Semua Bab Kekasih Sewaan CEO Nakal: Bab 21 - Bab 30
70 Bab
ACT 21. Perjalanan
“Siapa kalian?” Patricia sedikit takut melihat beberapa orang tinggi besar datang ke rumahnya. Suara berdebum tadi ternyata suara pintu rusak yang jatuh ke lantai. “Beraninya kalian datang dan merusak rumahku? Ada urusan apa kalian kemari?”Meski dia ketakutan, Patricia tidak mau memperlihatkan ketakutannya di depan orang-orang asing yang datang ke rumahnya entah untuk apa.“Pintu rumahmu sudah sangat rapuh saat kami mencoba masuk ke dalam,” jawab salah seorang uang berdiri paling depan.“Kami sudah bertahun-tahun tinggal di sini, tidak mungkin rumah kami serapuh itu. Sekaran gada keperluan apa kalian datang kemari?” di belakangku, Karin mencengkram erat lenganku. Patricia bisa merasakan ketakutan adiknya, namun dia harus tetap tenang agar adiknya juga tidak terlalu takut.“Ah, Boss menyuruh kami untuk mengirimkan makanan pada kalian.” Begitu orang di depan Patricia mengatakan hal seperti itu, beberapa orang di belakangnya maju dengan membawa beberapa kotak besar yang berisi makanan.
Baca selengkapnya
ACT 22. Penyebab semuanya
Acara makan siang sudah berlalu dan sekarang kita semua sudah diarahkan ke ballroom yang sangat luas untuk acara pembukaan dari workshop ini. Acara pembukaan ini pasti sangat lama dan hanya diisi dengan bahasan-bahasan tidak penting dari beberapa petinggi perusahaan. Patricia juga harus menjaga sikapnya dengan baik karena menurut Rita, mereka juga akan memerhatikan attitude dari semua karyawan cabang dan anak cabang perusahaan besar Shire Group.Mereka yang datang juga sepertinya dari berbagai rentang usia, perusahaan ini benar-benar tidak membedakan siapa pun, usia berapa pun selama orang-orang tersebut mendedikasikan hidup dan waktu mereka untuk melakukan yang terbaik untuk perusahaan ini. Patricia dengar pimpinan perusahaan ini juga sangat menghargai karyawan mereka seperti keluarga dan memberikan apresiasi yang sangat besar untuk mereka yang memiliki andil besar pada jalannya perusahaan. Bahkan mereka tidak segan-segan memberikan rumah dan kendaraan. Tapi dibalik semua fasilitas
Baca selengkapnya
ACT 23. Dia lagi
Sejak orang ini bergabung, meja kami yang semula begitu meriah dan ribut menjadi hening dan penuh kecanggungan. Sementara orang yang menjadi sumbernya makan dengan tenang sambil mencomot daging yang sudah matang dari panggangan. Lima orang lain yang berada di meja yang sama dengan Patricia tidak berani membuka mulutnya untuk berbicara sepatah kata pun. Jangankan untuk berbicara, mereka bahkan mengunyah dengan pelan sampai suara kunyahan mereka tidak terdengar sama sekali.“Apa makanan ini sesuai dengan selera kalian? Sepertinya kalian tidak begitu menyukainya,” ujar sang calon pewaris perusahaan, Sean Fernandez yang akhirnya bicara setelah membuat situasi tidak nyaman ini cukup lama.“Kami sangat menyukainya, semua dagingnya berkualitas tinggi, seafoodnya juga sangat segar, bagaimana mungkin kami tidak menyukai makanan ini. Ini yang terbaik yang pernah aku makan,” ucap salah seorang menjawab pertanyaan Sean. Sementara mereka berbicara, Patricia akan menikmati scallop panggang yang seb
Baca selengkapnya
ACT 24. Secret rendezvouz
William, tidak mungkin dia membawa jaket itu dan pergi lagi entah kemana. Lalu bodohnya Patricia menggantung jaket itu di tempat yang mudah terlihat dan menaruh dompet kartu itu di tempat yang sama. Semoga saja William tidak melihat kartu hitam itu, bisa sangat gawat jika dia tahu kemudian menggunakannya dengan sembarangan. Patricia harus menemui Sean itu untuk memblokir kartu-kartu yang dia punya. Patricia kemudian menelepon Will juga sama sekali tidak diangkat olehnya. Kenapa William begitu berubah banyak setelah dia pergi jauh dari rumah.“Hei, kalian tahu dimana Sean berada?” tanyaku pada rekan kerja yang lain.“Woah, kamu berani memanggil namanya langsung Patricia! hati-hatilah karena ada telinga dan mata dimana-mana. Kamu bisa dianggap tidak sopan,” ujar Ann.“Kenapa kamu tiba-tiba menanyakan keberadaan orang itu?” Allan bertanya dengan pandangan yang penuh selidik.“Ah, itu… aku ingat dia meminjam sesuatu padaku dan belum dikembalikan, jadi aku ingin mengambil kembali barangku
Baca selengkapnya
ACT 25. Negosiasi
“Maaf? Untuk apa aku menemuimu? Lagi pula, ini sudah terlalu malam. Aku juga ingin tidur karena besok masih ada kegiatan pagi,” balas Patricia.“Tidur? Aku tahu kamu mengintipku barusan. Apa kau ingin aku menyebarkan itu? termasuk pekerjaan sampinganmu sebagai wanita penghibur pada semua orang?” ancam Sean.“Aku bukan wanita seperti itu! jaga mulutmu jika kamu tidak tahu apa pun tentangku.” Patricia sangat marah karena lelaki ini terus saja mengancamnya dengan sesuatu seperti itu.“Terserah saja, aku memegang kartu matimu jadi kamu tidak bisa macam-macam denganku. Temui aku sekarang di bar hotel ini,” titahnya.“Bar? Kamu ingin aku pergi ke bar? Bagaimana jika ada yang melihatku?” protes Patricia. Apa lagi yang akan pria ini lakukan di bar di waktu hampir tengah malam.“Tenang saja, aku sudah reservasi tempat itu sehingga tidak akan ada orang lain yang datang. Aku tunggu sepuluh menit, jika tidak, lihat saja yang bisa aku lakukan padamu besok.” Sean menutup teleponnya.“Tunggu!”Patri
Baca selengkapnya
ACT 26. Negosiasi (2)
Patricia membaca satu persatu bukti transaksi yang ada dalam ponsel Sean. Jumlah angka nol yang tertera cukup membuatnya pusing. Kulihat ada sepuluh tagihan dengan nominal yang berbeda-beda. William, sebenarnya apa yang kamu lakukan dengan uang sebanyak itu. Memikirkannya saja sudah membuat kepala Patricia sakit.“Tutup mulutmu, kenapa kamu membuka mulut selebar itu? bagaimana jika ada serangga yang masuk,” ujar Sean yang mengambil kembali ponselnya.“Kamu harus segera memblokir semua kartumu sebelum orang yang mengambilnya menggunakan kartumu lagi sesuka hatinya.” Napas Patricia sedikit tersengal karena mengingat jumlah uang yang digunakan mencapai ratusan juta. Dia harus bisa bicara dengan William bagaimana pun caranya, akan menghajarnya sedikit karena dia sudah berani mencuri uang orang lain sebanyak itu.“Tenang saja, aku sudah menyuruh asistenku untuk mengurus semuanya. Dia sepertinya sudah memblokir semua kartu kreditku karena hari ini aku sama sekali belum mendapatkan informasi
Baca selengkapnya
ACT 27. Kencan
Patricia sama sekali tidak bisa menikmati waktu jalan-jalannya di kota ini meski suasananya sangat menyenangkan. Kepalanya terus berpikir bagaimana caranya mendapatkan sejumlah uang yang sangat besar untuk dikembalikan pada orang itu dalam waktu yang terbatas. Dia juga sudah tidak bisa menambah pekerjaan paruh waktuku lagi karena akan sulit membagi waktu. Malam hari setelah pulang kerja, itu adalah waktunya aku bekerja di restoran cepat saji itu, weekend malam harinya aku bekerja di sebuah klub malam. Sebenarnya masih tersisa banyak waktu dari pagi sampai waktu dia pergi ke klub, tapi dia sudah berjanji waktu kosong akan dipakai untuk menemani ibunya. Haruskah aku mengorbankan ibuku?“Haah…” tanpa Patricia mengeluh pelan dan didengar oleh Allan.“Hm? Ada apa, sepertinya kamu memikirkan sesuatu lagi. Apa ini tentang adikmu atau teman barumu itu?” dia selalu menempel padaku sejak keluar dari hotel untuk berjalan-jalan keluar.“Dua-duanya. Dua-duanya mengganggu pikiranku,” ceplos Patrici
Baca selengkapnya
ACT 28. Surprise
“Sejak kemarin ada beberapa orang yang tinggi besar bolak-balik di depan rumah. Orang itu melihat ke rumah kita. Aku takut itu adalah sekelompok penjahat yang akan merampok rumah,” jawab Karin.“Tenang Karin, jangan takut. Apa kamu sudah menelpon polisi? Teleponlah polisi jika orang-orang itu datang lagi. Julia masih menginap kan? Aku akan meminta dia untuk menjemputmu saat pulang sekolah. Tutup pintu dan jendela rapat-rapat jika kamu sendirian di rumah, oke?” Patricia menenangkan Karin yang masih cemas karena orang-orang asing yang mengawasi rumah mereka.“Besok aku pulang, jangan terlalu khawatir.” Patricia mematikan teleponnya. Dia menarik napas lalu mengeluarkannya sekaligus.“Ada masalah lagi di rumah, untungnya besok kita sudah pulang. Kenapa semua masalah hidup selalu terjadi padaku, Allan,” keluh Patricia pada Allan.“Semua orang punya masalah Tricia, mereka punya masalah sesuai dengan porsinya sendiri. Jadi bagaimana, mau pulang ke hotel atau jalan-jalan sebentar?” tanya Alla
Baca selengkapnya
ACT 29. Debt collector datang
Julia membawa Karin ke dalam kamar dan menenangkannya yang masih terus menangis sesegukan dan juga ketakutan. Dia masih belum menyadari bahwa Patricia sudah pulang. Sambil menunggu Karin lebih tenang, Patricia membereskan rumah yang sangat berantakan, bahkan tidak ada satu tempat pun untuk melangkah. Lebih baik membereskan barang pecah belah dulu yang ada di depannya, bahaya jika ada yang lewat lalu menginjak pecahan beling. Patricia memunguti dulu pelan-pelan pecahan kaca yang cukup besar dan memasukannya kedalam keranjang buah yang kosong untuk sementara.“Apa kamu punya kantung plastik? Aku harus membuang pecahan-pecahan ini sebelum terinjak oleh orang lain dan membuat mereka terluka.” Suara Allan membuat Patricia tersadar bahwa dia masih ada disini dan belum pulang.“Allan, maaf. Kamu bisa pulang saja dan beristirahat, kamu tidak perlu ikut membantuku membereskan tempat ini.” Patricia memegang kedua kepalanya dengan raut yang frustasi dan malu. Allan melihat kondisi rumah yang san
Baca selengkapnya
ACT 30. Sebuah upaya
Tidak habis pikir bagaimana ada orang yang menggunakan namaku untuk meminjam uang dengan jumlah sebesar itu. Lalu bagaimana caranya aku mendapatkan uang sebesar itu dalam waktu kuang dari dua puluh hari? Haruskah aku merampok bank? Mencuri? Memikirkannya saja sudah membuat kepalaku pusing dan ingin meledak. Jangankan satu milyar, untuk sehari-hari saja aku sudah sangat berhemat agar bisa hidup satu bulan sampai ke bulan berikutnya aku menerima gaji. Aku bahkan sudah tidak bisa menabung lagi karena kondisi keuanganku sudah sangat pas-pasan untuk memenuhi kebutuhan tiga orang, pikir Patricia. Tanpa sadar dia mulai menangis diam-diam.“Kamu tidak tidur Tricia?” suara lembut Allan yang ada di belakang Patricia membuatnya terkejut, dengan buru-buru Patricia menghapus air matanya.“Aku tidak bisa tidur karena sedang memikirkan sesuatu. Kamu sendiri kenapa belum tidur Allan? apa kamarnya tidak nyaman?” Patricia sama sekali tidak mau menatap Allan, biarkan saja dia melihat punggungnya. Patric
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status