All Chapters of Istri Kedua Suamiku: Chapter 21 - Chapter 30
34 Chapters
Terkuak satu persatu
"Saya sarankan berhati-hati dengan Fatma, Bu! Apalagi anaknya Melisa itu, dia menipu suaminya dengan kehamilannya. Padahal anak yang dikandungnya itu bukan anak suaminya," jelas Tono mengingatkan. "Lalu anak siapa?" Lagi-lagi Ranti mendapatkan kejutan. "Anak hasil perk*saan pacarnya dulu." "Apa? Benarkah itu?" "Benar, Bu! Pacarnya melarikan diri karena tidak mau bertanggung jawab. Karena itu saat Melisa mendapatkan Fahri, dia mengaku itu anaknya." Ranti mengangguk walaupun lelaki yang meneleponnya tidak bisa melihat. Kini dia sudah tau semua kebusukan Fatma dan anaknya. Wanita itu akan bekerja diam-diam untuk menyingkirkan mantan pembantunya seperti dulu. Sedangkan Tono memberitahu Ranti semua ini selain karena bencinya pada mantan istrinya itu. Dia ingin Fatma merasakan akibat dari perbuatannya. Selama ini Tono selalu sabar, dia lah yang mengangkat derajat kehidupan Fatma. Saat itu Fatma yang sedang mengandung ingin bunuh diri. Karena kasihan dengan keadaannya, dia pun menikah
Read more
Kepergok
Nuraini bangun keesok paginya tidak mendapati suaminya di ranjang. Di periksanya kamar mandi barangkali suaminya ada, nihil. Dia pun bergegas turun dari lantai atas menuju dapur hingga seluruh ruangan dijelajahi tapi Fahri tetap tidak ada. Wanita itu mendengkus kesal, ingatannya kembali saat pulang dari Bali suaminya kukuh bertemu Melisa. Pasti Fahri masih betah bersama istri keduanya. [Mas, kamu nggak pulang? Apa kamu nggak kerja?] Bunyi pesan yang Nuraini kirim. Tidak lama pesannya terbalas, Nuraini mengerutkan dahinya kala membaca balasan. Alih-alih Fahri yang membalas melainkan Melisa. [Apa urusanmu? Mas fahri sudah beberapa hari denganmu, kini giliranku Mbak! Suami kita belum bangun, kecapekan tadi malam bertempur denganku] ditambah emot mengejek. [Oh ya, bukankah kamu juga menyusul ke Bali dan kalian juga bertemu diam-diam] [Jangan fitnah kamu, Mbak! Ngapain aku nyusul ke Bali, aku menunggu di rumah] [Aku ada buktinya kok, berupa foto kamu dan juga Mas Fahri yang bilang.
Read more
Hamil
[Mas, nggak usah jemput. Aku udah di rumah] Nuraini mengetik pesan untuk suaminya. Dia juga masih berbaring di tempat tidur karena dirasa badannya jadi tidak enak. Berulang kali juga harus ke kamar mandi, memuntahkan isi perutnya. [Oke, Mas langsung pulang selesai kerja. Apa kamu mau nitip makanan?] balasan Fahri. [Nggak usah, aku nggak selera! Mas pulang aja, aku nggak enak badan] [Kamu sakit, Nur?] Nuraini tidak membalas lagi karena semakin pusing. Ditambah muntah terus membuat tubuhnya lemas. Di rumah sendirian tidak ada yang bisa membantunya mengambil minum. Salahnya sendiri kenapa tadi menolak tawaran Ranti. Fahri yang menunggu balasan istrinya menjadi tidak tenang. Nuraini memang jarang sakit, itupun kalo sakit dia tidak pernah mengeluh. Kali ini dia merasakan ada yang aneh. Tiba-tiba Fahri ingat mertuanya, bukankah tadi mereka pergi bersama. Lelaki itu memutuskan untuk bertanya pada Ranti. [Assalamu'alaikum, Mah! Katanya Nur nggak enak badan, dia sakit apa, Mah?] Tidak
Read more
Ganjaran untuk Fatma
Di tengah menunggu kabar yang tak pasti, Nuraini merenung sembari memikirkan banyak hal. Berulang kali dirinya menghela napas, mencoba mengusir beban yang bergelayut di dadanya. Kehamilan yang sekian tahun dinantikan justru tidak membuatnya bahagia. Jika saja suaminya belum menikahi Melisa, pasti anak yang dikandungnya akan disambut dengan suka cita. Nyatanya dengan hamil ini pun Fahri tetap saja menyamakan anaknya dengan anak Melisa. Salahkah dia bila berharap suaminya hanya memperhatikan dirinya dan calon bayinya. Egoiskah dia bila Fahri harus memilih antara dia dan Melisa. Tapi, semua itu tidak akan terjadi karena Bram sudah mengusir Fahri dari sisi Nuraini dan Bram juga sedang colaps di UGD. "Hai, gimana keadaanmu?" tegur sapa seseorang yang baru masuk menyentak lamunan Nuraini. Kedua netra wanita itu melirik ke arah pintu, tanpa senyum dan tatapan terkejut tampak di wajahnya. "Mas Tommy, kenapa tau aku di sini?" tanyanya dengan sedikit tak enak. Jujur, dia tak mau Tommy meli
Read more
Menyerah
"Assalamu'alaikum, maaf Nak! Mama baru datang," ucap Ranti ceria saat memasuki kamar rawat Nuraini. "Nggak apa-apa, Mah! Ada Mas Tommy yang menemani sejak semalam," jawabnya dengan senyum. Ranti celingukan mencari sosok yang dimaksud anaknya. Nuraini yang paham pun berkata," Mas Tommy lagi keluar, katanya dipanggil dokter terkait Papa." "Gimana keadaan Papamu?" Nuraini menggeleng, "Kita tunggu Mas Tommy aja." Wanita muda itu memperhatikan Ranti yang meletakkan tas besar. Itu pasti baju ganti untuk Bram, lalu duduk membuka termos berisi jus yang dibawanya dari rumah. Nuraini menerima gelas yang disodorkan mamanya. "Bagaimana menurutmu?" "Bagaimana apa, Mah?" tanya Nuraini heran. "Ya Tommy itu, Mama tau kalo dia itu cinta sejak lama padamu. Tapi karena kamu lebih memilih Fahri makanya Mama menghormati keputusanmu," jelas Ranti yang membuatnya terkejut. "Ehm, bagaimana ya Mah. Aini dulu hanya menganggapnya sahabat nggak lebih, sekarang pun sama. Aini tau perasaannya tapi nggak b
Read more
Akhirnya Melisa tau
"Jangan lukai anakmu, anak ini benar anak Fahri tapi anak yang dikandung Melisa bukanlah anak Fahri," jelas Ranti membuat Nuraini dan Tommy kaget. "Lalu anak siapa, Mah?" "Anak yang dikandung Melisa itu anak perkosaan mantan pacarnya dulu!" "Apa, benarkah itu? Mama tau dari mana?" tanya Nuraini tak percaya. Ranti mengangguk menghela napas sebentar. "Saat di Bali itu, setelah Papamu dan Fatma ketahuan sedang bermain di kamar oleh Pak Tono. Seketika itu juga beliau menjatuhkan talak pada wanita yang menggilai Papamu. Setelah itu Pak Tono membeberkan semuanya pada Mama tentang Fatma dan juga Melisa. "Awalnya Mama juga kaget dan nggak ingin mempercayai tapi melihat bagaimana dulu kelakuan Fatma pasti menurun pada anaknya." "Kenapa baru sekarang Mama katakan, setelah Aini berkata akan menceraikan Mas Fahri?" Kini ada sedikit penyesalan dalam hati wanita yang tengah mengandung itu. "Mama rasa pun nggak akan ada pengaruh bila Fahri tau. Dia pasti nggak akan percaya pada ucapan Mama se
Read more
Kemunculan Ardhy
"Mas, katakan kalo itu nggak benar? Nggak mungkin aku anaknya Papa Nur. Nggak mungkin ...!" jerit Melisa menjambak rambutnya. "Mel, tenanglah! Seharusnya kamu senang kalo memang kamu anaknya Bram," hibur Fahri. "Mana mungkin aku tenang, aku aja sangat membenci Nur. Aku nggak mau saudaraan dengannya, Mas!" "Sssttt, coba kamu pikir! Jika kamu anaknya Bram, kamu bisa nuntut harta gono gini. Bagaimanapun ada hak kamu di dalamnya, jadi kamu bisa bersaing dengan Nur," hasut Fahri tersenyum. Melisa mendongak, mencerna kata Fahri barusan. Benar, kalo dia menuntut harta gono gini pada Bram maka dia pun bisa merasakan kemewahan seperti Nuraini. Dia sudah bosan hidup dalam kesusahan terus, apalagi kini tengah mengandung seorang anak. Ya, sekarang itu satu-satunya jalan sebagai loncatan dirinya untuk kaya. Gaya hedon pun mulai berseliweran dalam kepalanya. Dia akan mengendarai mobil kemanapun dan shoping di Mall sepuasnya juga gabung dalam geng sosialitas kelas atas. Bibirnya melengkung mem
Read more
Masa lalu Fatma
Kala Nuraini masih tertidur, Ranti bergerak cepat. Menelepon seseorang yang biasa dia suruh mencari target. Sesuai petunjuk yang diberi Tono tadi. "Halo, kamu cari seseorang dengan nama Hendra di kampung Melati. Setelah dapat langsung interogasi, nanti kabari saya biar saya yang bicara melalui telepon," ucap Ranti lalu memutuskan sambungan telepon. "Pak Diman!" panggilnya pada Sang supir yang juga standby di rumah anaknya. Diman yang sedang mengobrol dengan satpam menoleh, mendengar namanya dipanggil datang tergopoh-gopoh. "Ya, Nyonya!" "Tolong kamu jaga tuan kamu di rumah sakit, jangan ada yang boleh masuk tanpa ijin saya. Kalo dia nekat hubungi saya, biar saya yang bicara!" "Baik, Nyonya! Siap laksanakan," jawab supir hormat. "Pergilah sekarang juga! Ini uangnya kamu ambil, jangan lupa beli bekal nasi biar kamu nggak bolak balik," pinta Ranti. Setelah mengucapkan terima kasih, Diman segera berlalu. Begitulah Ranti sebagai majikan tidak pernah pelit, jika menyuruh pasti dia a
Read more
Akhir menyedihkan Melisa
"Tante ngomong apa, tentu aja ayah kandungku itu adalah Bram. Ibuku sendiri yang bilang, jadi sekarang aku ingin menuntut hakku. Seperti Nur, aku ingin meminta separuh kekayaan ayahku," sembur Melisa percaya diri. Ranti tertawa, "Dengar Melisa, Ayah kandungmu bukanlah Bram! Sama seperti anak yang kamu kandung bukanlah anak Fahri!" gelegar suara Ranti membuat semua orang termasuk Fahri terkejut. "Apa maksudnya, pasti Mama berbohong! Bilang aja kalo Mama nggak ingin jatuh miskin karena Melisa menuntut haknya," desis Fahri tak percaya. Sedangkan Melisa sedikit gemetar takut boroknya terungkap. "Iya, Mas jangan percaya apa yang dibilang Tante. Anak ini tentu aja anak kamu Mas!" sergahnya membantah. Ranti hanya menyeringai dengan sikap keduanya. "Tunggu, Mah sebenarnya ada apa ini? Kenapa Melisa mengaku Papa sebagai ayahnya?" Giliran Nuraini yang bingung. Ranti menggengam tangan anaknya agar tenang dan menyerahkan semua padanya. Selama ini Nuraini hanya tau Papanya berselingkuh denga
Read more
Balasan masing masing
Dua hari kemudian, Bram benar-benar sudah membuka matanya. Senyumnya merekah melihat anak dan istri sedang duduk menemaninya. Nuraini yang membaca Alquran pun berhenti setelah tau papanya bangun. Alunan merdu kalam Allah yang membuat Bram tersentak. "Alhamdulillah, papa sudah sadar," ucap Nuraini senang. "Apa yang terjadi pada Papa?" "Papa pingsan terus colabs dan koma, sudah semingguan juga. Akhirnya sekarang bangun, Aini minta maaf udah buat Papa pingsan," ujar Aini sesenggukan. Bram menggeleng, diraihnya tangan anaknya lalu digenggam. "Kamu nggak salah, Nak! Papa yang seharusnya minta maaf. Jujur, Papa malu saat kamu tau kelakuan buruk Papa." Bram beralih menatap Ranti yang sedari tadi diam. Ditatapnya wajah istri yang masih terlihat cantik itu. Senyum tipis tersungging di bibir wanita yang sudah dua puluh tahun lebih di nikahinya. "Mah, Papa minta maaf sudah melukai hatimu. Ternyata Mama sudah tau sejak dulu kalo Papa ada _____" "Sssttt, nggak usah bahas itu lagi Pah! Semua
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status