All Chapters of Kekasih Sewaan CEO Nakal: Chapter 11 - Chapter 20
70 Chapters
ACT 11. Ancaman
“Mengubah hidupku? Memangnya kamu siapa? Kamu Tuhan? Cukup, jangan bermain-main denganku Sean Fernandez. Aku bisa melaporkanmu pada polisi dengan tuduhan mengganggu orang lain.” Suara di telepon tertawa terbahak-bahak begitu mendengar ancaman yang keluar dari Patricia.“Kamu pikir itu lucu? Aku serius akan melaporkanmu jika kamu terus menggangguku seperti ini,” imbuh Patricia.“Lucu sekali caramu mengancamku. Lebih baik kau tahu dulu dengan siapa orang yang kau ancam, atau kau akan kehilangan semuanya yang kamu punya saat ini.” Kata-katanya membuat Patricia marah.“Kehilangan semuanya? Memangnya apa lagi yang mau kamu ambil dari hidupku? Aku sudah tidak memiliki apa pun lagi yang berharga selain adik dan ibuku. Kamu ingin mengambil mereka? Langkahin dulu mayatku, brengsek!” umpat Patricia dengan kesal.“Aku sama sekali tidak butuh adik dan ibumu, tidak ada gunanya aku mendapatkan mereka. Aku akan membantumu, kau sedang kesulitan keuangan bukan? Aku akan memberikanmu apa pun asalkan …”
Read more
ACT 12. Kesempatan untuk berdua
Suara-suara pukulan yang membabi buta dan juga erangan kesakitan terdengar di belakang Patricia. Patricia terlalu takut untuk melihat apa yang terjadi di belakangnya, tubuhnya gemetar dengan sangat hebat karena ketakutan. Ingin berteriak minta tolong, tapi dia hanya membuka mulut tanpa mengeluarkan suara sedikit pun. Untuk berlari menjauh pun dia tampak tidak sanggup untuk berdiri, hanya bisa menangis dan berharap ada orang baik yang akan menolongnya.“Dasar berengsek, beraninya menyerang wanita yang berjalan sendirian di malam hari!” hardik seseorang. Tiba-tiba dia tidak berkata apa pun sehingga membuat suasana menjadi sangat hening. Patricia memohon pada siapa pun, jangan menganggu dan pergi saja, tinggalkan dirinya sendiri.“Kamu tidak apa-apa?” suara seorang pria dewasa bertanya dan menghampiri Patricia yang terduduk sambil memeluk kakinya. Patricia hanya diam saja tidak mau menjawab orang itu, siapa tahu dia adalah orang jahat lain yang mempunyai niat yang tidak baik padanya. Saa
Read more
ACT 13. Beban dan Kecemasan
Begitu masuk kedalam rumah, Patricia memergok Karin yang sedang bertelepon di ruang tamu. Gerakan mulut Karin memberitahuku bahwa William sedang menelponnya. Patricia bergegas mendekati Karin dan memintanya untuk menggunakan speaker tanpa dicurigai, tentu saja Patricia melakukan itu dengan gerakan mulutnya. Jika dia tidak mau berbicara pada kakaknya, Patricia akan meminta Karin untuk berbicara mewakilinya bicara.“Ayolah Karin, dia pasti memberimu uang kan? Pinjamkan aku beberapa, aku benar-benar sedang membutuhkan uang saat ini,” ujar William di telepon.“Will, kakak sudah memberimu uang yang cukup besar. Kenapa kamu bisa seboros itu menggunakan uangmu? Memangnya kamu pakai untuk apa saja?” Patricia mengetikkan hal-hal yang harus Karin tanyakan di ponselku.“Aku perlu uang untuk pindah apartemen, uang yang dia kirim sama sekali tidak cukup. Ditambah lagi aku juga perlu uang untuk membeli makanan juga uang untuk ikut kelas tambahan. Aku harus bayar untuk bisa ikut, itu akan sangat mem
Read more
ACT 14. Piknik panik
Patricia dan Karin memutuskan untuk mengajak Mama berjalan-jalan di Central Park yang jaraknya sekitar satu jam setengah dengan naik bus. Selama perjalanan, Mama hanya diam saja sambil mendengarkan cerita-cerita panjang Karin sambil menggenggam erat kedua tangannya. Matanya sama sekali tidak pernah lepas menatap Karin, sepertinya dokter itu benar, Mama merindukan semua anak-anaknya dan kehadiran kami semua bisa membuat Mama lebih kuat dan semangat lagi.“Apa kalian sama sekali tidak menganggapku ada? Aku benar-benar sakit hati karena kalian hanya mengobrol berdua saja sejak tadi, aku benar-benar tidak dianggap.” Patricia pura-pura merajuk pada mama yang duduk bersama Karin di kursi seberang sebelah kiri.“Kamu sejak tadi hanya diam saja dan menatap keluar jendela, kupikir kamu tidak mau bergabung dengan Mama dan mengobrol, jadi kita biarkan saja dia sendirian. Benar kan Ma?” Karin mulai memperlihatkan sifat manjanya di hadapan Mama.“Dari tadi kalian hanya mengobrol berdua saja tanpa
Read more
ACT 15. Terjadi lagi
“Kenapa kamu meninggalkannya sendirian untuk membuang sampah?! Bukankah aku sudah menyuruhmu untuk tidak meninggalkannya walau sedetik saja?! Kenapa tidak menunggu aku kembali dan kamu bisa membuang sampah itu? sekarang bagaimana kita mencarinya di tempat seluas ini?!”Patricia memarahi Karin yang begitu ceroboh meninggalkan Mama sendirian hanya untuk membuang sampah yang lokasinya memang tidak begitu jauh dari tempat kami duduk tadi. Karin menelpon Patricia ketika Patricia baru saja menyelesaikan urusannya di toilet dan mengabari kalau Mama hilang. Patricia langsung berlari menemui Karin karena dia mendengar teriakannya di kejauhan. Karin tertunduk merasa bersalah, orang-orang yang sedang lewat juga memerhatikan kami berdua dengan raut penasaran.“Maaf, aku tidak seharusnya memarahimu di tempat umum seperti ini. Aku panik dan takut Mama tidak bisa ditemukan.” Patricia menepuk bahu adiknya pelan, menenangkan adiknya sekaligus dirinya sendiri. Matanya mencari-cari keberadaan ibunya yan
Read more
ACT 16. Masa lalu
Dokter Malvin datang sedikit lebih lama dari yang seharusnya, dia memakai kendaraan pribadi yang harusnya bisa datang lebih cepat karena tidakperlu memutar jalan seperti naik bus. Patricia memakluminya karena ada pasien rumah sakit yang membutuhkan penanganannya.“Apa dia akan terus seperti itu, dokter? Tidak ada cara lain untuk menenangkannya? Dia sudah menangis cukup lama, aku khawatir Mama akan…” Patricia tidak mau menduga-duga hal yang buruk pada ibunya sendiri.“Tidak apa-apa, dia masih memiliki kemarahan yang sangat besar pada suaminya dan sudah memendamnya terlalu lama. Begitu dia bertemu dengan sosok yang mirip, dia ingin melampiaskan semua pada orang itu dan tentu saja pemicunya adalah orang yang sangat mirip dengan orang yang membuatnya seperti ini, begitu juga dengan yang terjadi di rumah sakit beberapa waktu yang lalu.”Dokter Malvin menenangkan mama dengan merangkulnya dan mengelus lengannya pelan, tangis Mama perlahan semakin mereda sejak dokter Malvin datang. Patricia d
Read more
ACT 17. Bertemu jalang
Ternyata orang yang dimaksud oleh Madam Gracia memang Sean Fernandes yang waktu itu. Pria berengsek yang hampir membuat Patricia nyaris mati karena hampir menabraknya dengan mobil, menggoda dan sekarang Patricia kembali berhadapan dengan orang itu di tempat ini. Nasib baik memang tidak pernah berpihak padanya. Dia melihat lelaki itu sedang bersenang-senang dengan beberapa wanita dengan pakaian yang sangat minim.“Yang lain saja, masih banyak yang lain untuk melayani orang itu selain aku,” tolak Patricia mentah-mentah. Dia sama sekali tidak mau berurusan dengan orang itu lagi.“Kamu menolak orang seperti itu? dia akan memberikan uang tips yang sangat besar jika kamu mengantarkan minuman atau melayani kebutuhannya selama dia di sini. Aku tahu kamu sedang butuh uang, manfaatkanlah selagi tidak merugikanmu,” usul Madam Gracia.“Aku memang butuh uang, tapi bukan berarti aku mau melakukan apa pun. Selain itu aku tidak mau mendekati seorang playboy, apa lagi dia menggunakan kekayaan orang tu
Read more
ACT 18. Nafsu amarah
“Wanita jalang, sepertinya kamu tidak puas sudah merebut Papa dariku dan sekarang kamu bersenang-senang dengan lelaki lain di belakangnya? Aku yakin uang yang kamu pakai disini adalah uang Papaku,” ucapku dengan tak kalah sinis darinya. Dari dulu, aku ingin sekali menampar, memukul dan merusak wajahnya yang sok cantik ini.“Dengar anak sialan, Papamu yang lebih dulu mendekatiku, memberikan semua yang dia punya padaku. Tentu saja aku tidak bisa menolak pemberian gratis, kita diajarkan untuk tidak menyia-nyaikan pemberian orang lain apa lagi itu barang yang sangat bagus dan berharga.” Wanita ini menjambak rambut Patricia. Dia tidak sudi seujung rambutnya disentuh oleh wanita jalang ini, dengan sangat sengaja Patricia memelintir tangan jalang itu sampai dia mengaduh kesakitan.“Aku sama sekali tidak keberatan Papaku memberikan barang atau uang padamu, aku akan menganggapnya sebagai sumbangan karena kamu tidak mampu untuk menghidupi dirimu sendiri. Tapi kamu yang menggoda Papaku dan merus
Read more
ACT 19. Serangan balik
Katanya orang itu sudah menunggu di meja dekat bartender, tapi ketika Patricia datang tidak ada satu pun orang yang mencarinya. Patricia celingak celinguk mencari orang itu, siapa tahu dia berada di tempat lain tapi tidak ada yang menunggunya. “Apa ada orang yang menungguku di sini? Madam Gracia bilang aku harus menemui seorang lelaki.” Patricia bertanya pada seorang bartender yang sedang mengelap meja. “Memangnya ada yang ingin menemuimu? Kamu yang anti dengan lelaki itu?” tanya sang bartender sambil menatapku heran. Ya, Patricia memang dikenal anti lelaki oleh beberapa orang yang bekerja di sini. “Madam Gracia yang menyuruhku untuk menemui seorang lelaki di sini,” balas Patricia. Dia tidak peduli dengan tatapan menelisik dari bartender itu. “Apa kamu sekarang sudah mulai berubah? Mau mendekati mereka karena uang?” tanyanya pada Patricia. “Jangan salah paham! Aku hanya menemaninya berbicara saja, bukan untuk hal yang lain. Jika Madam Gracia tidak menyuruhku aku juga tidak akan ma
Read more
ACT 20. Nasihat nasihat
Patricia memandangi sejumlah uang yang berada di tangannya seolah uang ini akan bertambah jika dipandangi terus seperti itu. lima ratus dolar? Orang itu memberi Patricia lima ratus dolar untuk ongkos taksi? Apa dia tidak berlebihan memberikan uangnya? Hanya perlu dua puluh dolar untuk ongkos taksi tapi dia memberi uang dengan sangat banyak. Selain itu dia juga menelepon perusahaan taksi langsung untuk mengirimkan taksi di depan Athena klub secepatnya. Sepertinya dia mau menyombongkan kekayaannya karena kudengar dia adalah pimpinan dari satu perusahaan yang sangat besar.Tak lama kemudian Patricia sudah sampai di depan rumahnya dan kebingungan memikirkan sisa uang yang ada padanya. Patricia ingin mengembalikannya tapi bagaimana caranya karena dia sama sekali tidak memiliki kontak lelaki itu. Jika dia menggunakan uang ini untuk kepentingannya, Patricia takut suatu saat bertemu dengannya lagi lelaki itu akan menagihnya, memintanya untuk mengembalikan semua yang dia pinjamkan padaku terma
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status