All Chapters of Silakan Ambil Suamiku, Mbak!: Chapter 51 - Chapter 60
71 Chapters
Bab 51
"Kenapa, Mas, kok kamu menyuruh aku untuk belajar bela diri sih," tanyaku."Iya, Mila, semua itu juga demi kebaikan kamu, supaya kamu bisa menjaga diri, apabila tiba-tiba kamu dicegat penjahat atau siapa pun yang berniat jahat sama kamu. Aku memberi saran seperti itu karena aku kan tidak selalu berada dua puluh empat jam menemani kamu," ungkap Mas Reynaldi. "Iya sih, Mas. Tapi siapa yang akan mengajariku tentang itu semua? Apa Mas punya guru karate, biar aku bisa belajar sama dia," tanyaku lagi.Aku bertanya, sambil menatap wajah Mas Reynaldi. Ternyata Mas Reynaldi juga sedang menatapku, sehingga tatapan kami pun bertemu. Aku merasa aneh dengan jantungku ini, kenapa pada saat kami bersitatap barusan, kok jantungku menjadi berdebar-debar tidak karuan?Padahal tadinya aku tidak merasakan itu semua. Apakah aku telah jatuh hati padanya? Aku juga tidak tahu, apa yang terjadi dengan perasaanku saat ini. Biarlah semua ini terjadi apa adanya karena semuanya akan terungkap juga, jika sudah sa
Read more
Bab 52
"Iya, Mila, calon ipar. Kok kamu sepertinya kaget begitu sih? Kenapa, Mila? Bukankah kalian ini sudah mempunyai hubungan spesial ya? Soalnya setiap hari jika aku bertemu Reynaldi, yang ia bahas itu tiada yang lain hanya kamu," ungkap Mbak Rika.Aku pun langsung melirik ke arah Mas Reynaldi. Aku meminta jawaban, atas apa yang diucapkan oleh Mbak Rika tersebut. Karena selama ini kami tidak mempunyai hubungan apa-apa, tetapi Mbak Rika menyebut aku, sebagai calon ipar adik sepupunya. Aku baru tahu, kalau ternyata Mbak Rika ini, adalah Kakak sepupu Mas Reynaldi. Pantas saja mereka terlihat akrab, sebab selain seorang guru bela diri, ia juga merupakan saudaranya Mas Reynaldi. Pantas saja, jika penampilannya juga berkelas, sebab mereka berdua ini, bukanlah dari keturunan orang biasa."Mbak, kamu kok membongkar kebiasaanku sih! Aku malu tau, Mbak. Karena Mila ini belum mau menjadi kekasihku. Ia sepertinya masih betah menjomblo," ungkap Mas Reynaldi. Apa yang diucapkannya, semuanya tidak se
Read more
Bab 53
"Mila, kok kamu malah memalingkan muka sih? Apa kamu tidak suka, dengan apa yang aku katakan?" tanya Mas Reynaldi."Bu-bukan begitu, Mas. Hanya saja ... aku merasa kurang pantas untuk menjadi pendampingmu, Mas. Apa yang akan dikatakan oleh kedua orang tua beserta keluarga besarmu nanti, kalau sampai aku bersanding dengan dirimu, Mas? Karena kamu tahu sendiri, kalau aku ini hanya seorang janda, sedangkan kamu masih perjaka," jawabku lugas.Aku tidak mau membohongi diriku sendiri, jadi aku berkata apa adanya. Apa yang aku rasa, maka itu yang aku ungkapkan. Aku berkata jujur kepada Mas Reynaldi, supaya ia tahu apa yang ada di dalam hatiku yang sesungguhnya. "Mila, kok kamu jauh banget sih mikirnya! Orang tuaku itu tidak seperti apa yang kamu kira kok, mereka itu baik serta memiliki pandangan terbuka. Mereka itu tidak berpikiran kolot, Mila. Makanya sekarang kamu kenalan saja dulu sama mereka. Biar kalian saling tau dan paham karakter masing-masing. Bukankah ada pepatah, tak kenal maka
Read more
Bab 54
"I-iya, Mas. Aku hanya terpesona, dengan keindahan taman bunganya. Pasti Mamanya Mas Reynaldi pecinta bunga ya? Soalnya banyak banget koleksi bunganya, tamannya pun sangat mempesona, hingga menjadikan rumah terasa nyaman dan terlihat indah dipandang mata," pujiku.Aku memuji keindahan taman bunga dan arsitektur rumah Mas Reynaldi, sebab memang benar-benar membuat aku merasa nyaman, saat berada di area rumah orang tua Mas Reynaldi tersebut. Selain itu apa yang aku katakan itu juga sebenarnya untuk menutupi rasa nerves, yang aku alami saat ini."Mila, jadi kamu juga penyuka bunga, sama seperti Mamaku ya?" Mas Reynaldi bertanya, sambil menatap wajahku dengan seksama, hingga membuat jantungku semakin berpacu dengan kencangnya. "Aku memang suka banget sama bunga, Mas. Waktu di rumahku dulu yang ada di komplek perumahan sana, halaman belakangnya sengaja aku bikin taman bunga, walau tidak sebesar taman bunga milik Mamamu ini," terangku mencoba membenarkan perkataanku."Oh ... ternyata kamu
Read more
Bab 55
"Maaf, Tante, tapi aku tidak bermaksud membuat hubungan Mas Reynaldi dan Maya hancur," ucapku, sambil menundukkan kepalaku."Haa ... haa ... haa, kamu itu kok lucu dan lugu sekali sih, Mila. Ngapain kamu meminta maaf, sama Tante. Toh kamu tidak ada salah dan tidak bersalah dalam masalah ini. Karena memang pada dasarnya, Rey itu memang tidak suka sama Maya. Jadi semuanya ini bukan karena kesalahan kamu," tutur Bu Septi.Ia malah menertawakan aku, yang menurutnya lugu serta terlihat lucu. Padahal apanya yang lucu? Justru aku merasa jantungan, saat melihat dan mendengar perkataannya tadi."Sudah, ayo duduk bareng Mama," ajak Bu Septi."Ia, Tante," sahutku."Jangan memanggil Tante dong, Mila. Tapi kamu harus memanggil Mama saja, biar sama seperti Rey," pintanya.Ia berkata, sambil merangkul pundakku. Perlakuannya ini sangat manis, seperti memperlakukan anaknya sendiri. Ternyata apa yang aku takutkan selama ini hanya perasaan aku saja, sebab sudah pernah merasa sakit hati diperlakukan bur
Read more
Bab 56
"Kamu jangan ngomong sembarangan, Maya. Aku ini nggak dipelet, atau diguna-guna sama Mila, tetapi aku murni mencintai dia. Aku juga tidak peduli, walaupun dia sudah menjadi janda," ungkap Mas Reynaldi."Kamu memang suka, Mas sama dia. Tapi bagaimana dengan Tante, memangnya Tante mau mempunyai menantu seorang janda?" tanya Maya.Aku, Bu Septi dan juga Pak Brata, hanya menjadi pendengar, saat Maya sedang berdebat dengan Mas Reynaldi."Maya, memangnya ada yang salah ya, jika aku menyukai seorang perempuan, yang berstatus janda?" tanya Mas Reynaldi lagi, sambil merubah posisi duduknya, yang tadinya terlihat santai kini berubah menjadi tegang."Ya salah dong, Mas. Kamu itu statusnya masih perjaka, masa iya harus mendapatkan perempuan, yang sudah menjadi janda. Dia itu sudah tidak bersegel, Mas. Masa iya sih kamu mau? Lagian ya, jadi perempuan kok nggak sadar diri banget, sudah tau dirinya janda, masih saja mau mendekati Mas Reynaldi yang masih bujangan. Dasar janda gat*l," sungut Maya me
Read more
Bab 57
Pov MayaNamaku Maya Kusuma Wardana, anak bungsu dari tiga bersaudara. Aku semenjak lahir telah menjadi piatu, Bundaku meninggal setelah melahirkanku karena pendarahan. Kedua Kakakku adalah laki-laki, yang pertama bernama Raka Kusuma Wardana dan kedua Alan Kusuma Wardana. Mereka berdua masing-masing telah diperintah Ayah untuk mengelola perusahaan sendiri. Karena Ayah memiliki banyak perusahaan, jadi kedua anak laki-lakinya pun harus ikut bertanggung jawab, mengelola dan membesarkan perusahaannya tersebut. Sedangkan aku tidak suka dengan semua itu, tetapi aku lebih suka berkecimpung di dunia modelling.Aku adalah anak dan adik kesayangan mereka, sebab aku anak dan adik perempuan satu-satunya. Sehingga apa pun yang aku mau mereka selalu menuruti keinginanku. Aku selalu di manja, baik itu oleh Ayah maupun oleh kedua kakakku. Aku juga tidak pernah dimarahi, kalau aku ketahuan sering gonta-ganti pasangan. Aku memang suka diperlakukan istimewa oleh pria, baik yang masing single atau tang
Read more
Bab 58
"Mas, aku jadi nggak enak nih. Karena mungkin setelah ini, hubungan kalian dengan Maya dan keluarganya, pasti tidak akan baik-baik saja. Bisa-bisa kalian semua malah saling bermusuhan, tidak dekat seperti biasanya," ungkapku merasa tidak enak dengan semua ini."Sudahlah, Mila. Kamu nggak usah mikirin masalah itu, kami juga biasa-biasa saja menghadapinya," ujar Mas Reynaldi.Ia terlihat biasa saja menghadapi masalah ini, tetapi menurutku ini merupakan masalah yang cukup besar karena bisa merusak hubungan dua perusahaan besar juga nantinya. Setelah Maya pergi, kami pun membahas hal lain, kemudian Mama Mas Reynaldi mengajak aku untuk makan siang bersama keluarganya. Aku pun menerima ajakannya sebagai rasa hormatku terhadap tuan rumah.Selesai makan, aku pun shalat dzuhur berjamaah. Kemudian setelah itu aku pamit, sebab aku mau kembali ke kantor. Karena memang pekerjaanku belum selesai. Aku kembali di antar oleh Mas Reynaldi. Padahal tadinya aku akan memesan taksi online, sebab aku ti
Read more
Bab 59
"Sudahlah, Mila, pokoknya kamu tinggal ikut saja. Karena aku juga tidak akan mengecewakan kamu kok," ujarnya."Iya deh, aku percaya kok sama kamu," ujarku.Masa Reynaldi pun kemudian kembali fokus ke arah jalan yang sedang dilaluinya. Ia membawa kendaraannya dengan kecepatan sedang, sebab jam segini jalanan kota memang sedang dalam keadaan padat merayap. Sekitar empat puluh menit perjalanan, barulah kami sampai ke tempat tujuan. Sebenarnya kalau tadi tidak sempat terjebak macet, seharusnya dua puluh lima menit juga kami sudah harus sampai di tempat ini. Tetapi karena macet, maka bertambah pula waktu tempuhnya. Setelah memarkirkan mobil, kami berdua pun masuk ke restaurant tersebut. Restauran yang ternyata sudah dibooking oleh Mas Reynaldi. Ternyata Mas Reynaldi sudah memesan tempat, yang suasananya sudah didesain seromantis mungkin. Aku tidak menyangka, jika Mas Reynaldi sampai melakukan ini semua, hanya untuk makan malam denganku. Ternyata dibalik sikap Mas Reynaldi yang tegas dan
Read more
Bab 60
Setelah aku tunggu-tunggu barangkali saja ada jawaban, tetapi ternyata tidak ada jawaban sama sekali. Aku pun akhirnya memutuskan untuk tidur, sebab besok pagi aku harus beraktifitas kembali. Setelah berusaha memaksa mata untuk tidur, akhirnya rasa kantuk pun datang, lalu kemudian aku pun tertidur. Tetapi baru saja rasanya aku tertidur, aku kembali terbangun karena mendengar suara handphone berdering. Walaupun dengan perasaan dongkol, aku pun terpaksa membuka mataku. Karena aku merasa berisik, saat mendengar suara dering telepon yang terus-menerus. Aku pun memaksakan diri mengambil handphone tersebut, yang sebelum tidur aku taruh di atas meja di samping tempat tidurku.Sebelum mengangkat telepon, aku juga melihat jam dinding. Ternyata sekarang baru jam dua belas malam dan ternyata aku baru tertidur dua jam kurang. Aku juga melihat nomer telepon yang menghubungiku, aku mengernyitkan dahi, sebab nomer telepon yang menghubungiku saat ini tidak aku kenal. Tapi nomornya juga berbeda, deng
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status