap.  Gendikan bahu pelan yang terlihat dari postur Aditya. Indri semakin geram. Ingin rasanya ia melihat kematian anak tirinya itu. Rasanya hidupnya akan sempurna jika suatu hari bisa melihat anak tirinya itu menderita.  "Tolonglah. Aku berjanji akan memperbaiki diriku," ujar Indri memelas.  "Buktikan dulu. Kau pantas apa tidak, itu nanti terserah aku." Dengan langkah gontai, Indri keluar
Read more
BAB 80_PATAH HATI
Dareen tiba di kantor Central Glori. Dengan cepat langkahnya berpacu, masuk ke dalam ruangan CEO. Nampak sepi karena Aditya sedang memimpin rapat. Ia membuka ipad Aditya dan tak menemukan foto ataupun vidio. "Flash disk, ibuku menyebut flashdisk kuning. Dimana benda itu?" Dareen membuka laci satu persatu bahkan memeriksa di beberapa map. Namun nihil. Hatinya berdentam-dentam, takut Aditya masuk ke ruangannya. "Oh Tuhan, dimana benda itu?!" Dareen terus membuka beberapa benda yang memungkinkan, namun nihil. Pemuda itu hampir putus asa. Detik terasa begitu sangat lambat. Jantungnya bagai sedang dipecut dengan sangat keras. Pemuda itu mengusap keringat di dahinya. Di saat ia hampir putus asa, matanya menangkap flash disk kuning yang terselip di dalam lubang kalender yang model tegak seperti bangun ruang segita. "Syukurlah. Maafkan aku Bang. Seperti yang kau katakan, darah lebih kental dari air," desisnya. Dareen lalu bergegas keluar dengan langkah lebar. Ia Dareen langsung menem
Read more
PREV
1
...
678910
...
15
DMCA.com Protection Status