Kekasih Sewaan CEO Nakal

Kekasih Sewaan CEO Nakal

By:  ini.Viny  Updated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
7
1 rating
59Chapters
2.3Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Patricia merupakan seorang gadis muda yang menjadi tulang punggung keluarganya dengan mengambil beberapa pekerjaan sekaligus untuk bertahan hidup. Dia ingin ibunya bisa sembuh dari penyakit mentalnya dan membiayai kedua adiknya sampai mereka bisa mandiri sendiri. Adik bungsunya tanpa sengaja meminjam uang dengan jumlah yang sangat besar sampai Patricia terpaksa “menjual” dirinya pada seorang CEO muda yang kerap kali berganti pasangan dengan syarat tertentu yang mereka sepakati.

View More
Kekasih Sewaan CEO Nakal Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
default avatar
Aini Azkiya
Bagus,,, pengen punya novelnya
2023-10-15 18:48:26
1
59 Chapters
ACT 1. Drama
“Tolong gantikan aku sebentar saja! Hanya dua jam, aku janji hanya dua jam. Ibuku sedang tidak baik-baik saja di rumah sakit, perawat bilang mereka butuh aku untuk menenangkannya. Ayolah Julia, aku akan mentraktirmu makan malam nanti!” Patricia memohon pada rekan kerjanya untuk menggantikannya sementara dia pergi. Pihak dari rumah sakit tiba-tiba saja menelpon dan memberi tahu bahwa episode ibunya kembali terjadi. Emosinya tidak stabil dan menyerang semua perawat yang datang mengurusnya.“Hari ini aku ada kencan dengan Erick. Aku dan dia sudah merencanakannya jauh-jauh hari lalu kau datang menghancurkan rencana kencanku. Dia sangat sibuk, aku tidak tahu kapan kami akan berkencan lagi,” omel Julia. Dia sudah melotot kemudian mengentakkan kakinya kesal.“Aku tahu aku salah, tetapi aku tidak bisa membiarkan ibuku dalam kondisi seperti itu. Nanti malam aku akan mentraktirmu makan steak enak di restoran, aku janji! Tolong gantikan aku sebentar saja.” Patricia tampak pasrah, tahu lagi harus
Read more
ACT 2. Pekerjaan demi pekerjaan
“Kak, apa besok bisa datang ke pertemuan orang tua di sekolah? Kakak tidak perlu datang jika sibuk, aku akan memberi tahu guruku bahwa kakak sibuk dan tidak bisa datang,” ujar Karina adik bungsuku.“Jam berapa pertemuan itu dimulai? Kakak mungkin bisa datang setelah jam makan siang,” aku sibuk menyiapkan sarapan untuk adikku.“Pertemuannya jam sebelas siang, tenang saja kamu masih sempat datang di saat-saat terakhir, Kak. Tapi apa benar tidak apa-apa kau datang? Bagaimana dengan pekerjaanmu, kakak pasti sangat sibuk,” sahut Karin sambil mengunyah french toast yang dioles dengan madu dan juga buah stroberi sebagai topingnya.“Tidak apa-apa, aku satu-satunya keluargamu yang bisa datang di setiap kegiatan sekolahmu. Will sedang berada di tempat yang jauh. Dia pasti sangat sibuk sebagai mahasiswa tahun pertama, jadi dia sepertinya tidak akan pulang,” Aku selesai mengemasi sarapan sekaligus makan siangku. Kuminum susu cokelat yang menjadi favoritku sampai habis.“Kamu tidak pernah makan a
Read more
ACT 3. Dua dalam satu hari
Jam sudah menunjukkan pukul setengah enam sore dan semua pekerjaan selesai tanpa perlu lembur. Semoga saja Crazy Baldie itu tidak datang ke ruangan dan menyuruh untuk kerja lembur menyelesaikan pekerjaannya. Selain itu masih punya waktu lebih dari satu jam sebelum pergi ke restoran yang menjadi tempat pekerjaan yang lain, tetapi sepertinya harus datang lebih awal karena hampir memasuki jam makan malam.Lagi, hal yang membuat kesal sejak tadi adalah ada beberapa nomor yang tidak dikenal sama sekali terus menerus mengirimkan spam pesan. Isinya hampir sama, berisi ancaman-ancaman yang tidak tahu apa alasannya, tawaran pada sesuatu yang sudah jelas merupakan suatu penipuan. Mereka benar-benar tidak lelah mengganggu orang lain dengan cara seperti ini.“Tricia? Kamu sudah pulang?” ternyata Julia yang memasuki ruanganku.“Juli? Kupikir yang datang Thomas si Crazy Baldie,” aku muncul dari tempat persembunyianku dengan penuh kelegaan.“Memangnya dia selalu datang ke ruanganmu setiap jam pulang
Read more
ACT 4. Hal yang tidak pantas
Itu bukan urusanmu untuk menyuruhku berhenti bekerja. Aku ingin bekerja di mana pun, berapa pekerjaan yang aku lakukan semua itu bukan urusanmu.” Rupanya dia ingin aku keluar dari sini. Tapi apa masalahnya sampai aku harus keluar, memangnya dia siapa?“Jangan serakah Patricia, perusahaan tempatmu bekerja adalah perusahaan multinasional yang memiliki banyak bisnis salah satunya adalah ritel supermarket terbesar. Gajimu pasti puluhan juta dari tempat itu, kenapa kau mau bekerja paruh waktu yang bahkan gajinya sangat jauh dari tempatmu bekerja sekarang.” Milla terus menekan agar Patricia keluar bekerja dari tempat ini dengan terus mengungkit gaji dari perusahaan tempatnya bekerja.“Kenapa mengaturku harus bekerja di mana. Sudah kubilang aku bisa bekerja di mana saja, tentang gajiku itu bukan urusanmu. Kamu tidak perlu tahu kenapa aku mengambil pekerjaan lain selain menjadi karyawan perusahaan. Bagaimana kamu bisa tahu profil perusahaanku, apa sebelumnya kamu juga bekerja disana?” cecarku
Read more
ACT 5. Alasan yang disembunyikan
Apa yang Patricia lakukan di dalam mobil dengan seorang lelaki yang baru saja dia kenal beberapa menit yang lalu? Bus yang ditunggu juga tidak kunjung datang dan tidak mungkin juga berjalan kaki sampai rumah. Malam hari di New York sedikit berbahaya, meskipun terkenal sebagai kota yang tidak pernah tidur, pelaku kejahatan, pelecehan seksual, pencuri juga tidak pernah tidur. Lebih tidak mungkin lagi naik taksi yang harganya jauh lebih mahal dibanding naik bus. Anggap saja hari ini adalah hari keberuntungan setelah semua kesialan yang dialami dengan mendapat dua tumpangan gratis.“Kamu sering jalan-jalan sampai larut malam seperti ini Tricia?” tanya Allan memecah keheningan. Sejak masuk ke dalam mobilnya, kami berdua hanya diam saja dengan sedikit canggung. Bukannya tidak mau mengobrol dengannya, hanya saja tidak terbiasa untuk membuka obrolan lebih dahulu.“Ya, aku selalu berjalan-jalan malam seperti ini sepulang kerja. Ini sangat menenangkan pikiranku setelah penat dan lelah yang aku
Read more
ACT 6. Prasangka
Patricia terlihat sangat sibuk pagi ini. Jemarinya tidak berhenti mengetikkan sesuatu, tatapan matanya sangat fokus menatap layer laptop. Sesekali keningnya berkerut untuk menambah konsentrasi karena orang-orang di sekelilingnya mulai mengganggu konsentrasi kerjanya.“Patricia, bisakah kamu memeriksa ini lebih dulu? Kuharap sudah selesai sebelum makan siang…”“Tricia, bagaimana menurutmu? Apakah ini sudah cukup bagus untuk aku serahkan pada atasan atau masih ada yang kurang?”“Tricia, tolong bantu aku menyiapkan materi untuk meeting nanti siang,”“Patricia, apa laporanmu sudah selesai? Cepat berikan pada Thomas, dia sudah menanyakannya sejak satu jam yang lalu…”Orang-orang ini, kenapa mereka selalu membebankan pekerjaan mereka pada orang lain. Apa mereka tidak tahu kalau masing-masing orang juga punya pekerjaan sendiri di sini? Kenapa mereka selalu bergantung pada orang lain, apa mereka tidak bisa melakukannya sendiri? Patricia menahan rasa marahnya dengan menggenggam pulpen dengan e
Read more
ACT 7. Kesempatan
Seperti yang sudah diduga, mereka semua menghindari Patricia saat dia masuk kedalam ruang kerjanya. Tidak ada satu orang pun yang berani menatap matanya, bahkan saat Patricia datang mereka buru-buru menghindar ke tempat yang agak jauh dari posisi Patricia berada. Di sisi yang lain, Patricia melihat melihat mereka sedang berbisik-bisik dengan pandangan yang menghakimi. Baiklah, biarkan saja mereka seperti itu, setidaknya mereka tidak akan mengganggu saat sedang bekerja. Patricia benar-benar harus menyelesaikan semuanya sebelum jam pulang tiba atau dia akan dipaksa lembur lagi.“Patricia, Crazy…maksudku Thomas memanggilmu untuk datang ke ruangannya. Dia bilang ada pekerjaan mendesak,” ujar salah satu rekan kerjaku. Baru saja aku bisa bernapas lega karena tidak ada yang menggangguku, Crazy Baldie ini merusak ketenanganku.“Hati-hati Tricia…mungkin kamu akan mendapat surat peringatan karena membuat keributan di kantor, atau ini adalah hari terakhirmu bekerja disini” Melanie lagi-lagi beru
Read more
ACT 8. Pertengkaran
“Apa yang sebenarnya terjadi padamu sampai menyerang temanmu? Kenapa kamu bisa semarah itu padanya?” Patricia sedang berbicara dengan Karin setelah keluar dari ruangan kepala sekolah, berada jauh dari lingkungan sekolahnya agar dia tidak merasa malu saat aku menasehatinya.“Karina, kamu tidak mau menjawabku?” tanyaku lagi sambil menghadapnya. Karin menatap marah kearah lain dan menolak kontak mata dengan Patricia.“Aku tidak akan memarahimu, jadi katakan saja padaku kenapa kamu memukul dan menjambak teman sekelasmu Karin, apa aku sama sekali tidak boleh tahu bagaimana kehidupan sekolahmu?” Karin tetap tidak bergeming sama sekali.“Ya sudah, aku tidak akan memaksamu untuk bicara sekarang. Tapi aku tetap harus tahu apa yang terjadi padamu tadi, ayo aku antar naik bus. Kamu harus pulang dan aku harus bekerja.” Aku merangkul pundak Karin dan mengajaknya untuk berjalan bersama. Dia mungkin merasa terkejut sudah melukai teman sekelasnya, Karin, anak manis ini tidak mungkin berbuat kasar pad
Read more
ACT 9. Sedikit Kebohongan
“Apa lantai ruanganku kotor? Kenapa kamu terus menunduk seperti itu?” tanya sang manajer yang dengan santai menyesap kopinya.Patricia yang tadi hendak masuk ke ruangan manajer, kemudian mengurungkan niatnya dan menunggu sedikit lebih lama di luar. Dia pasti heran melihat Patricia membuka pintu, kemudian menutupnya lagi dengan keras. Patricia bersikap seperti itu karena begitu dia membuka pintu, manajer sedang bertelanjang dada mengganti kemeja yang dipakainya dengan kaus berwarna hitam. Tanpa sengaja Patricia melihat tubuh telanjang lelaki lain selain adiknya William. Tubuhnya memang sangat bagus, bahu yang lebar, dada yang bidang dan perut yang berotot kencang.“Aku menunggu kamu berbicara karena kamu bilang ada yang ada ingin kamu bicarakan, tapi kamu datang dan masuk ke dalam ruanganku untuk diam saja sambil menunduk?” manajer mengamati Patricia sambil bersandar pada meja. Kakinya dia disilangkan, kedua tangan terlipat di dada.“Ah maaf, aku sedikit melamun.” Patricia menyelipkan
Read more
ACT 10. Keresahan
“Nomor siapa lagi yang meneleponku?” Patricia mengernyit begitu melihat layer ponselnya menunjukan nomor tidak dikenal terus meneleponnya. Sudah ada belasan nomor asing yang terus menghubunginya. Tak ingin diganggu lagi, Patricia mematikan teleponnya sebentar. “Kenapa, Kak?” Karin bertanya padaku karena Patricia terdiam cukup lama sambil menatap ponselnya. “Hari ini banyak sekali nomor yang tidak dikenal meneleponku. Mungkin aku harus mengganti nomor agar orang-orang ini tidak menggangguku lagi. Bagaimana dengan Will? Dengan menghubungimu lagi?” Karin mengambil bantal sofa lalu memeluknya. “Ya, hari ini dia cukup menggangguku dengan mengirimkan banyak pesan. Kamu bisa membacanya sendiri kalau mau tahu.” Karin menyodorkan ponselnya pada Patricia dan memperlihatkan pesan yang dikirimkan oleh adik lelakinya itu. Pesan yang dikirimkan William kurang lebih sama seperti yang sebelumnya, meminta uang milik Karin berapa pun yang dia punya. Cara memintanya pun sepertinya sangat mendesak, se
Read more
DMCA.com Protection Status